Keyword :
Page 1 of 3
Judul : Peran Auxin dalam Pembibitan Tanaman Pepaya ( Carica papaya L ) 1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah, berupa herba dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman papaya banyak ditanam baik di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering, atau di daerah dataran rendah dan pegunungan (Soedarya, 2009). Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil dalam Fitri (2009). Tanin terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks yang terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh – tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah – buahan. Ada beberapa jenis tumbuh – tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus, pepaya dan gambir Risnasari (2001) dalam Fitri (2009). Selain buah, bagian tanaman pepaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan kulit, kosmetik, dan sebagainya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan tepung. Minyak biji pepaya berwarna kuning dan mengandung asam oleat (71,60%), asam palmitat (15,13%), asam linoleat (7,68%), asam strearat(3,60%), dan asam-asam leamk lainnya dalam prosentase yang relatif kecil (Rukmana, 1995) Dalam pengembangan pepaya terdapat permasalahan antara lain adalah produktivitasntya saat ini yang masih rendah yaitu antara 30 kg dan 40 kg perpohon (RUSNAS, 2002). Selain penggunaan bibit yang baik salah satu faktor yang menentukan produksi tanaman antara lain perlu di perhatikan aspek budidaya adalah pembibitan. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan bibit yaitu dengan cara mengupayakan kemampuan bibit dalam mengambil air dan unsur hara dari dalam tanah. Salah satunya adalah akar, akar merupakan organ penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman
Page 2 of 3
karena fungsinya dalam penyerapan hara, air, dan penopang tegaknya tanaman (Atkinson, 2000). Hormon tumbuh (auksin) merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain pada tumbuhan. Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman, seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada ujung akar. Pada acara ini yang akan dibahas adalah pengaruh auksin dalam ujung tanaman pada akar. Fungsi auksin bukan hanya menambah kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristem melainkan berupa pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi panjang dan banyak berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas (Heddy, 1990). Dewi (2008) menyebutkan bahwa fungsi auksin antara lain mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis antara lain : Indole Acetic Acid (IAA) , Indole Butyric Acid (IBA), Naphtaleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D). Di alam IAA diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif seperti contonya tunas, sedangkan IBA dan NAA merupakan auksin sintetis (Hoesen et al., 2000). Berbagai jenis auksin dapat diaplikasikan bersama-sama atau dikombinasikan dengan golongan sitokinin dan giberelin (Jenes et al., 1977 dalam Ahmed et al., 2002),tetapi untuk menginduksi perakaran akan lebih baik hanya dengan penambahan satu jenis auksin saja (George & Sherrington, 1984). Vigor benih maksimum dan berat kering benih maksimum merupakan sebagian dari ciri-ciri tercapainya masak fisiologis. Benih yang telah masak fisiologis telah mempunyai cadangan makanan sempurna sehingga dapat menunjang pertumbuhan kecambah. Tingkat kemasakan benih dapat dicirikan dari tingkat kemasakan buahnya. Masak fisiologis benih pepaya IPB-1 (Arum Bogor) dicapai pada saat kulit buah 90- 100% berwarna kuning. Namun untuk memperoleh benih yang masak fisiologis dari buah yang matang di pohon mengalami berbagai kendala, antara lain gangguan hama
Page 3 of 3
(kelelawar), deraan cuaca, resiko buah terjatuh dari pohon, dan rawan pencurian. Hal–hal tersebut dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup besar (Murniati, 2008). Menurut Kartasapoetra (1994), pemeraman sering digunakan untuk meningkatkan laju pematangan buah tertentu, terutama pada buahbuah yang bersifat klimakterik. Pepaya termasuk dalam buah klimakterik Selama pemeraman diduga kemasakan benih meningkat seiring dengan kematangan buah. Pemanenan sebelum masak fisiologis diikuti dengan pemeraman diharapkan dapat menghasilkan benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi seperti benih yang diperoleh dari buah yang dipanen saat masak fisiologis di pohon. 2. Ruusan masalah. 1. Apakah Auxin berperan dalam Pembibitan papaya? 3. Tujuan. 1. Mengetahui peran Auxin dalam pembibitan sengon. 1 of 3Tugas 3 Musthofa Afifi.docxTugas 3 Musthofa Afifi.docxOpenExtractOpen withDetailsCommentsGeneral InfoTypeWordDimensionsSize15 KBLocationdocxModified12:38 PM Oct 5Created12:38 PM Oct 5Opened by me4:05 PM Dec 22DescriptionAdd a descriptionSharingCicak GenitOwnerAnyoneCan ViewDownload PermissionViewers can download Send feedbackEmbed item...Add starRename...Report abuseShareDownloadPrintDisplaying Tugas 3 Musthofa Afifi.docx.
Links
No comments:
Post a Comment