HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Keyword :
HUBUNGAN CUACA DAN IKLIM TERHADAP HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN
Iklim dan cuaca memiliki peran penting baik langsung ataupun tak langsung pada penyebaran,
pemencaran, kelimpahan dan perilaku serangga serangga serta pelepasan dan peletakan
spora., infeksi dan penetrasi, kolonisasi dan pembentukan organ pembiakan pada cendawan
dan bakteri. Ada 2 proses yang memiliki peranan penting langsung maupun tak langsung
yakni proses fisik yang ditampilkan dalam bentuk pola dan fenomena iklim atau cuaca, mikro
maupun makro serta proses biologi yang ditampilkan dalam bentuk pertumbuhan,
perkembangan dan dinamika populasi (epidemiologi).
PENGARUH IKLIM TERHADAP SERANGGA HAMA
Menurut Andrewartha dan Birch (1974), komponen hidup hewan terdiri atas 4 komponen
yaitu : cuaca, makanan, organisme dan hewan lain termasuk preditor dan parasit, serta tempat
hidup hewan tersebut.
Kehidupan serangga sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermal) akan sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca dan iklim tempat hidup/ habitatnya. Cuaca dan iklim berpenga-ruh besar
terhadap perilaku, perkembangan populasi maupun penyebaran suatu spesies serangan.
Messenger (1959) dan Sunjaya (1970) berpendapat penelaahan komponen iklim dalam hubu-
ngannya dengan kehidupan serangga mencakup beberapa hal:
1. Menentukan faktor iklim apa dan berapa intensitasnya yang mempengaruhi habitat
serangga sehingga dapat dianalisis hubungan keadaan dan perubahan iklim secara
makro di suatu daerah dengan timbul dan lenyapnya serangga-serangga di daerah
tersebut.
2. Mengetahui penyebaran daerah-daerah yang mempunyai pengaruh faktor-faktor iklim
yang berpengaruh tersebut dan erat hubungannya dengan klasifikasi iklim.
3. Memperhatikan dan meneliti perubahan iklim mikro yang mendadak dan tanggap
yang diwujudkan serangga. Termasuk diantaranya kemungkinan pendugaan
perubahan iklim di masa depan.
Dalam memahami hubungan antara cuaca dan iklim dengan serangga yang lebih penting ada-
lah memahami keadaan iklim mikro di dalam pertanaman tempat serangga itu hidup.
1
Krebs (1978) mengatakan bahwa sebaran geografik suatu organisme dibatasi oleh faktor-
faktor fisik yaitu : suhu, kelembapan, air dan cahaya di habitatnya.
Faktor-faktor iklim yang diduga berpengaruh terhadap hama menurut Kisimoto dan Dyck
(1976) di antaranya adalah suhu, kelembapan relatif, curah hujan dan angin.
1. Curah hujan/presipitasi
Hujan adalah gejala gerak konveksi udara yang kemudian mengalami pendinginan (di dalam
atmosfer) sehingga terjadi kondensasi dan akhirnya jatuh sebagai titik air. Unsur-unsur
penting dari hujan yang berhubungan dengan pertumbuhan hama adalah jumlah volume curah
hujan, jumlah hari hujan dan intensitas hujan.
Periodesitas timbulnya hama sangat berhubungan dengan periode hujan tahunan dan peru-
bahan-perubahan jangka panjang. Pengaruh hujan terhadap perkembangan hama dapat secara
langsung berupa pengaruh mekanis, misalnya hujan lebat dapat menghanyutkan serangga.
Sedangkan banyak sedikitnya hujan dapat berpengaruh tak langsung terhadap perkembangan
hama, karena tinggi rendahnya hujan erat hubungannya dengan suhu maksimum, minimum
serta tekanan udara.
2. Suhu Udara
Pengaruh suhu udara terhadap hama dan penyakit tumbuhan antara lain mengendalikan per-
kembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran serangga (Massenger, 1976). Suhu dinyata-
kan dalam derajat panas, sumber pada permukaan tanah berasal dari radiasi matahari. Tinggi
rendahnya intensitas cahaya matahari berbanding lurus dengan tinggi rendahnya suhu udara.
Tinggi rendahnya suhu tubuh serangga menyesuaikan suhu udara lingkungannya (hyphother-
mal). Pengaruh suhu lingkungan terhadap serangga hama dapat dikelompokkan menjadi 5
zona:
Zona suhu maksimum: daerah suhu dimana serangga tak lagi dapat bertahan maupun
menyesuaikan diri sehingga mati karena terlampau panas.
Zona suhu tinggi inaktif atau estivasi: daerah suhu dimana serangga masih dapat
bertahan hidup tapi tak lagi aktif atau bergerak dan tak pula mati karena proses
fisiologis organ-organ tubuh masih bekerja. Beristirahat/tidurnya serangga dalam
melakukan aktivitas kehidupan diebut estivasi/diapuze. Jika suhu udara turun sampai
titik tertentu maka serangga akan aktif kembali dan hidup normal.
Zona suhu optimum atau efektif, daerah suhu dimana serangga hidup secara normal
dan segala aktivitas berlangsung secara lancar dan optimal sehingga perkembangan
serangga terjadi maksimal.
Zona suhu rendah inaktif/hibernasi, daerah dimana serangga masih dapat hidup tapi
tak aktif atau bergerak karena keadaan terlampau dingin. Serangga tidak mati karena
proses fisiologis organ-organ tubuhnya masih bekerja, hal ini disebut hibernisasi. Jika
suhu udara meningkat sampai titik panas tertentu maka serangga akan aktif kembali
dan hidup normal.
Zona suhu minimum, daerah dimana serangga tak dapat bertahan hidup atau
menyesuaikan diri lagi terhadap lingkungan sehingga mati kedinginan.
2
3. Kelembapan udara (Lengas Udara)
Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan keadaan
lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan ketersediaan air. Untuk menyatakan kandung-
an air di udara tau kelembapan udara dilakukan dengan cara antara lain lengas udara mutlak,
lengas udara spesifik, lengas udara nisbi dan tekanan uap.
Kemampuan serangga bertahan hidup terhadap lengas udara sangat berbeda-beda tergantung
spesiesnya. Hama Trips tabaci dapat bertahan hidup dalam lengas udara di bawah 50%.
Dalam lengas udara nisbi 10%, kumbang bubuk kacang hijau betina meletakkan telur rata-rata
44.4 butir, namun pada lengas nisbi 25%, menghasilkan telur 49.8 butir.
Gambar 1. Trips tabaci
4. Cahaya dan Radiasi Matahari
Semua cahaya sangat berhubungan erat dengan kehidupan serangga. Umumnya serangga
sangat tertarik dengan cahaya dan untuk kebutuhan hidupnya memerlukan energi yang
bersumber dari cahaya matahari atau bulan. Penyesuaian serangga terhadap kondisi caha-
ya selain dalam bentuk kebiasaan/karakteristik hidup juga dalam hal fisiologis, anatomis,
morfologis, indra penglihatan dan warna tubuh.
Gambar 2. Locusta migratoria
Ngengat serangga noktural akan aktif di malam hari, sedangkan belalang kembara
3
(Locusta migratoria manilensis) arah mengembaranya mengikuti langsung arah cahaya
matahari dan berkumpulnya mengikuti arah berputarnya matahari. Belalang kembara
dewasa gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman
untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Sedangkan yang soliter terbang pada malam
hari dan siangnya tinggal di pepohonan.
Panjang dan pendeknya periodesitas radiasi matahari akan berpengaruh pada suhu udara,
lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri, virus dan sporalisasi cendawan.
5. Angin dan gerakan udara
Angin merupakan gerak udara horisontal dari daerah bertekanan tinggi ke daerah berte-
kanan rendah. Secara langsung angin dan gerakan udara tak berpengaruh terhadap pertu-
mbuhan hama. Namun angin merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan
penyakit tumbuhan. Kecepatan terbang belalang kembara sangat dibantu oleh kecepatan
dan arah angin, pada angin yang sepoi-sepoi terbang melawan arah angin, tapi bila angin
kencang terbang mengikuti arah angin. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera
dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika kecepatan angin
melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti.
PENGARUH IKLIM TERHADAP PENYAKIT TANAMAN
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap penyakit tanaman, khususnya penyakit yang
disebabkan oleh angin, air dan serangga. Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai keru-
sakan-kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, mikroplasma dan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan tak cocok (kelebihan atau kekurangan hara tertentu,
polusi dan lain-lain. Diantaranya penyebab penyakit tersebut, cendawan dan bakteri meru-
pakan patogen yang banyak menyerang tanaman.
Cendawan umumnya disebarkan dalam bentuk spora atau potongan hifa. Penyebarannya
dapat dibantu oleh angin, air hewan, manusia, kontak langsung atau terkandung dalam
bagian tanaman (biji, umbi). Bakteri juga dapat menyebar dengan cara yang sama.
Sedangkan virus dan mikroplasma kebanyakan disebarkan serangga, manusia sendiri atau
melalui bagian tanaman.
Perubahan faktor lingkungan fisik, iklim atau cuaca akan sangat berpengaruh terhadap
penyakit pada saat patogen di luar jaringan tanaman (pre penetrasi). Pada waktu tersebut
patogen sangat peka dan menentukan apakah iklim atau cuaca cukup menentukan perke-
mbangan.
Dalam meninjau pengaruh iklim atau cuaca terhadap perkembangan penyakit maka yang
paling penting adalah bagaimana menjelaskan perilaku iklim mikro sekitar pertanaman
atau bahkan pada lapisan yang lebih tipis di sekitar daun atau batang yang disebut
boundary layer. Perubahan lingkungan fisik lapisan tipis atau di sekitar pertanaman itulah
yang sangat menentukan keberhasilan patogen menimbulkan penyakit. Dalam beberapa
hal masalah tersebut sulit diteliti sehingga diperlukan pengertian mengenai hubungan
antara pola iklim makro dan iklim mikro di sekitar tanaman.
4
Gambar 3. Boundary Layer
1. Kelembapan Udara
Kelembapan udara yang relatif tinggi sepanjang tahun di Indonesia merupakan kondisi
potensial timbulnya penyakit. Terjadinya infeksi pateogen kerap ditentukan kondisi
kelembapan di sekitar pertanaman, terutama bagi patogen cendawan.
Gambar 4. penyakit cara pada tanaman teh (Exobasidium vexans)
Contoh pada kasus penyakit cara teh. Penyakit ini dapat secara drastis dikurangi
tingkat serangannya dengan cara mengurangi kelembapan sekitar tanaman melalui
pemotongan atau pengurangan tanaman pelindung.
Berbeda dengan penyakit cendawan, penyakit yang disebabkan virus umumnya lebih
berkembang pada musim kering.
Tingginya kelembapan di Indonesia juga menimbulkan masalah tersendiri pada pena-
nganan pasca panen yaitu banyaknya pernyakit yang menyerang hasil panen di
tempat-tempat penyimpanan.
2. Air dan embun
5
Air yang dimaksud adalah air bebas yang sangat besar peranannya dalam
perkembangan penyakit. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker kina yang
disebabkan Phytopthora cinnamoni atau penyakit penyakit lanas tembakau
(Phytopthora nocotiane) dapat tersebar luas terbawa air hujan. Air gutasi juga dapat
membantu timbulnya penyakit seperti pada Xanthomonas campestris yang menyerang
kol.
Embun juga dapat berperan dalam perkembangan spora dan infeksi. Penyebab
penyakit bulai pada jagung (Sclerospora maydis) hanya dapat membentuk spora pada
waktu malam jika daun berembun.
Gambar 5. Penyakit bulai pada jagung
3. Angin
Pengaruh angin umumnya secara tak langsung terhadap kelembapan dan terjadinya embun.
Pengaruh langsungnya adalah terhadap penyebaran spora, penyebaran serangga vektor dan
perlukaan akibat gesekan noleh tiupan angin. Contohnya adalah pelepasan dan pemencaran
konidia Pyricularia oryzae yang sangat dipengaruhi kecepatan angin.
4. Suhu lingkungan
Ketinggian tempat dari permukaan laut akan memberikan suhu tertentu kebanyakan penyakit
hanya merugikan pada tempat-tempat dengan ketinggian tertentu. Penyakit bulai pada jagung,
penyakit karat daun kopi dan cendawan akar merah pada teh (Ganoderma pseudofrreum)
hanya merugikan pada tempat-tempat rendah yang suhunya relatif tinggi. Sedangkan penyakit
tepung, cacar teh, bercak bergaris pada padi (P. oryzae) dan cendawan akar merah bata
(Poriahypolateritia) serta cendawan akar hitam (Roselliniaarcuata) pada teh hanya
merugikan pada tempat yang tinggi yang suhu lingkungan relatif lebih rendah.
Pada keadaan tertentu, suhu pada malam hari bersama-sama kelembapan dapat berpengaruh
terhadap penyakit dengan pembentukan embun dan terjadinya gutasi. Suhu lingkungan sangat
menentukan terutama pada masa prapenetrasi.
5. Radiasi surya
6
Pengaruh radiasi surya secara tak langsung terhadap berkurangnya kelembapan dan
meningkatnya suhu lingkungan. Sedangkan secara langsung adalah pada efek mematikan
spora atau pembuluh kecambah spora pada kebanyakan patogen.
PENYAKIT TANAMAN
Iklim dan cuaca memiliki peran penting baik langsung ataupun tak langsung pada penyebaran,
pemencaran, kelimpahan dan perilaku serangga serangga serta pelepasan dan peletakan
spora., infeksi dan penetrasi, kolonisasi dan pembentukan organ pembiakan pada cendawan
dan bakteri. Ada 2 proses yang memiliki peranan penting langsung maupun tak langsung
yakni proses fisik yang ditampilkan dalam bentuk pola dan fenomena iklim atau cuaca, mikro
maupun makro serta proses biologi yang ditampilkan dalam bentuk pertumbuhan,
perkembangan dan dinamika populasi (epidemiologi).
PENGARUH IKLIM TERHADAP SERANGGA HAMA
Menurut Andrewartha dan Birch (1974), komponen hidup hewan terdiri atas 4 komponen
yaitu : cuaca, makanan, organisme dan hewan lain termasuk preditor dan parasit, serta tempat
hidup hewan tersebut.
Kehidupan serangga sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermal) akan sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca dan iklim tempat hidup/ habitatnya. Cuaca dan iklim berpenga-ruh besar
terhadap perilaku, perkembangan populasi maupun penyebaran suatu spesies serangan.
Messenger (1959) dan Sunjaya (1970) berpendapat penelaahan komponen iklim dalam hubu-
ngannya dengan kehidupan serangga mencakup beberapa hal:
1. Menentukan faktor iklim apa dan berapa intensitasnya yang mempengaruhi habitat
serangga sehingga dapat dianalisis hubungan keadaan dan perubahan iklim secara
makro di suatu daerah dengan timbul dan lenyapnya serangga-serangga di daerah
tersebut.
2. Mengetahui penyebaran daerah-daerah yang mempunyai pengaruh faktor-faktor iklim
yang berpengaruh tersebut dan erat hubungannya dengan klasifikasi iklim.
3. Memperhatikan dan meneliti perubahan iklim mikro yang mendadak dan tanggap
yang diwujudkan serangga. Termasuk diantaranya kemungkinan pendugaan
perubahan iklim di masa depan.
Dalam memahami hubungan antara cuaca dan iklim dengan serangga yang lebih penting ada-
lah memahami keadaan iklim mikro di dalam pertanaman tempat serangga itu hidup.
1
Krebs (1978) mengatakan bahwa sebaran geografik suatu organisme dibatasi oleh faktor-
faktor fisik yaitu : suhu, kelembapan, air dan cahaya di habitatnya.
Faktor-faktor iklim yang diduga berpengaruh terhadap hama menurut Kisimoto dan Dyck
(1976) di antaranya adalah suhu, kelembapan relatif, curah hujan dan angin.
1. Curah hujan/presipitasi
Hujan adalah gejala gerak konveksi udara yang kemudian mengalami pendinginan (di dalam
atmosfer) sehingga terjadi kondensasi dan akhirnya jatuh sebagai titik air. Unsur-unsur
penting dari hujan yang berhubungan dengan pertumbuhan hama adalah jumlah volume curah
hujan, jumlah hari hujan dan intensitas hujan.
Periodesitas timbulnya hama sangat berhubungan dengan periode hujan tahunan dan peru-
bahan-perubahan jangka panjang. Pengaruh hujan terhadap perkembangan hama dapat secara
langsung berupa pengaruh mekanis, misalnya hujan lebat dapat menghanyutkan serangga.
Sedangkan banyak sedikitnya hujan dapat berpengaruh tak langsung terhadap perkembangan
hama, karena tinggi rendahnya hujan erat hubungannya dengan suhu maksimum, minimum
serta tekanan udara.
2. Suhu Udara
Pengaruh suhu udara terhadap hama dan penyakit tumbuhan antara lain mengendalikan per-
kembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran serangga (Massenger, 1976). Suhu dinyata-
kan dalam derajat panas, sumber pada permukaan tanah berasal dari radiasi matahari. Tinggi
rendahnya intensitas cahaya matahari berbanding lurus dengan tinggi rendahnya suhu udara.
Tinggi rendahnya suhu tubuh serangga menyesuaikan suhu udara lingkungannya (hyphother-
mal). Pengaruh suhu lingkungan terhadap serangga hama dapat dikelompokkan menjadi 5
zona:
Zona suhu maksimum: daerah suhu dimana serangga tak lagi dapat bertahan maupun
menyesuaikan diri sehingga mati karena terlampau panas.
Zona suhu tinggi inaktif atau estivasi: daerah suhu dimana serangga masih dapat
bertahan hidup tapi tak lagi aktif atau bergerak dan tak pula mati karena proses
fisiologis organ-organ tubuh masih bekerja. Beristirahat/tidurnya serangga dalam
melakukan aktivitas kehidupan diebut estivasi/diapuze. Jika suhu udara turun sampai
titik tertentu maka serangga akan aktif kembali dan hidup normal.
Zona suhu optimum atau efektif, daerah suhu dimana serangga hidup secara normal
dan segala aktivitas berlangsung secara lancar dan optimal sehingga perkembangan
serangga terjadi maksimal.
Zona suhu rendah inaktif/hibernasi, daerah dimana serangga masih dapat hidup tapi
tak aktif atau bergerak karena keadaan terlampau dingin. Serangga tidak mati karena
proses fisiologis organ-organ tubuhnya masih bekerja, hal ini disebut hibernisasi. Jika
suhu udara meningkat sampai titik panas tertentu maka serangga akan aktif kembali
dan hidup normal.
Zona suhu minimum, daerah dimana serangga tak dapat bertahan hidup atau
menyesuaikan diri lagi terhadap lingkungan sehingga mati kedinginan.
2
3. Kelembapan udara (Lengas Udara)
Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan keadaan
lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan ketersediaan air. Untuk menyatakan kandung-
an air di udara tau kelembapan udara dilakukan dengan cara antara lain lengas udara mutlak,
lengas udara spesifik, lengas udara nisbi dan tekanan uap.
Kemampuan serangga bertahan hidup terhadap lengas udara sangat berbeda-beda tergantung
spesiesnya. Hama Trips tabaci dapat bertahan hidup dalam lengas udara di bawah 50%.
Dalam lengas udara nisbi 10%, kumbang bubuk kacang hijau betina meletakkan telur rata-rata
44.4 butir, namun pada lengas nisbi 25%, menghasilkan telur 49.8 butir.
Gambar 1. Trips tabaci
4. Cahaya dan Radiasi Matahari
Semua cahaya sangat berhubungan erat dengan kehidupan serangga. Umumnya serangga
sangat tertarik dengan cahaya dan untuk kebutuhan hidupnya memerlukan energi yang
bersumber dari cahaya matahari atau bulan. Penyesuaian serangga terhadap kondisi caha-
ya selain dalam bentuk kebiasaan/karakteristik hidup juga dalam hal fisiologis, anatomis,
morfologis, indra penglihatan dan warna tubuh.
Gambar 2. Locusta migratoria
Ngengat serangga noktural akan aktif di malam hari, sedangkan belalang kembara
3
(Locusta migratoria manilensis) arah mengembaranya mengikuti langsung arah cahaya
matahari dan berkumpulnya mengikuti arah berputarnya matahari. Belalang kembara
dewasa gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman
untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Sedangkan yang soliter terbang pada malam
hari dan siangnya tinggal di pepohonan.
Panjang dan pendeknya periodesitas radiasi matahari akan berpengaruh pada suhu udara,
lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri, virus dan sporalisasi cendawan.
5. Angin dan gerakan udara
Angin merupakan gerak udara horisontal dari daerah bertekanan tinggi ke daerah berte-
kanan rendah. Secara langsung angin dan gerakan udara tak berpengaruh terhadap pertu-
mbuhan hama. Namun angin merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan
penyakit tumbuhan. Kecepatan terbang belalang kembara sangat dibantu oleh kecepatan
dan arah angin, pada angin yang sepoi-sepoi terbang melawan arah angin, tapi bila angin
kencang terbang mengikuti arah angin. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera
dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika kecepatan angin
melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti.
PENGARUH IKLIM TERHADAP PENYAKIT TANAMAN
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap penyakit tanaman, khususnya penyakit yang
disebabkan oleh angin, air dan serangga. Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai keru-
sakan-kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, mikroplasma dan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan tak cocok (kelebihan atau kekurangan hara tertentu,
polusi dan lain-lain. Diantaranya penyebab penyakit tersebut, cendawan dan bakteri meru-
pakan patogen yang banyak menyerang tanaman.
Cendawan umumnya disebarkan dalam bentuk spora atau potongan hifa. Penyebarannya
dapat dibantu oleh angin, air hewan, manusia, kontak langsung atau terkandung dalam
bagian tanaman (biji, umbi). Bakteri juga dapat menyebar dengan cara yang sama.
Sedangkan virus dan mikroplasma kebanyakan disebarkan serangga, manusia sendiri atau
melalui bagian tanaman.
Perubahan faktor lingkungan fisik, iklim atau cuaca akan sangat berpengaruh terhadap
penyakit pada saat patogen di luar jaringan tanaman (pre penetrasi). Pada waktu tersebut
patogen sangat peka dan menentukan apakah iklim atau cuaca cukup menentukan perke-
mbangan.
Dalam meninjau pengaruh iklim atau cuaca terhadap perkembangan penyakit maka yang
paling penting adalah bagaimana menjelaskan perilaku iklim mikro sekitar pertanaman
atau bahkan pada lapisan yang lebih tipis di sekitar daun atau batang yang disebut
boundary layer. Perubahan lingkungan fisik lapisan tipis atau di sekitar pertanaman itulah
yang sangat menentukan keberhasilan patogen menimbulkan penyakit. Dalam beberapa
hal masalah tersebut sulit diteliti sehingga diperlukan pengertian mengenai hubungan
antara pola iklim makro dan iklim mikro di sekitar tanaman.
4
Gambar 3. Boundary Layer
1. Kelembapan Udara
Kelembapan udara yang relatif tinggi sepanjang tahun di Indonesia merupakan kondisi
potensial timbulnya penyakit. Terjadinya infeksi pateogen kerap ditentukan kondisi
kelembapan di sekitar pertanaman, terutama bagi patogen cendawan.
Gambar 4. penyakit cara pada tanaman teh (Exobasidium vexans)
Contoh pada kasus penyakit cara teh. Penyakit ini dapat secara drastis dikurangi
tingkat serangannya dengan cara mengurangi kelembapan sekitar tanaman melalui
pemotongan atau pengurangan tanaman pelindung.
Berbeda dengan penyakit cendawan, penyakit yang disebabkan virus umumnya lebih
berkembang pada musim kering.
Tingginya kelembapan di Indonesia juga menimbulkan masalah tersendiri pada pena-
nganan pasca panen yaitu banyaknya pernyakit yang menyerang hasil panen di
tempat-tempat penyimpanan.
2. Air dan embun
5
Air yang dimaksud adalah air bebas yang sangat besar peranannya dalam
perkembangan penyakit. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker kina yang
disebabkan Phytopthora cinnamoni atau penyakit penyakit lanas tembakau
(Phytopthora nocotiane) dapat tersebar luas terbawa air hujan. Air gutasi juga dapat
membantu timbulnya penyakit seperti pada Xanthomonas campestris yang menyerang
kol.
Embun juga dapat berperan dalam perkembangan spora dan infeksi. Penyebab
penyakit bulai pada jagung (Sclerospora maydis) hanya dapat membentuk spora pada
waktu malam jika daun berembun.
Gambar 5. Penyakit bulai pada jagung
3. Angin
Pengaruh angin umumnya secara tak langsung terhadap kelembapan dan terjadinya embun.
Pengaruh langsungnya adalah terhadap penyebaran spora, penyebaran serangga vektor dan
perlukaan akibat gesekan noleh tiupan angin. Contohnya adalah pelepasan dan pemencaran
konidia Pyricularia oryzae yang sangat dipengaruhi kecepatan angin.
4. Suhu lingkungan
Ketinggian tempat dari permukaan laut akan memberikan suhu tertentu kebanyakan penyakit
hanya merugikan pada tempat-tempat dengan ketinggian tertentu. Penyakit bulai pada jagung,
penyakit karat daun kopi dan cendawan akar merah pada teh (Ganoderma pseudofrreum)
hanya merugikan pada tempat-tempat rendah yang suhunya relatif tinggi. Sedangkan penyakit
tepung, cacar teh, bercak bergaris pada padi (P. oryzae) dan cendawan akar merah bata
(Poriahypolateritia) serta cendawan akar hitam (Roselliniaarcuata) pada teh hanya
merugikan pada tempat yang tinggi yang suhu lingkungan relatif lebih rendah.
Pada keadaan tertentu, suhu pada malam hari bersama-sama kelembapan dapat berpengaruh
terhadap penyakit dengan pembentukan embun dan terjadinya gutasi. Suhu lingkungan sangat
menentukan terutama pada masa prapenetrasi.
5. Radiasi surya
6
Pengaruh radiasi surya secara tak langsung terhadap berkurangnya kelembapan dan
meningkatnya suhu lingkungan. Sedangkan secara langsung adalah pada efek mematikan
spora atau pembuluh kecambah spora pada kebanyakan patogen.
No comments:
Post a Comment