Keyword :
pengaruh ketinggian tempat terhadap pembungaan produksi dan mutu benih
botani bawang merah the effect of altitude on flowering production and
quality of true shallot seed hilman y1 rosliani r2 dan palupi er3 1
pusat penelitian dan pengembangan hortikultura jl raya ragunan 29a
pasarminggu jakarta selatan 12540 2 balai penelitian tanaman sayuran jl
tangkuban parahu 517 lembang bandung barat 40791 3 departemen agronomi
dan hortikultura fakultas pertanian institut pertanian bogor jl meranti
kampus ipb dramaga bogor e-mail yusdar_hilman yahoo.com naskah diterima
tanggal 19 februari 2014 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 16 juni
2014 abstrak kendala produksi benih bawang merah allium cepa var
ascalonicum asal biji atau tss di dataran rendah adalah rendahnya
persentase pembungaan dan pembentukan biji seed-set .untuk meningkatkan
pembentukan biji bawang merah memerlukan suhu 17–19o c di indonesia suhu
udara tersebut hanya terdapat di dataran tinggi 1.000 m dpl. percobaan
dilaksanakan di kebun percobaan balai penelitian tanaman sayuran balitsa
lembang 1.250 m dpl dan di kebun percobaan paseh subang 100 m dpl yang
sekaligus merupakan perlakuan percobaan penelitian dimulai dari bulan
agustus 2011 sampai agustus 2012 tujuan penelitian adalah untuk
mempelajari pembungaan viabilitas serbuk sari produksi dan mutu benih
tss di dataran tinggi dan dataran rendah pengujian viabilitas serbuk
sari serta mutu benih dilakukan di laboratorium benih balitsa lembang
hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pembungaan dan produksi biji
di dataran tinggi lebih besar daripada di dataran rendah sebaliknya mutu
benih yang dihasilkan di dataran rendah lebih baik daripada di dataran
tinggi implikasi penelitian ini adalah dataran tinggi sangat potensial
untuk pengembangan produksi biji bawang merah di mana biji bawang merah
dapat menghasilkan umbi bibit yang jauh lebih baik daripada umbi bibit
yang beredar di pasar katakunci allium cepa cv ascalonicum ketinggian
tempat bunga biji produksi mutu abstract constraint of seed production
of shallot allium cepa var ascalonicum or tss in the lowland is a low
percentage of flowering and seed formation seed-set to increase the
formation of shallot seeds shallot requires temperature between 17 to
19o c in indonesia suitable air temperature is only found at high
altitudes 1 000 m asl experiment was conducted at the experimental farm
of vegetable research institute ivegri lembang 1 250 asl and at the
experimental farm subang 100 m asl which is also as a treatment trial
the experiment was started from august 2011 to august 2012 the objective
of the research is to study flowering pollen viability seed production
and quality of tss both in the highlands and lowlands testing of the
viability of pollen and seed quality was conducted in the seed
laboratory ivegri lembang results showed that the level of flowering and
seed production in the highlands is greater than in the lowlands while
the quality of the seeds produced in the lowlands are better than in the
highlands implication of this study higland area is potential for
development of shallot seed production whereas shallot seeds can produce
much better seed bulb quality than the seed bulbs sealed on the market
keywords allium cepa cv ascalonicum altitude flower seed production
quality kendala utama peningkatan produktivitas bawang merah antara lain
adalah tidak ada jaminan ketersediaan benih atau umbi benih bermutu
yang berdaya hasil tinggi dan murah menurut direktorat jenderal
hortikultura 2010 umbi bibit bawang merah yang tersedia tidak dapat
memenuhi kebutuhan para petani untuk penanaman setiap tahunnya rerata
ketersediaan umbi benih bawang merah baru mencapai 15–16 dari kebutuhan
setiap tahunnya kontinuitas ketersediaan umbi bibit bawang merah yang
bermutu merupakan faktor penting untuk keberlanjutan pengembangan
penanaman bawang merah di indonesia terutama adanya off-season biasanya
terjadi kelangkaan benih bawang merah di petani untuk musim tanam
berikutnya kelangkaan benih bawang merah juga terjadi akibat petani
menjual seluruh hasil panen umbinya karena harga umbi konsumsi tinggi
sehingga pada musim tanam bawang benih umbi bibit harus diimpor
kelemahan umbi bibit adalah masa dormansi umbinya tidak bisa diatur 4
hingga 9 minggu sedangkan hasil penangkaran panen bulan maret-april
memiliki selang waktu amat singkat antara pemanenan dan penanaman
berikutnya sehingga belum siap sebagai bahan tanam bibit wardani et al
2012 alternatif sumber benih selain dengan umbi adalah penggunaan biji
botani true shallot seed tss yang potensial untuk dikembangkan menurut
currah proctor 1990 penggunaan biji botani mempunyai keuntungan yang
menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat
menghasilkan tanaman page 2 of 8 155 hilman y et al pengaruh ketinggian
tempat terhadap pembungaan .. yang bebas dari penyakit dan virus hasil
penelitian basuki 2009 menunjukkan bahwa penggunaan tss dapat
meningkatkan hasil umbi bawang merah sampai dua kali lipat dibanding
dengan penggunaan benih umbi keuntungan lainnya adalah kebutuhan benih
tss bawang merah lebih sedikit 3–6 kg ha dibandingkan dengan benih umbi
1–1.2 t ha sehingga mengurangi biaya benih dan pengangkutan ridwan et al
1989 permadi putrasamedja 1991 basuki 2009 dan daya simpan lebih lama
dibanding benih umbi menurut copeland mcdonald 1995 50 benih bawang asal
biji masih dapat berkecambah setelah disimpan selama 1–2 tahun
sedangkan menurut suwandi hilman 1995 benih bawang asal umbi bibit tidak
dapat terlalu lama disimpan 4 bulan dalam gudang berdasarkan beberapa
kelebihan tss dibanding umbi maka penggunaan tss sebagai sumber benih
bawang merah sangat prospektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas
umbi bawang merah kendala yang dihadapi produksi benih asal biji atau
tss adalah persentase pembungaan dan pembentukan biji seed-set yang
rendah penyebab rendahnya pembungaan bawang merah di daerah tropis
adalah kondisi lingkungan yang tidak mendukung terutama suhu tinggi 20o c
menurut rabinowitch 1990a tanaman bawang merah memerlukan suhu 7–12o c
untuk induksi pembungaan dan suhu 17–19o c untuk perkembangan umbel dan
bunga mekar pada umumnya dataran tinggi suhu 16–18o c merupakan lokasi
yang cocok untuk menghasilkan pembungaan dan pembijian bawang merah
menurut sumarni et al 2009 kondisi cuaca di dataran rendah tidak cocok
untuk terjadinya inisiasi pembungaan bawang merah namun ada indikasi
bahwa untuk pembentukan kapsul dan biji kondisi cuaca di dataran rendah
lebih cocok dibanding dataran tinggi hal ini tercermin dari hasil bobot
benih tss per tanaman dan bobot 100 benih tss serta daya berkecambah
benih bawang merah di dataran rendah lebih tinggi dibanding di dataran
tinggi rosliani et al 2012 berdasarkan permasalahan tersebut maka
hipotesis penelitian ini adalah 1 perbedaan ketinggian tempat akan
memberikan perbedaan pengaruh terhadap pembungaan viabilitas serbuk sari
produksi dan mutu benih botani bawang merah tss dan 2 pembungaan
produksi dan mutu benih botani bawang merah tss di dataran tinggi lebih
baik daripada di dataran rendah dari hasil penelitian ini diharapkan
akan diperoleh teknik produksi biji tss bawang merah untuk varietas bima
di dataran tinggi dan dataran rendah dalam rangka meningkatkan produksi
benih tss bawang merah tujuan penelitian adalah untuk mempelajari
pembungaan viabilitas serbuk sari produksi dan mutu benih tss di dataran
tinggi dan dataran rendah bahan dan metode percobaan dilaksanakan di
kebun percobaan balai penelitian tanaman sayuran balitsa lembang
ketinggian tempat 1.250 m dpl dan di kebun percobaan paseh subang
ketinggian tempat 100 m dpl percobaan dilaksanakan dari bulan agustus
2011 sampai agustus 2012 pengujian viabilitas serbuk sari serta mutu
benih dilakukan di laboratorium benih balitsa lembang percobaan
menggunakan rancangan petak berpasangan paired plot design dengan empat
ulangan untuk tiap lokasi bahan tanaman yang digunakan berasal dari umbi
tiga siung bawang merah ditanam dalam polibag diameter 30 cm berisi 8
kg tanah dan kotoran ayam yang diberi naungan plastik transparan di
lapangan masing-masing lokasi ada 300 polibag umbi bawang merah varietas
bima yang digunakan berukuran 5–7 g per umbi sebelum ditanam umbi
divernalisasi pada suhu 10o c sumiati 1997 selama 4 minggu pupuk npk
digunakan dengan dosis 600 kg ha atau 9 g polibag sumarni rosliani 2002
pada setiap lokasi tanaman bawang merah diberi bap 0–200 ppm pada umur 1
minggu setelah tanam mst 3 dan 5 mst sebanyak 100 ml setiap polibag dan
boron 0–4 kg ha pada umur 3 5 dan 7 mst sharma 1995 pengendalian ulat
bawang dilakukan dengan menggunakan insektisida selektif berbahan aktif
abamektin dan spinosad sesuai anjuran sedangkan untuk mengendalikan
serangan penyakit antraknos yang disebabkan cendawan colletrotichum sp
digunakan fungisida selektif berbahan aktif difenoconazol sesuai anjuran
variabel pengamatan terdiri dari perkembangan bunga dan kapsul
pembungaan persentase bunga menjadi buah produksi tss dan mutu tss
perkembangan bunga dan kapsul yang diamati meliputi waktu umbel muncul
fase umbel pecah awal bunga mekar fase dimana 75 bunga sudah mekar fase
pembentukan kapsul 5–10 dan saat panen pengamatan produksi bunga dan
buah meliputi waktu berbunga yaitu penghitungan waktu setelah 50 umbel
muncul dari setiap plot persentase tanaman berbunga yaitu banyaknya
tanaman yang menghasilkan bunga dalam setiap plot jumlah umbel per
rumpun yaitu banyaknya umbel yang muncul dari anakan setiap rumpun
jumlah bunga per umbel yaitu page 3 of 8 156 j hort vol 24 no 2 2014
banyaknya bunga yang terbentuk dalam satu umbel jumlah kapsul istilah
buah untuk allium per umbel yaitu banyaknya kapsul yang terbentuk dalam
satu umbel dan persentase pembentukan kapsul fruit set yaitu proporsi
bunga menjadi kapsul pengamatan viabilitas serbuk sari dilakukan 6 jam
setelah antesis penghitungan viabilitas serbuk sari didasarkan pada
persentase serbuk sari yang berkecambah viabel dengan ciri serbuk sari
yang berkecambah akan membentuk tabung sepanjang minimal sama dengan
diameter serbuk sari pengamatan produksi tss meliputi jumlah benih
bernas per umbel yaitu rerata banyaknya benih bernas yang dihasilkan per
umbel persentase benih bernas yaitu persentase jumlah benih bernas yang
dihasilkan dari total benih bernas dan hampa per umbel bobot per umbel
yaitu rerata berat benih tss setiap umbel bobot per rumpun yaitu berat
benih tss dari total umbel setiap rumpun bobot per plot yaitu berat
benih tss total dari 12 rumpun pengamatan mutu tss meliputi bobot 100
butir yaitu berat benih sebanyak 100 butir daya berkecambah yaitu
persentase dari jumlah kecambah normal pada hitungan kesatu 6 hari
setelah tanam dan hitungan kedua 12 hari setelah tanam terhadap total
benih yang ditanam ista 2007 standar sertifikasi mutu benih tss adalah
daya berkecambah mencapai 75 direktorat bina perbenihan 2007 data yang
diperoleh secara kuantitatif dari hasil pengamatan dianalisis dengan uji
t pada taraf nyata lima persen hasil dan pembahasan perkembangan bunga
dan kapsul lama fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul bawang
merah di dataran tinggi berbeda dengan di dataran rendah tabel 1 di
dataran tinggi fase pembungaan lebih lama sekitar 47–48 hari dari sejak
muncul tunas umbel pertama sampai 75 bunga mekar dalam satu umbel
sedangkan di dataran rendah hanya 30–31 hari.fase pembungaan yang lebih
cepat di dataran rendah disebabkan oleh suhu udara yang lebih tinggi
lampiran 1 sampai dengan 4 sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman
lebih cepat rasul et al 2011 fase perkembangan bunga dapat dibagi
menjadi enam tahap pada tahap pertama tunas umbel muncul pada 14–19 hari
setelah tanam hst gambar 1–1 pada tahap kedua tunas umbel berkembang
mencapai maksimum dan terbungkus oleh selaput berwarna hijau muda gambar
1–2a sampai 44–51 hst 30–32 hari setelah umbel muncul ketika selaput
umbel mulai pecah gambar 1–2b pada tahap ketiga 5–10 bunga mulai mekar
gambar 1–3 yang terjadi pada sekitar 55–59 hst 40–41 hari setelah umbel
muncul tahap empat tercapai saat 75 bunga dalam satu umbel mekar gambar
1–4 yang terjadi sekitar 62–67 hst 47–48 hari setelah umbel muncul
pembentukan kapsul terjadi 14 hari setelah bunga mekar penuh dalam satu
umbel 75 bunga yang terserbuki dicirikan dengan kubah yang berwarna
putih berkembang menjadi kapsul baik bernas atau hampa bunga yang tidak
terserbuki akan luruh kapsul bernas dengan tiga lokul yang berkembang
berwarna hijau dan lokul yang berisi biji bernas akan membengkak pada
kapsul hampa kubah tidak berkembang berwarna coklat tapi tidak luruh
kapsul mulai terbentuk 5–10 pada 70–75 hst 61–62 hari setelah umbel
muncul gambar 1-5 proses pematangan kapsul berlangsung selama 32–37
hari pada saat kapsul yang terbentuk dalam satu umbel sudah maksimum
gambar 1–6a dan kemudian kapsul mulai mengering dan keriput gambar 1–6b
ciri kapsul yang siap dipanen yaitu dalam satu umbel 1–3 kapsul ada
yang pecah atau sebagian besar kapsul berwarna kekuningan gambar 1–6c
tabel 1 fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul bawang merah di
dataran tinggi lembang dan dataran rendah subang phase of flower
development and shallot capsule formation high land and subang lowland
fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul dataran tinggi highland
dataran rendah lowland umbel muncul umbel appears 14 – 19 hst 30 – 33
hst selaput umbel pecah rupture umbel membrane 44 – 51 hst 30 – 32 tahap
1 57 – 60 hst 27 tahap 1 awal bunga mekar early blooming flower 55 – 59
hst 40 – 41 tahap 1 59 – 62 hst 29 tahap 1 75 bunga mekar 75 blooming
flower 62 – 66 hst 47 – 48 tahap 1 61 – 63 hst 30 – 31 tahap 1 kapsul
terbentuk 5-10 formed capsule 70 – 75 hst 61 – 62 tahap 1 68 – 69 hst 36
– 38 tahap 1 panen harvest 107 hst 88 – 93 tahap 1 86 hst 56 tahap 1
hst hari setelah tanam dap days after planting lima kali panen dengan
interval 5 hari
No comments:
Post a Comment