Keyword :
BAB IV
GULMA TANAMAN
1. KERUGIAN AKIBAT GULMA
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk
pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma
terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor
lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang
disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda
4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan
pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,
terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan
sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu
akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal
pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan
dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi
daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian
menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan
dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari
beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %;
jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang
tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan
berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur
hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih
oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang
beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak
pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-
duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya
Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang
hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung
sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah
tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan
selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling
mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia
crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga
mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali
lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening
gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu
penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen
dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar
daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang
berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma
sama besarnya dengan kerugian akibat hama.
RANGKUMAN
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan
persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian,
menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani,
sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan
manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan
produktivitas air.
2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan
tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma
dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur
hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi
baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung
pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh
di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan
oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda;
oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil
bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti
walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,
tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau
dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan
walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah
unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma
menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada
bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua
kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;
kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan
magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih
banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga
membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air
dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi
parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar
diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang
dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan
organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan
yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman.
Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5
kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi
serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
c. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan
berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa
adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan)
berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya
matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya
adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu
lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain
yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh
tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan
terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing
berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu
penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan
Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang
berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok
didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen
(1972) menelorkan rumus :
TCV = CVN + CVW + CVL
di mana TCV = total competition value, CVN = competition value
for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =
competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan
oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari
nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai
persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman
pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan
antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara
dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan
atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya,
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma
dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan
antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman
pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996)
memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan
100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman
masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok
berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai
contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan
tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama
atau berbeda.
c. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat,
dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat
kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok
merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan
Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan
gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam
masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22;
195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
d. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,
semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan
antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan
lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah
tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar
353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22
g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).
e. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
f. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas
dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing
yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil tanaman pokok
g. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga
persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih
terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
h. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan
mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root
exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian
vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat
mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga
mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki
asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang
mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa
crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan
dengan gulma lainnya.
2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-
sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk
pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama
membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan
lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka
akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain
dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat
tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih
dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun
tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya.
Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang
merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu
dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau
kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu
dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competition
atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi
dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem
perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan gulma
tersebut.
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu
dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma.
Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut
dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan
menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana
tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai
periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum
dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma
selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode
kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat
peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode
tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka
hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan
gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 %
pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur
pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman
akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan
persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap
kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan.
Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan
dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap
pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang
berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat
penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau
pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai
beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi
berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak
harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga
dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja
menjadi meningkat.
RANGKUMAN
Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan
memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW
+ CVL. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok
akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman
pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman
pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh
kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan
tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang
mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya.
Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab
terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di
mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma,
sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan
jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada umumnya
periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus
hidupnya atau pada saat ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan
yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat
periode kritis.
3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi
biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke
lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan
pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,
kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat,
perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan
senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari
pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari
golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang
diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata
cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus),
Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa
beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of
nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of
light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan
oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan
penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air +
nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.
Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang
ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan,
dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada
beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada
regenarasi hutan.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara
lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma,
lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4).
1. Sumber Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,
akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai
cara termasuk melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati
melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid.
Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam
bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah
yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-
asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan
atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum
sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang
dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-
senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-
sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan
permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa
kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa
dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di
bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat
melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan
teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ
yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati.
2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam
hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang
dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi
mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma Jenis tanaman pertanian yang
Abutilon theoprasti beberapa jenis
Agropyron repens berbagai jenis
Agrostemma githago gandum
Allium vineale oat
Amaranthus spinosus kopi
Ambrosia artemisifolia berbagai jenis
A. trifida kacang pea, gandum
Artemisia vulgaris mentimun
Asclepias syriaca sorgum
Avena fatua berbagai jenis
Celosia argentea bajra
Chenopodium album mentimun, oat, jagung
Cynodon dactylon kopi
Cyperus esculentus jagung
C. rotundus sorgum, kedelai
Euporbia esula kacang pea, gandum
Holcus mollis barli
Imperata cylindrica berbagai jenis
Poa spp. tomat
Polygonum persicaria kentang
Rumex crisparus jagung, sorgum
Setaria faberii jagung
Stellaria media barli
(Sumber : Putnam, 1995)
peka
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk
Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus
rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-
bagian yang organnya telah mati.
3. Pengaruh Alelopati
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara
lain :
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar.
Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis
protein.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas
membran pada sel tumbuhan.
Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa
alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang
paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah
bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat,
alfalfa, dan barli sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini
telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat
di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang
merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa
tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat
pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang,
semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah
padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya
pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan
jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan
metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai
konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990)
memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250
ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi
kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
RANGKUMAN
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun. Tidak semua gulma mengeluarkan
senyawa beracun. Apabila gulmanya mengeluarkan senyawa beracun
maka rumusan nilai persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW
+ CVL + AV. Di mana TCV = total competition value, CVN =
competition value of nutrient, CVW = competition value of water,
CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat
kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma,
kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,
akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai
cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan
pembusukan organ tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi
alelopati baik yang masih hidup atau yang sudah mati sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada dia
atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa
alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma
githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia
artemisifolia, A. trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca,
Avena fatua, Celosia argentea, Chenopodium album, Cynodon
dactylon, Cyperus esculentus, C. rotundus, Euphorbia esula, Holcus
mollis, Imperata cylindrica, Poa spp. , Polygonum persicaria, Rumex
crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara,
pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,
respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran
sel dan menghambat aktivitas enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron
repens menghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli.
Alang-alang dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah
mati menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman
budidaya.
4. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan
(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan
pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau
sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi
beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain
dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin
dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada
klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari
beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih
maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut
hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja
yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan.
Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat
mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-
golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan
perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti
berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma
yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai
memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan
umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut
sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya
mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami
kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan
yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang
banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih
bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis
gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa
colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis
littoralis dan lain sebagainya.
b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak
lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun
kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada
periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang
termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium
vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia
biennis.
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup
lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-
tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak
diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan
kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah
mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan
tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan
bersemi kembali.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan
menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya
berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian
tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh
menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan
Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka
masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu
baru.
2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak
dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang
menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di
dalam tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini
contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron
repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang
berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus
rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan
populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma
adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya
alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar
sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk
penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan
membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-
potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan
baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak
dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air
tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi
(sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun
secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan
tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga
diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah
yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada
habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata
cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. ,
dan lain sebagainya.
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat
air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu
gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di
hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan
Acrosticum aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang
tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds),
contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia
stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds),
dibedakan ke dalam :
Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds),
contoh Ultricularia gibba.
Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored
weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica,
Ceratophyllum demersum.
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian
mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. ,
Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh
Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora
corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia
hexandra, Cyperus elatus.
3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli,
Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava,
Marsilea crenata.
b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus
rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata
cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun
sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau
kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata
cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa
crusgalli, Panicum repens.
b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun
menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau
kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus
spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora.
Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.
Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.
Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret,
umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah
daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun
rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil
biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak
sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.
Buah disebut caryopsis atau grain.
Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon
dactylon, Panicum repens.
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.
Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan
biasanya tidak berongga.
Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun
(ligula).
Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam
bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun
pelindung.
Buahnya tidak membuka.
Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus
juncoides.
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan
Pteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.
Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia
crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
GULMA TANAMAN
1. KERUGIAN AKIBAT GULMA
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk
pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma
terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor
lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang
disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda
4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan
pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,
terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan
sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu
akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal
pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan
dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi
daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian
menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan
dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari
beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %;
jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang
tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan
berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur
hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih
oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang
beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak
pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-
duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya
Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang
hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung
sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah
tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan
selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling
mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia
crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga
mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali
lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening
gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu
penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen
dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar
daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang
berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma
sama besarnya dengan kerugian akibat hama.
RANGKUMAN
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan
persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian,
menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani,
sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan
manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan
produktivitas air.
2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan
tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma
dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur
hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi
baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung
pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh
di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan
oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda;
oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil
bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti
walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,
tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau
dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan
walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah
unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma
menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada
bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua
kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;
kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan
magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih
banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga
membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air
dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi
parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar
diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang
dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan
organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan
yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman.
Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5
kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi
serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
c. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan
berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa
adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan)
berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya
matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya
adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu
lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain
yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh
tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan
terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing
berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu
penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan
Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang
berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok
didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen
(1972) menelorkan rumus :
TCV = CVN + CVW + CVL
di mana TCV = total competition value, CVN = competition value
for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =
competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan
oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari
nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai
persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman
pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan
antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara
dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan
atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya,
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma
dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan
antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman
pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996)
memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan
100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman
masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok
berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai
contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan
tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama
atau berbeda.
c. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat,
dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat
kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok
merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan
Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan
gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam
masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22;
195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
d. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,
semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan
antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan
lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah
tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar
353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22
g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).
e. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
f. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas
dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing
yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil tanaman pokok
g. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga
persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih
terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
h. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan
mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root
exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian
vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat
mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga
mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki
asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang
mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa
crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan
dengan gulma lainnya.
2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-
sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk
pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama
membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan
lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka
akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain
dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat
tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih
dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun
tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya.
Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang
merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu
dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau
kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu
dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competition
atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi
dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem
perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan gulma
tersebut.
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu
dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma.
Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut
dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan
menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana
tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai
periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum
dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma
selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode
kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat
peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode
tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka
hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan
gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 %
pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur
pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman
akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan
persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap
kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan.
Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan
dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap
pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang
berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat
penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau
pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai
beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi
berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak
harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga
dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja
menjadi meningkat.
RANGKUMAN
Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan
memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW
+ CVL. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok
akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman
pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman
pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh
kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan
tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang
mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya.
Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab
terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di
mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma,
sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan
jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada umumnya
periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus
hidupnya atau pada saat ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan
yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat
periode kritis.
3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi
biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke
lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan
pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,
kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat,
perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan
senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari
pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari
golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang
diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata
cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus),
Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa
beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of
nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of
light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan
oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan
penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air +
nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.
Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang
ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan,
dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada
beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada
regenarasi hutan.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara
lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma,
lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4).
1. Sumber Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,
akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai
cara termasuk melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati
melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid.
Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam
bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah
yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-
asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan
atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum
sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang
dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-
senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-
sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan
permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa
kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa
dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di
bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat
melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan
teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ
yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati.
2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam
hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang
dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi
mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma Jenis tanaman pertanian yang
Abutilon theoprasti beberapa jenis
Agropyron repens berbagai jenis
Agrostemma githago gandum
Allium vineale oat
Amaranthus spinosus kopi
Ambrosia artemisifolia berbagai jenis
A. trifida kacang pea, gandum
Artemisia vulgaris mentimun
Asclepias syriaca sorgum
Avena fatua berbagai jenis
Celosia argentea bajra
Chenopodium album mentimun, oat, jagung
Cynodon dactylon kopi
Cyperus esculentus jagung
C. rotundus sorgum, kedelai
Euporbia esula kacang pea, gandum
Holcus mollis barli
Imperata cylindrica berbagai jenis
Poa spp. tomat
Polygonum persicaria kentang
Rumex crisparus jagung, sorgum
Setaria faberii jagung
Stellaria media barli
(Sumber : Putnam, 1995)
peka
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk
Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus
rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-
bagian yang organnya telah mati.
3. Pengaruh Alelopati
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara
lain :
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar.
Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis
protein.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas
membran pada sel tumbuhan.
Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa
alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang
paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah
bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat,
alfalfa, dan barli sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini
telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat
di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang
merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa
tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat
pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang,
semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah
padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya
pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan
jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan
metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai
konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990)
memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250
ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi
kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
RANGKUMAN
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun. Tidak semua gulma mengeluarkan
senyawa beracun. Apabila gulmanya mengeluarkan senyawa beracun
maka rumusan nilai persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW
+ CVL + AV. Di mana TCV = total competition value, CVN =
competition value of nutrient, CVW = competition value of water,
CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat
kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma,
kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,
akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai
cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan
pembusukan organ tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi
alelopati baik yang masih hidup atau yang sudah mati sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada dia
atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa
alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma
githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia
artemisifolia, A. trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca,
Avena fatua, Celosia argentea, Chenopodium album, Cynodon
dactylon, Cyperus esculentus, C. rotundus, Euphorbia esula, Holcus
mollis, Imperata cylindrica, Poa spp. , Polygonum persicaria, Rumex
crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara,
pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,
respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran
sel dan menghambat aktivitas enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron
repens menghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli.
Alang-alang dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah
mati menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman
budidaya.
4. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan
(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan
pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau
sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi
beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain
dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin
dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada
klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari
beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih
maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut
hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja
yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan.
Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat
mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-
golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan
perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti
berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma
yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai
memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan
umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut
sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya
mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami
kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan
yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang
banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih
bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis
gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa
colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis
littoralis dan lain sebagainya.
b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak
lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun
kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada
periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang
termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium
vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia
biennis.
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup
lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-
tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak
diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan
kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah
mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan
tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan
bersemi kembali.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan
menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya
berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian
tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh
menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan
Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka
masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu
baru.
2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak
dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang
menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di
dalam tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini
contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron
repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang
berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus
rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan
populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma
adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya
alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar
sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk
penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan
membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-
potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan
baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak
dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air
tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi
(sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun
secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan
tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga
diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah
yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada
habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata
cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. ,
dan lain sebagainya.
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat
air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu
gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di
hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan
Acrosticum aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang
tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds),
contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia
stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds),
dibedakan ke dalam :
Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds),
contoh Ultricularia gibba.
Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored
weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica,
Ceratophyllum demersum.
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian
mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. ,
Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh
Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora
corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia
hexandra, Cyperus elatus.
3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli,
Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava,
Marsilea crenata.
b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus
rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata
cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun
sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau
kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata
cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa
crusgalli, Panicum repens.
b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun
menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau
kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus
spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora.
Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.
Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.
Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret,
umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah
daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun
rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil
biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak
sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.
Buah disebut caryopsis atau grain.
Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon
dactylon, Panicum repens.
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.
Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan
biasanya tidak berongga.
Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun
(ligula).
Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam
bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun
pelindung.
Buahnya tidak membuka.
Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus
juncoides.
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan
Pteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.
Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia
crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
No comments:
Post a Comment