Friday, 25 September 2015

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Pembungaan, Produksi, dan Mutu Benih Botani Bawang Merah

http://adf.ly/1Ovb5B




Keyword :
pengaruh ketinggian tempat terhadap pembungaan produksi dan mutu benih botani bawang merah the effect of altitude on flowering production and quality of true shallot seed hilman y1 rosliani r2 dan palupi er3 1 pusat penelitian dan pengembangan hortikultura jl raya ragunan 29a pasarminggu jakarta selatan 12540 2 balai penelitian tanaman sayuran jl tangkuban parahu 517 lembang bandung barat 40791 3 departemen agronomi dan hortikultura fakultas pertanian institut pertanian bogor jl meranti kampus ipb dramaga bogor e-mail yusdar_hilman yahoo.com naskah diterima tanggal 19 februari 2014 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 16 juni 2014 abstrak kendala produksi benih bawang merah allium cepa var ascalonicum asal biji atau tss di dataran rendah adalah rendahnya persentase pembungaan dan pembentukan biji seed-set .untuk meningkatkan pembentukan biji bawang merah memerlukan suhu 17–19o c di indonesia suhu udara tersebut hanya terdapat di dataran tinggi 1.000 m dpl. percobaan dilaksanakan di kebun percobaan balai penelitian tanaman sayuran balitsa lembang 1.250 m dpl dan di kebun percobaan paseh subang 100 m dpl yang sekaligus merupakan perlakuan percobaan penelitian dimulai dari bulan agustus 2011 sampai agustus 2012 tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pembungaan viabilitas serbuk sari produksi dan mutu benih tss di dataran tinggi dan dataran rendah pengujian viabilitas serbuk sari serta mutu benih dilakukan di laboratorium benih balitsa lembang hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pembungaan dan produksi biji di dataran tinggi lebih besar daripada di dataran rendah sebaliknya mutu benih yang dihasilkan di dataran rendah lebih baik daripada di dataran tinggi implikasi penelitian ini adalah dataran tinggi sangat potensial untuk pengembangan produksi biji bawang merah di mana biji bawang merah dapat menghasilkan umbi bibit yang jauh lebih baik daripada umbi bibit yang beredar di pasar katakunci allium cepa cv ascalonicum ketinggian tempat bunga biji produksi mutu abstract constraint of seed production of shallot allium cepa var ascalonicum or tss in the lowland is a low percentage of flowering and seed formation seed-set to increase the formation of shallot seeds shallot requires temperature between 17 to 19o c in indonesia suitable air temperature is only found at high altitudes 1 000 m asl experiment was conducted at the experimental farm of vegetable research institute ivegri lembang 1 250 asl and at the experimental farm subang 100 m asl which is also as a treatment trial the experiment was started from august 2011 to august 2012 the objective of the research is to study flowering pollen viability seed production and quality of tss both in the highlands and lowlands testing of the viability of pollen and seed quality was conducted in the seed laboratory ivegri lembang results showed that the level of flowering and seed production in the highlands is greater than in the lowlands while the quality of the seeds produced in the lowlands are better than in the highlands implication of this study higland area is potential for development of shallot seed production whereas shallot seeds can produce much better seed bulb quality than the seed bulbs sealed on the market keywords allium cepa cv ascalonicum altitude flower seed production quality kendala utama peningkatan produktivitas bawang merah antara lain adalah tidak ada jaminan ketersediaan benih atau umbi benih bermutu yang berdaya hasil tinggi dan murah menurut direktorat jenderal hortikultura 2010 umbi bibit bawang merah yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan para petani untuk penanaman setiap tahunnya rerata ketersediaan umbi benih bawang merah baru mencapai 15–16 dari kebutuhan setiap tahunnya kontinuitas ketersediaan umbi bibit bawang merah yang bermutu merupakan faktor penting untuk keberlanjutan pengembangan penanaman bawang merah di indonesia terutama adanya off-season biasanya terjadi kelangkaan benih bawang merah di petani untuk musim tanam berikutnya kelangkaan benih bawang merah juga terjadi akibat petani menjual seluruh hasil panen umbinya karena harga umbi konsumsi tinggi sehingga pada musim tanam bawang benih umbi bibit harus diimpor kelemahan umbi bibit adalah masa dormansi umbinya tidak bisa diatur 4 hingga 9 minggu sedangkan hasil penangkaran panen bulan maret-april memiliki selang waktu amat singkat antara pemanenan dan penanaman berikutnya sehingga belum siap sebagai bahan tanam bibit wardani et al 2012 alternatif sumber benih selain dengan umbi adalah penggunaan biji botani true shallot seed tss yang potensial untuk dikembangkan menurut currah proctor 1990 penggunaan biji botani mempunyai keuntungan yang menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat menghasilkan tanaman page 2 of 8 155 hilman y et al pengaruh ketinggian tempat terhadap pembungaan .. yang bebas dari penyakit dan virus hasil penelitian basuki 2009 menunjukkan bahwa penggunaan tss dapat meningkatkan hasil umbi bawang merah sampai dua kali lipat dibanding dengan penggunaan benih umbi keuntungan lainnya adalah kebutuhan benih tss bawang merah lebih sedikit 3–6 kg ha dibandingkan dengan benih umbi 1–1.2 t ha sehingga mengurangi biaya benih dan pengangkutan ridwan et al 1989 permadi putrasamedja 1991 basuki 2009 dan daya simpan lebih lama dibanding benih umbi menurut copeland mcdonald 1995 50 benih bawang asal biji masih dapat berkecambah setelah disimpan selama 1–2 tahun sedangkan menurut suwandi hilman 1995 benih bawang asal umbi bibit tidak dapat terlalu lama disimpan 4 bulan dalam gudang berdasarkan beberapa kelebihan tss dibanding umbi maka penggunaan tss sebagai sumber benih bawang merah sangat prospektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas umbi bawang merah kendala yang dihadapi produksi benih asal biji atau tss adalah persentase pembungaan dan pembentukan biji seed-set yang rendah penyebab rendahnya pembungaan bawang merah di daerah tropis adalah kondisi lingkungan yang tidak mendukung terutama suhu tinggi 20o c menurut rabinowitch 1990a tanaman bawang merah memerlukan suhu 7–12o c untuk induksi pembungaan dan suhu 17–19o c untuk perkembangan umbel dan bunga mekar pada umumnya dataran tinggi suhu 16–18o c merupakan lokasi yang cocok untuk menghasilkan pembungaan dan pembijian bawang merah menurut sumarni et al 2009 kondisi cuaca di dataran rendah tidak cocok untuk terjadinya inisiasi pembungaan bawang merah namun ada indikasi bahwa untuk pembentukan kapsul dan biji kondisi cuaca di dataran rendah lebih cocok dibanding dataran tinggi hal ini tercermin dari hasil bobot benih tss per tanaman dan bobot 100 benih tss serta daya berkecambah benih bawang merah di dataran rendah lebih tinggi dibanding di dataran tinggi rosliani et al 2012 berdasarkan permasalahan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah 1 perbedaan ketinggian tempat akan memberikan perbedaan pengaruh terhadap pembungaan viabilitas serbuk sari produksi dan mutu benih botani bawang merah tss dan 2 pembungaan produksi dan mutu benih botani bawang merah tss di dataran tinggi lebih baik daripada di dataran rendah dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh teknik produksi biji tss bawang merah untuk varietas bima di dataran tinggi dan dataran rendah dalam rangka meningkatkan produksi benih tss bawang merah tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pembungaan viabilitas serbuk sari produksi dan mutu benih tss di dataran tinggi dan dataran rendah bahan dan metode percobaan dilaksanakan di kebun percobaan balai penelitian tanaman sayuran balitsa lembang ketinggian tempat 1.250 m dpl dan di kebun percobaan paseh subang ketinggian tempat 100 m dpl percobaan dilaksanakan dari bulan agustus 2011 sampai agustus 2012 pengujian viabilitas serbuk sari serta mutu benih dilakukan di laboratorium benih balitsa lembang percobaan menggunakan rancangan petak berpasangan paired plot design dengan empat ulangan untuk tiap lokasi bahan tanaman yang digunakan berasal dari umbi tiga siung bawang merah ditanam dalam polibag diameter 30 cm berisi 8 kg tanah dan kotoran ayam yang diberi naungan plastik transparan di lapangan masing-masing lokasi ada 300 polibag umbi bawang merah varietas bima yang digunakan berukuran 5–7 g per umbi sebelum ditanam umbi divernalisasi pada suhu 10o c sumiati 1997 selama 4 minggu pupuk npk digunakan dengan dosis 600 kg ha atau 9 g polibag sumarni rosliani 2002 pada setiap lokasi tanaman bawang merah diberi bap 0–200 ppm pada umur 1 minggu setelah tanam mst 3 dan 5 mst sebanyak 100 ml setiap polibag dan boron 0–4 kg ha pada umur 3 5 dan 7 mst sharma 1995 pengendalian ulat bawang dilakukan dengan menggunakan insektisida selektif berbahan aktif abamektin dan spinosad sesuai anjuran sedangkan untuk mengendalikan serangan penyakit antraknos yang disebabkan cendawan colletrotichum sp digunakan fungisida selektif berbahan aktif difenoconazol sesuai anjuran variabel pengamatan terdiri dari perkembangan bunga dan kapsul pembungaan persentase bunga menjadi buah produksi tss dan mutu tss perkembangan bunga dan kapsul yang diamati meliputi waktu umbel muncul fase umbel pecah awal bunga mekar fase dimana 75 bunga sudah mekar fase pembentukan kapsul 5–10 dan saat panen pengamatan produksi bunga dan buah meliputi waktu berbunga yaitu penghitungan waktu setelah 50 umbel muncul dari setiap plot persentase tanaman berbunga yaitu banyaknya tanaman yang menghasilkan bunga dalam setiap plot jumlah umbel per rumpun yaitu banyaknya umbel yang muncul dari anakan setiap rumpun jumlah bunga per umbel yaitu page 3 of 8 156 j hort vol 24 no 2 2014 banyaknya bunga yang terbentuk dalam satu umbel jumlah kapsul istilah buah untuk allium per umbel yaitu banyaknya kapsul yang terbentuk dalam satu umbel dan persentase pembentukan kapsul fruit set yaitu proporsi bunga menjadi kapsul pengamatan viabilitas serbuk sari dilakukan 6 jam setelah antesis penghitungan viabilitas serbuk sari didasarkan pada persentase serbuk sari yang berkecambah viabel dengan ciri serbuk sari yang berkecambah akan membentuk tabung sepanjang minimal sama dengan diameter serbuk sari pengamatan produksi tss meliputi jumlah benih bernas per umbel yaitu rerata banyaknya benih bernas yang dihasilkan per umbel persentase benih bernas yaitu persentase jumlah benih bernas yang dihasilkan dari total benih bernas dan hampa per umbel bobot per umbel yaitu rerata berat benih tss setiap umbel bobot per rumpun yaitu berat benih tss dari total umbel setiap rumpun bobot per plot yaitu berat benih tss total dari 12 rumpun pengamatan mutu tss meliputi bobot 100 butir yaitu berat benih sebanyak 100 butir daya berkecambah yaitu persentase dari jumlah kecambah normal pada hitungan kesatu 6 hari setelah tanam dan hitungan kedua 12 hari setelah tanam terhadap total benih yang ditanam ista 2007 standar sertifikasi mutu benih tss adalah daya berkecambah mencapai 75 direktorat bina perbenihan 2007 data yang diperoleh secara kuantitatif dari hasil pengamatan dianalisis dengan uji t pada taraf nyata lima persen hasil dan pembahasan perkembangan bunga dan kapsul lama fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul bawang merah di dataran tinggi berbeda dengan di dataran rendah tabel 1 di dataran tinggi fase pembungaan lebih lama sekitar 47–48 hari dari sejak muncul tunas umbel pertama sampai 75 bunga mekar dalam satu umbel sedangkan di dataran rendah hanya 30–31 hari.fase pembungaan yang lebih cepat di dataran rendah disebabkan oleh suhu udara yang lebih tinggi lampiran 1 sampai dengan 4 sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman lebih cepat rasul et al 2011 fase perkembangan bunga dapat dibagi menjadi enam tahap pada tahap pertama tunas umbel muncul pada 14–19 hari setelah tanam hst gambar 1–1 pada tahap kedua tunas umbel berkembang mencapai maksimum dan terbungkus oleh selaput berwarna hijau muda gambar 1–2a sampai 44–51 hst 30–32 hari setelah umbel muncul ketika selaput umbel mulai pecah gambar 1–2b pada tahap ketiga 5–10 bunga mulai mekar gambar 1–3 yang terjadi pada sekitar 55–59 hst 40–41 hari setelah umbel muncul tahap empat tercapai saat 75 bunga dalam satu umbel mekar gambar 1–4 yang terjadi sekitar 62–67 hst 47–48 hari setelah umbel muncul pembentukan kapsul terjadi 14 hari setelah bunga mekar penuh dalam satu umbel 75 bunga yang terserbuki dicirikan dengan kubah yang berwarna putih berkembang menjadi kapsul baik bernas atau hampa bunga yang tidak terserbuki akan luruh kapsul bernas dengan tiga lokul yang berkembang berwarna hijau dan lokul yang berisi biji bernas akan membengkak pada kapsul hampa kubah tidak berkembang berwarna coklat tapi tidak luruh kapsul mulai terbentuk 5–10 pada 70–75 hst 61–62 hari setelah umbel muncul gambar 1-5 proses pematangan kapsul berlangsung selama 32–37 hari pada saat kapsul yang terbentuk dalam satu umbel sudah maksimum gambar 1–6a dan kemudian kapsul mulai mengering dan keriput gambar 1–6b ciri kapsul yang siap dipanen yaitu dalam satu umbel 1–3 kapsul ada yang pecah atau sebagian besar kapsul berwarna kekuningan gambar 1–6c tabel 1 fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul bawang merah di dataran tinggi lembang dan dataran rendah subang phase of flower development and shallot capsule formation high land and subang lowland fase perkembangan bunga dan pembentukan kapsul dataran tinggi highland dataran rendah lowland umbel muncul umbel appears 14 – 19 hst 30 – 33 hst selaput umbel pecah rupture umbel membrane 44 – 51 hst 30 – 32 tahap 1 57 – 60 hst 27 tahap 1 awal bunga mekar early blooming flower 55 – 59 hst 40 – 41 tahap 1 59 – 62 hst 29 tahap 1 75 bunga mekar 75 blooming flower 62 – 66 hst 47 – 48 tahap 1 61 – 63 hst 30 – 31 tahap 1 kapsul terbentuk 5-10 formed capsule 70 – 75 hst 61 – 62 tahap 1 68 – 69 hst 36 – 38 tahap 1 panen harvest 107 hst 88 – 93 tahap 1 86 hst 56 tahap 1 hst hari setelah tanam dap days after planting lima kali panen dengan interval 5 hari

No comments:

Post a Comment