Keyword :
PANDAHULUAN
Latar Belakang
Kedudukan beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih
sulit digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras per kapita
Indonesia masih tinggi. Menurut FAO-OECD, konsumsi beras per kapita Indonesia tertinggi
ketiga setelah Vietnam dan Bangladesh (Herdiman, 2008). Sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan terus meningkat
dengan laju peningkatan rata-rata 5,7% per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar
52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025
diproyeksikan 65,9 juta ton GKG (Deptan, 2007).
Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras
adalah gulma. Echinochloa crus- galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan
sawah. Hasil penelitian di Indramayu, E. crusgalli dapat mengakibatkan kehilangan hasil
padi gogo hingga mencapai 90% (Pane et al., 2004). Padi merupakan tanaman C3,
sedangkan E. crus-galli ini termasuk tanaman C4. Tumbuhan berjalur C4 lebih efisien
dalam menggunakan cahaya matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga
tanaman atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan
berkompetisi.
Kompetisi ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Salah satu
faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah adalah
kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Menurut Islam et al. (2003), populasi
delapan E. crusgalli per pot menurunkan 97% hasil gabah. Semakin tinggi kepadatan
gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi padi pada beberapa kepadatan
populasi gulma E. crus-galli.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April
2009 sampai bulan Agustus 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih gulma E. crus-galli ekotipe
Karawang, benih padi varietas IR64, GA3, alkohol, aquadest, pupuk Urea, SP-18, KCl dan
media tanam berupa tanah sawah jenis Latosol. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat
alat budidaya, pot hitam, bak semai, meteran, timbangan, gelas ukur, oven, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor
yaitu populasi gulma E.
crus-galli per pot. Jumlah perlakuan ada sembilan yaitu:
E0P1 = 1 padi tanpa E. crus-galli
E2P1 = 2 E. crus-galli dan 1 padi E2 = 2 E. crus-galli
E4P1 = 4 E. crus-galli dan 1 padi E4 = 4 E. crus-galli
E6P1 = 6 E. crus-galli dan 1 padi E6 = 6 E. crus-galli
E8P1 = 8 E. crus-galli dan 1 padi E8 = 8 E. crus-galli
Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam
menunjukkan perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range
Test) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang telah dikeringanginkan
dan diaduk agar tercampur rata. Tanah dimasukkan ke dalam pot sebanyak 9 kg/pot dan
dilumpurkan. Padi dan gulma E. crus-galli yang berumur 14 hari setelah semai dipindah
tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan secara bersamaan. Pemupukan dilakukan dengan
dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot, SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan
dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada
8 MST. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian
genangan 3 cm. Pada 4 MST dan 8 MST dilakukan panen destruktif . Panen dilakukan pada
saat 95% malai padi sudah menguning dan diremas 30% gabah sudah rontok.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada tanaman padi meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun,
panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang malai,
jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot gabah kering panen, bobot 100 butir gabah,
total hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi terhadap E.crus-galli. Peubah yang diamati
pada gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, waktu keluarnya stage
daun, panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang
malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot 1000 butir biji, total hasil relatif dan
koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Suhu harian rata-rata rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan
kelembaban udara rata-rata 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa
tanah bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N
0.24%. Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15 :
32 : 53. Hama yang mulai menyerang ketika gulma E. crus-galli dan padi dalam persemaian
adalah burung. Tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan
penyakit ketika fase vegetatif dan memasuki fase generatif. Hama dan penyakit yang
menyerang yaitu ulat, burung, dan wereng. Gulma lain selain E. crus-galli yang tumbuh
di pot adalah Fimbristylis litolaris.
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Padi Tinggi Tanaman
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3
MST. Tabel 1 menunjukkan pada 3 MST perlakuan E4P1 dan E6P1 mampu menekan tinggi
tanaman padi hingga 14.60% dibanding kontrol (E0P1). Sedangkan pada akhir pengamatan
(9 MST), perlakuan E0P1 memberikan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dan terendah pada
perlakuan E8P1.
Jumlah Anakan
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi
pada 4, 5, 7 dan 8 MST. Pada umur 4 MST, rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada
perlakuan E2P1 dan yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1. Sedangkan pada 8 MST
perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi hingga 52% dibanding kontrol (Tabel 2).
Jumlah Daun, Panjang Daun dan Lebar Daun
Populasi gulma berpengaruh terhadap jumlah daun padi pada 8 MST dengan jumlah daun
tertinggi pada perlakuan tanpa gulma dan yang terendah pada E8P1. Populasi gulma E.crus-
galli tidak berpengaruh terhadap panjang daun tanaman padi. Populasi gulma E.crus-galli
berpengaruh terhadap lebar daun tanaman padi pada 4 dan 8 MST. Pada 8 MST, rata-rata
lebar daun tertinggi pada perlakuan kontrol yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
kecuali dengan perlakuan E6P1 (Tabel 3). Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa
fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk
daun, selanjutnya ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ
reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 9 MST dan penurunan
panjang daun pada 10 MST.
Luas Daun Bendera
Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap luas daun bendera padi. Perlakuan
E4P1 menekan luas daun bendera padi hingga 41.7% dibanding kontrol (Tabel 4). Rata-rata
luas daun bendera tertinggi pada perlakuan kontrol dan yang terendah pada perlakuan E4P1.
Panjang Akar
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 8 MST dan panen
(Tabel 5). Rata-rata panjang akar terpanjang dimiliki oleh perlakuan E0P1 dan terpendek
perlakuan E8P1 pada saat panen. Padi yang ditanam dengan 8 gulma E. crus-galli mampu
menekan panjang akar dibanding kontrol hingga 16.8% pada 8 MST dan 36,9% pada saat
panen.
Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai dan Total
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hanya
pada 4 dan 8 MST, juga bobot kering akar dan bobot kering total pada 4 MST, namun
tidak berpengaruh terhadap bobot kering malai. Saat 8 MST, perlakuan E8P1 menurunkan
bobot kering tajuk padi sebesar 49.7% (Tabel 6). Penurunan bobot kering terbesar saat
panen dihasilkan oleh perlakuan dengan populasi 6 gulma yang menurunkan bobot kering
total sebesar 34.6% dari kontrol (Tabel 7).
Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot
Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per pot. Rata-
rata panjang malai padi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol mencapai 21.17 cm dan
yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1 (Tabel 8). Perlakuan E8P1 menekan jumlah
gabah per malai 28.5% dibanding kontrol.
Produksi Gabah Padi
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap produksi gabah pada peubah bobot gabah
isi, bobot gabah total dan persentasi bobot gabah hampa. Perlakuan E8P1 mampu
menurunkan bobot gabah kering total sebesar 77.8% dibanding kontrol. Pada peubah bobot
gabah isi, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan E0P1 dan yang terendah pada
perlakuan E8P1. Persentase gabah hampa terbesar terdapat pada perlakuan E8P1 sebesar
72.78% (Tabel 9).
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Gulma E. crus-galli
Tinggi Tanaman
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi gulma pada 4 dan 9 MST. Tinggi
tanaman tertinggi pada 9 MST dimiliki oleh perlakuan E2 yang mencapai 137.63 cm dan
perlakuan E8P1 memiliki tinggi terendah yaitu 89.30 cm (Tabel 10).
Jumlah Anakan
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan E. crus-galli pada 6, 7, 9
hingga 17 MST. Pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa secara umum rata-rata jumlah anakan
gulma yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan gulma yang ditanam
bersama padi, kecuali pada perlakuan E2 yang berbeda nyata dengan E2P1 pada 6 MST, E4
yang berbeda nyata dengan E4P1 pada 7, 12 hingga 17 MST dan E8 yang berbeda nyata
dengan E8P1 pada 17 MST.
Waktu Keluarnya Stage Daun
Waktu keluarnya stage daun gulma dipengaruhi oleh populasi gulma E.rus-galli pada
stage daun ke-3, 5, 6, dan 7. Pada stage daun ke-3, gulma dengan perlakuan E8
membutuhkan waktu yang paling lama untuk keluarnya stage daun (Tabel 12).
Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun
Populasi gulma E. crus-galli mempengaruhi jumlah daun pada 8 hingga 10 MST. Pada 8
MST, perlakuan populasi 2 gulma yang ditanam bersama padi menurunkan jumlah daun E.
crus-galli sebesar 14,04% dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (Tabel 13).
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang daun gulma pada 4 hingga 6
MST. Kepadatan populasi gulma berpengaruh terhadap lebar daun gulma E. crus-galli
pada 4 hingga 6 MST, dan 7 hingga 10 MST.
Luas Daun Bendera
Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap luas daun bendera E.crus-galli. Luas
daun bendera pada perlakuan populasi monokultur 4 gulma E. crus-galli memberikan nilai
rata-rata tertinggi mencapai 11.95 cm2, luas daun bendera terendah pada perlakuan E8P1
mencapai 8.14 cm2(Tabel 14).
Panjang Akar
Panjang akar gulma E.crus-galli dipengaruhi oleh populasi gulma pada saat panen dimana
perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu padi per pot menurunkan
panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya.
Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai, dan Total
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, akar, dan
bobot kering total gulma pada 4 MST hingga panen. Saat panen, perlakuan E8P1
menurunkan 37% bobot kering tajuk, 35.7% bobot kering akar, dan 45.7% bobot kering
total dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (E8). Perlakuan populasi gulma
E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering malai gulma pada saat panen, dimana rata-
rata bobot kering malai tertinggi diberikan oleh perlakuan E8 dan yang terendah pada
perlakuan E8P1(Tabel 16 dan 17) .
Gambar 1(a) di atas, menunjukkan semakin tinggi
populasi E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot
biomassa E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi
meningkat dan bobot biomassa E.crus-galli menurun. Gambar 1(b) menunjukkan semakin
tinggi populasi gulma, semakin menurunkan bobot biomassa gulma E.crus-galli yang
ditanam secara monokultur.
Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Bobot 1000 Butir Biji
Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah biji per
malai E.crus-galli. Jumlah biji per pot tertinggi pada perlakuan E8 sebesar 9541 butir per pot
(Tabel 18). Populasi 8 gulma E.crus-galli per pot menekan bobot 1000 biji hingga 20% jika
dibandingkan dengan monokulturnya.
Penetapan Kompetisi
Total Hasil Relatif
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli hanyaberpengaruh terhadap hasil relatif padi pada 4
MST (Tabel 19).Hasil relatif E.crus-galli (HRE) pada umumnya lebih besar daripada
hasil relatif padi (HRP). Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik E.crus-galli
lebih besar daripada padi.Nilai total hasil relative (THR) lebih besar dari satu menunjukkan
tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli danpadi (Gambar 2).
Koefisien Pendesakan
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap koefisien pendesakan padi
terhadap E.crus-galli (KPPE) pada 8 MST dan panen, namun tidak mempengaruhi koefisien
pendesakan E.crus-galli terhadap padi (KPEP). Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa
peningkatan populasi gulma menurunkan nilai KPPE dan meningkatkan nilai KPEP.
Gambar 3 menunjukkan bahwa koefisien pendesakan E.crus-galli lebih besar dibandingkan
koefisien pendesakan padi. Hal ini menunjukkan E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan
dengan tanaman padi.
Pembahasan
Semakin tinggi populasi gulma, semakin menekan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan,
jumlah dan ukuran daun. Hasil ini sejalan dengan laporan Islam et al. (2003) yang
menyatakan bahwa keberadaan gulma E.crus-galli mulai populasi 2 per pot menurunkan
tinggi tanaman padi. Purba (2007) juga melaporkan bahwa kerapatan E. crus-galli 10
tegakan per meter bujursangkar mampu menurunkan tinggi tanaman padi 11%. Semakin
tinggi populasi gulma, semakin menekan panjang akar padi. Menurut Suardi (2002), peran
akar padi dalam menyerap air selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses
fotosintesis dalam menghasilkan gabah.
Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E.crus-galli mempengaruhi hampir seluruh
peubah hasil padi baik itu bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah
gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Perlakuan populasi 8
gulma mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibanding kontrol. Hasil
penelitian Frauke (2007) menyatakan bahwa populasi gulma E. crus-galli sebanyak 4 per pot
menurunkan produksi tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan
menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi
gulma yang ditanam bersama padi, berakibat pada penurunan produksi gabah padi.
Bobot biomassa mencerminkan status nutrisi tanaman. Kerapatan tanam tinggi membuat
semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya
matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang
ditranslokasikan dan disimpan (Mursito dan Kawiji, 2001). Semakin tinggi populasi
E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot biomassa
E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan
bobot biomassa E.crus-galli menurun. Hal ini diduga karena adanya persaingan intraspesifik
antar E.crus-galli yang menekan pertumbuhan dan pada akhirnya menghilangkan
pengaruhnya terhadap tanaman padi. Effendi (2006) menyatakan bahwa biomassa tanaman
per satuan luas tanah akan tinggi sampai tingkat kepadatan tanaman tertentu, kemudian
menurun kembali karena terjadi kompetisi sesama jenis dalam kebutuhan faktor tumbuh.
Semakin tinggi populasi gulma, semakin menurunkan panjang malai, jumlah gabah per
malai, serta memperlambat waktu keluarnya stage daun E. crus-galli,. Halvorson dan
Guertin (2003) menyatakan bahwa pengendalian E.crus-galli efektif dengan menggunakan
herbisida yang kontak langsung dengan biji yang sedang berkecambah atau pada
pertumbuhan awal bibit. Hal tersebut terkait dengan waktu munculnya stage daun, semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk munculnya setiap stage daun, maka aplikasi herbisida
semakin efektif. Menurut Kadir (2007), untuk mengendalikan E.crus-galli, aplikasi herbisida
harus dilakukan maksimal 14 hari setelah tanam.
Pada saat panen, mulai dari perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu
padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya.
Karakter bobot 1000 biji merupakan karakter tidak langsung untuk melihat ukuran biji
E.crus-galli, semakin besar bobot 1000 biji maka ukuran biji E.crus-galli juga semakin
besar. Ukuran biji dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang ditranslokasikan ke biji pada fase
generatif (Suud, 2007).
Perera et al. (2006) melaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif
antara E.crus-galli dan padi mendekati satu (THR<1), dengan hasil relatif E.crus-galli lebih
besar dari 0.5 dan hasil relatif padi kurang dari 0.5. Total hasil relatif antara E.crus-galli dan
padi pada penelitian ini lebih besar dari satu (THR>1). Hal ini menunjukkan tidak terjadi
kompetisi antara E.crus-galli dan padi. Menurut Schmid (2008), total hasil relatif lebih besar
dari satu menunjukkan adanya penambahan sumberdaya, pemakaian kebutuhan sarana
tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis, atau adanya interaksi positif.
Pengujian dengan menggunakan koefisien pendesakan didapatkan hasil bahwa kemampuan
kompetisi tanaman padi semakin menurun dengan bertambahnya populasi gulma E.crus-galli.
Sebaliknya pada koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap tanaman padi didapatkan hasil
bahwa kemampuan kompetisi E.crus-galli terus meningkat dengan meningkatnya populasi
E.crus-galli. Hal ini menunjukkan gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan padi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pertanaman padi yang tumbuh bersama gulma E.crus-galli menunjukkan pengaruh kompetisi
E.crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Populasi 2 gulma per pot telah mampu
menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-gallii
per pot, semakin menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Populasi E. crus-galli
sebanyak 8 per pot menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dan bobot gabah isi
sebesar 93.0%. Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi
menekan bobot kering total sebesar 45.7% dari perlakuan monokulturnya.
Nilai THR lebih besar dari satu menunjukkan tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan
padi. Sedangkan daripeubah koefisien pendesakan didapatkan bahwa gulma E.crus-galli
lebih kompetitif dibandingkan padi.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan menggunakanvarietas padi yang berbeda sehingga dapat
diketahui pengaruh dari varietas yang berbeda.
Latar Belakang
Kedudukan beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih
sulit digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras per kapita
Indonesia masih tinggi. Menurut FAO-OECD, konsumsi beras per kapita Indonesia tertinggi
ketiga setelah Vietnam dan Bangladesh (Herdiman, 2008). Sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan terus meningkat
dengan laju peningkatan rata-rata 5,7% per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar
52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025
diproyeksikan 65,9 juta ton GKG (Deptan, 2007).
Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras
adalah gulma. Echinochloa crus- galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan
sawah. Hasil penelitian di Indramayu, E. crusgalli dapat mengakibatkan kehilangan hasil
padi gogo hingga mencapai 90% (Pane et al., 2004). Padi merupakan tanaman C3,
sedangkan E. crus-galli ini termasuk tanaman C4. Tumbuhan berjalur C4 lebih efisien
dalam menggunakan cahaya matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga
tanaman atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan
berkompetisi.
Kompetisi ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Salah satu
faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah adalah
kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Menurut Islam et al. (2003), populasi
delapan E. crusgalli per pot menurunkan 97% hasil gabah. Semakin tinggi kepadatan
gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi padi pada beberapa kepadatan
populasi gulma E. crus-galli.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April
2009 sampai bulan Agustus 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih gulma E. crus-galli ekotipe
Karawang, benih padi varietas IR64, GA3, alkohol, aquadest, pupuk Urea, SP-18, KCl dan
media tanam berupa tanah sawah jenis Latosol. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat
alat budidaya, pot hitam, bak semai, meteran, timbangan, gelas ukur, oven, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor
yaitu populasi gulma E.
crus-galli per pot. Jumlah perlakuan ada sembilan yaitu:
E0P1 = 1 padi tanpa E. crus-galli
E2P1 = 2 E. crus-galli dan 1 padi E2 = 2 E. crus-galli
E4P1 = 4 E. crus-galli dan 1 padi E4 = 4 E. crus-galli
E6P1 = 6 E. crus-galli dan 1 padi E6 = 6 E. crus-galli
E8P1 = 8 E. crus-galli dan 1 padi E8 = 8 E. crus-galli
Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam
menunjukkan perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range
Test) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang telah dikeringanginkan
dan diaduk agar tercampur rata. Tanah dimasukkan ke dalam pot sebanyak 9 kg/pot dan
dilumpurkan. Padi dan gulma E. crus-galli yang berumur 14 hari setelah semai dipindah
tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan secara bersamaan. Pemupukan dilakukan dengan
dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot, SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan
dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada
8 MST. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian
genangan 3 cm. Pada 4 MST dan 8 MST dilakukan panen destruktif . Panen dilakukan pada
saat 95% malai padi sudah menguning dan diremas 30% gabah sudah rontok.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada tanaman padi meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun,
panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang malai,
jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot gabah kering panen, bobot 100 butir gabah,
total hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi terhadap E.crus-galli. Peubah yang diamati
pada gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, waktu keluarnya stage
daun, panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang
malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot 1000 butir biji, total hasil relatif dan
koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Suhu harian rata-rata rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan
kelembaban udara rata-rata 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa
tanah bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N
0.24%. Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15 :
32 : 53. Hama yang mulai menyerang ketika gulma E. crus-galli dan padi dalam persemaian
adalah burung. Tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan
penyakit ketika fase vegetatif dan memasuki fase generatif. Hama dan penyakit yang
menyerang yaitu ulat, burung, dan wereng. Gulma lain selain E. crus-galli yang tumbuh
di pot adalah Fimbristylis litolaris.
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Padi Tinggi Tanaman
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3
MST. Tabel 1 menunjukkan pada 3 MST perlakuan E4P1 dan E6P1 mampu menekan tinggi
tanaman padi hingga 14.60% dibanding kontrol (E0P1). Sedangkan pada akhir pengamatan
(9 MST), perlakuan E0P1 memberikan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dan terendah pada
perlakuan E8P1.
Jumlah Anakan
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi
pada 4, 5, 7 dan 8 MST. Pada umur 4 MST, rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada
perlakuan E2P1 dan yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1. Sedangkan pada 8 MST
perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi hingga 52% dibanding kontrol (Tabel 2).
Jumlah Daun, Panjang Daun dan Lebar Daun
Populasi gulma berpengaruh terhadap jumlah daun padi pada 8 MST dengan jumlah daun
tertinggi pada perlakuan tanpa gulma dan yang terendah pada E8P1. Populasi gulma E.crus-
galli tidak berpengaruh terhadap panjang daun tanaman padi. Populasi gulma E.crus-galli
berpengaruh terhadap lebar daun tanaman padi pada 4 dan 8 MST. Pada 8 MST, rata-rata
lebar daun tertinggi pada perlakuan kontrol yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
kecuali dengan perlakuan E6P1 (Tabel 3). Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa
fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk
daun, selanjutnya ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ
reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 9 MST dan penurunan
panjang daun pada 10 MST.
Luas Daun Bendera
Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap luas daun bendera padi. Perlakuan
E4P1 menekan luas daun bendera padi hingga 41.7% dibanding kontrol (Tabel 4). Rata-rata
luas daun bendera tertinggi pada perlakuan kontrol dan yang terendah pada perlakuan E4P1.
Panjang Akar
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 8 MST dan panen
(Tabel 5). Rata-rata panjang akar terpanjang dimiliki oleh perlakuan E0P1 dan terpendek
perlakuan E8P1 pada saat panen. Padi yang ditanam dengan 8 gulma E. crus-galli mampu
menekan panjang akar dibanding kontrol hingga 16.8% pada 8 MST dan 36,9% pada saat
panen.
Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai dan Total
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hanya
pada 4 dan 8 MST, juga bobot kering akar dan bobot kering total pada 4 MST, namun
tidak berpengaruh terhadap bobot kering malai. Saat 8 MST, perlakuan E8P1 menurunkan
bobot kering tajuk padi sebesar 49.7% (Tabel 6). Penurunan bobot kering terbesar saat
panen dihasilkan oleh perlakuan dengan populasi 6 gulma yang menurunkan bobot kering
total sebesar 34.6% dari kontrol (Tabel 7).
Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot
Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per pot. Rata-
rata panjang malai padi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol mencapai 21.17 cm dan
yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1 (Tabel 8). Perlakuan E8P1 menekan jumlah
gabah per malai 28.5% dibanding kontrol.
Produksi Gabah Padi
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap produksi gabah pada peubah bobot gabah
isi, bobot gabah total dan persentasi bobot gabah hampa. Perlakuan E8P1 mampu
menurunkan bobot gabah kering total sebesar 77.8% dibanding kontrol. Pada peubah bobot
gabah isi, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan E0P1 dan yang terendah pada
perlakuan E8P1. Persentase gabah hampa terbesar terdapat pada perlakuan E8P1 sebesar
72.78% (Tabel 9).
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Gulma E. crus-galli
Tinggi Tanaman
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi gulma pada 4 dan 9 MST. Tinggi
tanaman tertinggi pada 9 MST dimiliki oleh perlakuan E2 yang mencapai 137.63 cm dan
perlakuan E8P1 memiliki tinggi terendah yaitu 89.30 cm (Tabel 10).
Jumlah Anakan
Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan E. crus-galli pada 6, 7, 9
hingga 17 MST. Pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa secara umum rata-rata jumlah anakan
gulma yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan gulma yang ditanam
bersama padi, kecuali pada perlakuan E2 yang berbeda nyata dengan E2P1 pada 6 MST, E4
yang berbeda nyata dengan E4P1 pada 7, 12 hingga 17 MST dan E8 yang berbeda nyata
dengan E8P1 pada 17 MST.
Waktu Keluarnya Stage Daun
Waktu keluarnya stage daun gulma dipengaruhi oleh populasi gulma E.rus-galli pada
stage daun ke-3, 5, 6, dan 7. Pada stage daun ke-3, gulma dengan perlakuan E8
membutuhkan waktu yang paling lama untuk keluarnya stage daun (Tabel 12).
Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun
Populasi gulma E. crus-galli mempengaruhi jumlah daun pada 8 hingga 10 MST. Pada 8
MST, perlakuan populasi 2 gulma yang ditanam bersama padi menurunkan jumlah daun E.
crus-galli sebesar 14,04% dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (Tabel 13).
Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang daun gulma pada 4 hingga 6
MST. Kepadatan populasi gulma berpengaruh terhadap lebar daun gulma E. crus-galli
pada 4 hingga 6 MST, dan 7 hingga 10 MST.
Luas Daun Bendera
Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap luas daun bendera E.crus-galli. Luas
daun bendera pada perlakuan populasi monokultur 4 gulma E. crus-galli memberikan nilai
rata-rata tertinggi mencapai 11.95 cm2, luas daun bendera terendah pada perlakuan E8P1
mencapai 8.14 cm2(Tabel 14).
Panjang Akar
Panjang akar gulma E.crus-galli dipengaruhi oleh populasi gulma pada saat panen dimana
perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu padi per pot menurunkan
panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya.
Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai, dan Total
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, akar, dan
bobot kering total gulma pada 4 MST hingga panen. Saat panen, perlakuan E8P1
menurunkan 37% bobot kering tajuk, 35.7% bobot kering akar, dan 45.7% bobot kering
total dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (E8). Perlakuan populasi gulma
E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering malai gulma pada saat panen, dimana rata-
rata bobot kering malai tertinggi diberikan oleh perlakuan E8 dan yang terendah pada
perlakuan E8P1(Tabel 16 dan 17) .
Gambar 1(a) di atas, menunjukkan semakin tinggi
populasi E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot
biomassa E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi
meningkat dan bobot biomassa E.crus-galli menurun. Gambar 1(b) menunjukkan semakin
tinggi populasi gulma, semakin menurunkan bobot biomassa gulma E.crus-galli yang
ditanam secara monokultur.
Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Bobot 1000 Butir Biji
Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah biji per
malai E.crus-galli. Jumlah biji per pot tertinggi pada perlakuan E8 sebesar 9541 butir per pot
(Tabel 18). Populasi 8 gulma E.crus-galli per pot menekan bobot 1000 biji hingga 20% jika
dibandingkan dengan monokulturnya.
Penetapan Kompetisi
Total Hasil Relatif
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli hanyaberpengaruh terhadap hasil relatif padi pada 4
MST (Tabel 19).Hasil relatif E.crus-galli (HRE) pada umumnya lebih besar daripada
hasil relatif padi (HRP). Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik E.crus-galli
lebih besar daripada padi.Nilai total hasil relative (THR) lebih besar dari satu menunjukkan
tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli danpadi (Gambar 2).
Koefisien Pendesakan
Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap koefisien pendesakan padi
terhadap E.crus-galli (KPPE) pada 8 MST dan panen, namun tidak mempengaruhi koefisien
pendesakan E.crus-galli terhadap padi (KPEP). Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa
peningkatan populasi gulma menurunkan nilai KPPE dan meningkatkan nilai KPEP.
Gambar 3 menunjukkan bahwa koefisien pendesakan E.crus-galli lebih besar dibandingkan
koefisien pendesakan padi. Hal ini menunjukkan E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan
dengan tanaman padi.
Pembahasan
Semakin tinggi populasi gulma, semakin menekan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan,
jumlah dan ukuran daun. Hasil ini sejalan dengan laporan Islam et al. (2003) yang
menyatakan bahwa keberadaan gulma E.crus-galli mulai populasi 2 per pot menurunkan
tinggi tanaman padi. Purba (2007) juga melaporkan bahwa kerapatan E. crus-galli 10
tegakan per meter bujursangkar mampu menurunkan tinggi tanaman padi 11%. Semakin
tinggi populasi gulma, semakin menekan panjang akar padi. Menurut Suardi (2002), peran
akar padi dalam menyerap air selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses
fotosintesis dalam menghasilkan gabah.
Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E.crus-galli mempengaruhi hampir seluruh
peubah hasil padi baik itu bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah
gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Perlakuan populasi 8
gulma mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibanding kontrol. Hasil
penelitian Frauke (2007) menyatakan bahwa populasi gulma E. crus-galli sebanyak 4 per pot
menurunkan produksi tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan
menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi
gulma yang ditanam bersama padi, berakibat pada penurunan produksi gabah padi.
Bobot biomassa mencerminkan status nutrisi tanaman. Kerapatan tanam tinggi membuat
semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya
matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang
ditranslokasikan dan disimpan (Mursito dan Kawiji, 2001). Semakin tinggi populasi
E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot biomassa
E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan
bobot biomassa E.crus-galli menurun. Hal ini diduga karena adanya persaingan intraspesifik
antar E.crus-galli yang menekan pertumbuhan dan pada akhirnya menghilangkan
pengaruhnya terhadap tanaman padi. Effendi (2006) menyatakan bahwa biomassa tanaman
per satuan luas tanah akan tinggi sampai tingkat kepadatan tanaman tertentu, kemudian
menurun kembali karena terjadi kompetisi sesama jenis dalam kebutuhan faktor tumbuh.
Semakin tinggi populasi gulma, semakin menurunkan panjang malai, jumlah gabah per
malai, serta memperlambat waktu keluarnya stage daun E. crus-galli,. Halvorson dan
Guertin (2003) menyatakan bahwa pengendalian E.crus-galli efektif dengan menggunakan
herbisida yang kontak langsung dengan biji yang sedang berkecambah atau pada
pertumbuhan awal bibit. Hal tersebut terkait dengan waktu munculnya stage daun, semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk munculnya setiap stage daun, maka aplikasi herbisida
semakin efektif. Menurut Kadir (2007), untuk mengendalikan E.crus-galli, aplikasi herbisida
harus dilakukan maksimal 14 hari setelah tanam.
Pada saat panen, mulai dari perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu
padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya.
Karakter bobot 1000 biji merupakan karakter tidak langsung untuk melihat ukuran biji
E.crus-galli, semakin besar bobot 1000 biji maka ukuran biji E.crus-galli juga semakin
besar. Ukuran biji dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang ditranslokasikan ke biji pada fase
generatif (Suud, 2007).
Perera et al. (2006) melaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif
antara E.crus-galli dan padi mendekati satu (THR<1), dengan hasil relatif E.crus-galli lebih
besar dari 0.5 dan hasil relatif padi kurang dari 0.5. Total hasil relatif antara E.crus-galli dan
padi pada penelitian ini lebih besar dari satu (THR>1). Hal ini menunjukkan tidak terjadi
kompetisi antara E.crus-galli dan padi. Menurut Schmid (2008), total hasil relatif lebih besar
dari satu menunjukkan adanya penambahan sumberdaya, pemakaian kebutuhan sarana
tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis, atau adanya interaksi positif.
Pengujian dengan menggunakan koefisien pendesakan didapatkan hasil bahwa kemampuan
kompetisi tanaman padi semakin menurun dengan bertambahnya populasi gulma E.crus-galli.
Sebaliknya pada koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap tanaman padi didapatkan hasil
bahwa kemampuan kompetisi E.crus-galli terus meningkat dengan meningkatnya populasi
E.crus-galli. Hal ini menunjukkan gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan padi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pertanaman padi yang tumbuh bersama gulma E.crus-galli menunjukkan pengaruh kompetisi
E.crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Populasi 2 gulma per pot telah mampu
menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-gallii
per pot, semakin menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Populasi E. crus-galli
sebanyak 8 per pot menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dan bobot gabah isi
sebesar 93.0%. Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi
menekan bobot kering total sebesar 45.7% dari perlakuan monokulturnya.
Nilai THR lebih besar dari satu menunjukkan tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan
padi. Sedangkan daripeubah koefisien pendesakan didapatkan bahwa gulma E.crus-galli
lebih kompetitif dibandingkan padi.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan menggunakanvarietas padi yang berbeda sehingga dapat
diketahui pengaruh dari varietas yang berbeda.
No comments:
Post a Comment