Monday, 28 September 2015

HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN




Keyword :
 HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN

PENYAKIT TANAMAN

Iklim dan cuaca memiliki peran penting baik langsung ataupun tak langsung pada penyebaran,

pemencaran, kelimpahan dan perilaku serangga serangga serta pelepasan dan peletakan

spora., infeksi dan penetrasi, kolonisasi dan pembentukan organ pembiakan pada cendawan

dan bakteri. Ada 2 proses yang memiliki peranan penting langsung maupun tak langsung

yakni proses fisik yang ditampilkan dalam bentuk pola dan fenomena iklim atau cuaca, mikro

maupun makro serta proses biologi yang ditampilkan dalam bentuk pertumbuhan,

perkembangan dan dinamika populasi (epidemiologi).

PENGARUH IKLIM TERHADAP SERANGGA HAMA

Menurut Andrewartha dan Birch (1974), komponen hidup hewan terdiri atas 4 komponen

yaitu : cuaca, makanan, organisme dan hewan lain termasuk preditor dan parasit, serta tempat

hidup hewan tersebut.

Kehidupan serangga sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermal) akan sangat dipengaruhi

oleh keadaan cuaca dan iklim tempat hidup/ habitatnya. Cuaca dan iklim berpenga-ruh besar

terhadap perilaku, perkembangan populasi maupun penyebaran suatu spesies serangan.

Messenger (1959) dan Sunjaya (1970) berpendapat penelaahan komponen iklim dalam hubu-

ngannya dengan kehidupan serangga mencakup beberapa hal:

1. Menentukan faktor iklim apa dan berapa intensitasnya yang mempengaruhi habitat

serangga sehingga dapat dianalisis hubungan keadaan dan perubahan iklim secara

makro di suatu daerah dengan timbul dan lenyapnya serangga-serangga di daerah

tersebut.

2. Mengetahui penyebaran daerah-daerah yang mempunyai pengaruh faktor-faktor iklim

yang berpengaruh tersebut dan erat hubungannya dengan klasifikasi iklim.

3. Memperhatikan dan meneliti perubahan iklim mikro yang mendadak dan tanggap

yang diwujudkan serangga. Termasuk diantaranya kemungkinan pendugaan

perubahan iklim di masa depan.

Dalam memahami hubungan antara cuaca dan iklim dengan serangga yang lebih penting ada-

lah memahami keadaan iklim mikro di dalam pertanaman tempat serangga itu hidup.

1

Krebs (1978) mengatakan bahwa sebaran geografik suatu organisme dibatasi oleh faktor-

faktor fisik yaitu : suhu, kelembapan, air dan cahaya di habitatnya.

Faktor-faktor iklim yang diduga berpengaruh terhadap hama menurut Kisimoto dan Dyck

(1976) di antaranya adalah suhu, kelembapan relatif, curah hujan dan angin.

1. Curah hujan/presipitasi

Hujan adalah gejala gerak konveksi udara yang kemudian mengalami pendinginan (di dalam

atmosfer) sehingga terjadi kondensasi dan akhirnya jatuh sebagai titik air. Unsur-unsur

penting dari hujan yang berhubungan dengan pertumbuhan hama adalah jumlah volume curah

hujan, jumlah hari hujan dan intensitas hujan.

Periodesitas timbulnya hama sangat berhubungan dengan periode hujan tahunan dan peru-

bahan-perubahan jangka panjang. Pengaruh hujan terhadap perkembangan hama dapat secara

langsung berupa pengaruh mekanis, misalnya hujan lebat dapat menghanyutkan serangga.

Sedangkan banyak sedikitnya hujan dapat berpengaruh tak langsung terhadap perkembangan

hama, karena tinggi rendahnya hujan erat hubungannya dengan suhu maksimum, minimum

serta tekanan udara.

2. Suhu Udara

Pengaruh suhu udara terhadap hama dan penyakit tumbuhan antara lain mengendalikan per-

kembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran serangga (Massenger, 1976). Suhu dinyata-

kan dalam derajat panas, sumber pada permukaan tanah berasal dari radiasi matahari. Tinggi

rendahnya intensitas cahaya matahari berbanding lurus dengan tinggi rendahnya suhu udara.

Tinggi rendahnya suhu tubuh serangga menyesuaikan suhu udara lingkungannya (hyphother-

mal). Pengaruh suhu lingkungan terhadap serangga hama dapat dikelompokkan menjadi 5

zona:

 Zona suhu maksimum: daerah suhu dimana serangga tak lagi dapat bertahan maupun

menyesuaikan diri sehingga mati karena terlampau panas.

 Zona suhu tinggi inaktif atau estivasi: daerah suhu dimana serangga masih dapat

bertahan hidup tapi tak lagi aktif atau bergerak dan tak pula mati karena proses

fisiologis organ-organ tubuh masih bekerja. Beristirahat/tidurnya serangga dalam

melakukan aktivitas kehidupan diebut estivasi/diapuze. Jika suhu udara turun sampai

titik tertentu maka serangga akan aktif kembali dan hidup normal.

 Zona suhu optimum atau efektif, daerah suhu dimana serangga hidup secara normal

dan segala aktivitas berlangsung secara lancar dan optimal sehingga perkembangan

serangga terjadi maksimal.

 Zona suhu rendah inaktif/hibernasi, daerah dimana serangga masih dapat hidup tapi

tak aktif atau bergerak karena keadaan terlampau dingin. Serangga tidak mati karena

proses fisiologis organ-organ tubuhnya masih bekerja, hal ini disebut hibernisasi. Jika

suhu udara meningkat sampai titik panas tertentu maka serangga akan aktif kembali

dan hidup normal.

 Zona suhu minimum, daerah dimana serangga tak dapat bertahan hidup atau

menyesuaikan diri lagi terhadap lingkungan sehingga mati kedinginan.

2

3. Kelembapan udara (Lengas Udara)

Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan keadaan

lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan ketersediaan air. Untuk menyatakan kandung-

an air di udara tau kelembapan udara dilakukan dengan cara antara lain lengas udara mutlak,

lengas udara spesifik, lengas udara nisbi dan tekanan uap.

Kemampuan serangga bertahan hidup terhadap lengas udara sangat berbeda-beda tergantung

spesiesnya. Hama Trips tabaci dapat bertahan hidup dalam lengas udara di bawah 50%.

Dalam lengas udara nisbi 10%, kumbang bubuk kacang hijau betina meletakkan telur rata-rata

44.4 butir, namun pada lengas nisbi 25%, menghasilkan telur 49.8 butir.

Gambar 1. Trips tabaci

4. Cahaya dan Radiasi Matahari

Semua cahaya sangat berhubungan erat dengan kehidupan serangga. Umumnya serangga

sangat tertarik dengan cahaya dan untuk kebutuhan hidupnya memerlukan energi yang

bersumber dari cahaya matahari atau bulan. Penyesuaian serangga terhadap kondisi caha-

ya selain dalam bentuk kebiasaan/karakteristik hidup juga dalam hal fisiologis, anatomis,

morfologis, indra penglihatan dan warna tubuh.

Gambar 2. Locusta migratoria

Ngengat serangga noktural akan aktif di malam hari, sedangkan belalang kembara

3

(Locusta migratoria manilensis) arah mengembaranya mengikuti langsung arah cahaya

matahari dan berkumpulnya mengikuti arah berputarnya matahari. Belalang kembara

dewasa gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman

untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Sedangkan yang soliter terbang pada malam

hari dan siangnya tinggal di pepohonan.

Panjang dan pendeknya periodesitas radiasi matahari akan berpengaruh pada suhu udara,

lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

bakteri, virus dan sporalisasi cendawan.

5. Angin dan gerakan udara

Angin merupakan gerak udara horisontal dari daerah bertekanan tinggi ke daerah berte-

kanan rendah. Secara langsung angin dan gerakan udara tak berpengaruh terhadap pertu-

mbuhan hama. Namun angin merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan

penyakit tumbuhan. Kecepatan terbang belalang kembara sangat dibantu oleh kecepatan

dan arah angin, pada angin yang sepoi-sepoi terbang melawan arah angin, tapi bila angin

kencang terbang mengikuti arah angin. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera

dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika kecepatan angin

melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti.

PENGARUH IKLIM TERHADAP PENYAKIT TANAMAN

Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap penyakit tanaman, khususnya penyakit yang

disebabkan oleh angin, air dan serangga. Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai keru-

sakan-kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, mikroplasma dan yang

disebabkan oleh faktor lingkungan tak cocok (kelebihan atau kekurangan hara tertentu,

polusi dan lain-lain. Diantaranya penyebab penyakit tersebut, cendawan dan bakteri meru-

pakan patogen yang banyak menyerang tanaman.

Cendawan umumnya disebarkan dalam bentuk spora atau potongan hifa. Penyebarannya

dapat dibantu oleh angin, air hewan, manusia, kontak langsung atau terkandung dalam

bagian tanaman (biji, umbi). Bakteri juga dapat menyebar dengan cara yang sama.

Sedangkan virus dan mikroplasma kebanyakan disebarkan serangga, manusia sendiri atau

melalui bagian tanaman.

Perubahan faktor lingkungan fisik, iklim atau cuaca akan sangat berpengaruh terhadap

penyakit pada saat patogen di luar jaringan tanaman (pre penetrasi). Pada waktu tersebut

patogen sangat peka dan menentukan apakah iklim atau cuaca cukup menentukan perke-

mbangan.

Dalam meninjau pengaruh iklim atau cuaca terhadap perkembangan penyakit maka yang

paling penting adalah bagaimana menjelaskan perilaku iklim mikro sekitar pertanaman

atau bahkan pada lapisan yang lebih tipis di sekitar daun atau batang yang disebut

boundary layer. Perubahan lingkungan fisik lapisan tipis atau di sekitar pertanaman itulah

yang sangat menentukan keberhasilan patogen menimbulkan penyakit. Dalam beberapa

hal masalah tersebut sulit diteliti sehingga diperlukan pengertian mengenai hubungan

antara pola iklim makro dan iklim mikro di sekitar tanaman.

4

Gambar 3. Boundary Layer

1. Kelembapan Udara

Kelembapan udara yang relatif tinggi sepanjang tahun di Indonesia merupakan kondisi

potensial timbulnya penyakit. Terjadinya infeksi pateogen kerap ditentukan kondisi

kelembapan di sekitar pertanaman, terutama bagi patogen cendawan.

Gambar 4. penyakit cara pada tanaman teh (Exobasidium vexans)

Contoh pada kasus penyakit cara teh. Penyakit ini dapat secara drastis dikurangi

tingkat serangannya dengan cara mengurangi kelembapan sekitar tanaman melalui

pemotongan atau pengurangan tanaman pelindung.

Berbeda dengan penyakit cendawan, penyakit yang disebabkan virus umumnya lebih

berkembang pada musim kering.

Tingginya kelembapan di Indonesia juga menimbulkan masalah tersendiri pada pena-

nganan pasca panen yaitu banyaknya pernyakit yang menyerang hasil panen di

tempat-tempat penyimpanan.

2. Air dan embun

5

Air yang dimaksud adalah air bebas yang sangat besar peranannya dalam

perkembangan penyakit. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker kina yang

disebabkan Phytopthora cinnamoni atau penyakit penyakit lanas tembakau

(Phytopthora nocotiane) dapat tersebar luas terbawa air hujan. Air gutasi juga dapat

membantu timbulnya penyakit seperti pada Xanthomonas campestris yang menyerang

kol.

Embun juga dapat berperan dalam perkembangan spora dan infeksi. Penyebab

penyakit bulai pada jagung (Sclerospora maydis) hanya dapat membentuk spora pada

waktu malam jika daun berembun.

Gambar 5. Penyakit bulai pada jagung

3. Angin

Pengaruh angin umumnya secara tak langsung terhadap kelembapan dan terjadinya embun.

Pengaruh langsungnya adalah terhadap penyebaran spora, penyebaran serangga vektor dan

perlukaan akibat gesekan noleh tiupan angin. Contohnya adalah pelepasan dan pemencaran

konidia Pyricularia oryzae yang sangat dipengaruhi kecepatan angin.

4. Suhu lingkungan

Ketinggian tempat dari permukaan laut akan memberikan suhu tertentu kebanyakan penyakit

hanya merugikan pada tempat-tempat dengan ketinggian tertentu. Penyakit bulai pada jagung,

penyakit karat daun kopi dan cendawan akar merah pada teh (Ganoderma pseudofrreum)

hanya merugikan pada tempat-tempat rendah yang suhunya relatif tinggi. Sedangkan penyakit

tepung, cacar teh, bercak bergaris pada padi (P. oryzae) dan cendawan akar merah bata

(Poriahypolateritia) serta cendawan akar hitam (Roselliniaarcuata) pada teh hanya

merugikan pada tempat yang tinggi yang suhu lingkungan relatif lebih rendah.

Pada keadaan tertentu, suhu pada malam hari bersama-sama kelembapan dapat berpengaruh

terhadap penyakit dengan pembentukan embun dan terjadinya gutasi. Suhu lingkungan sangat

menentukan terutama pada masa prapenetrasi.

5. Radiasi surya

6

Pengaruh radiasi surya secara tak langsung terhadap berkurangnya kelembapan dan

meningkatnya suhu lingkungan. Sedangkan secara langsung adalah pada efek mematikan

spora atau pembuluh kecambah spora pada kebanyakan patogen.

No comments:

Post a Comment