Tuesday, 22 December 2015

SAPARAN SEBAGAI SALAH SATU POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT CIREBON



Keyword :
Page 1 of 7 SAPARAN SEBAGAI SALAH SATU POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT CIREBON UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH SOSIOLOGI AGK 107 Disusun Oleh : Mohamad Farid Rifaldi 2012 41 039 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2012 Page 2 of 7 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kota Cirebon terletak di pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta. Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%). Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa. Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0- 2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran. Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.(www.cirebonkota.go.id) Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon, salah satunya adalah Saparan. (www.gragecirebon.wordpress.com) Page 3 of 7 II. Tujuan 1. Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semeter Mata Kuliah Sosiologi. 2. Mengetahui Pola Kebudayan masyarakat Cirebon (Saparan). 3. Mengetahui Pelaksanaan dan kegiatan-kegiatan dalam Saparan. 4. Meningkatkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. III. Rumusan Masalah 1. Apa arti dari Saparan? 2. Bagaimana pelaksanaan dan kegiatan-kegiatan dalam Saparan? Page 4 of 7 BAB II PEMBAHASAN I. Pengertian Saparan Saparan atau Safar adalah bulan ke dua dalam perhitungan kalender Islam Jawa. Bulan ini di percaya masyarakat adalah bulan musim kawin hewan. Hewan yang kawin seperti anjing, sehingga di bulan ini sebaiknya tidak dilakukan acara pernikahan atau masyarakat Cirebon mengenal bulan larangan untuk melakukan pernikahan. II. Pelaksanaan dan Kegiatan-Kegiatan Dalam Saparan Di samping itu, bulan Sapar juga dikenal dengan bulan yang sering terjadi malapetaka khususnya hari rabu terakhir di bulan ini atau orang Cirebon mengenal dengan istilah "Rebo Wekasan". Asal usul keyakinan ini juga belum jelas tapi dari beberapa sumber yang diyakini masyarakat bahwa di hari rabu terakhir di bulan Sapar ini biasanya banyak terjadi bala. Sehingga dipercaya untuk mencegah bala ini kita dianjurkan melakukan sholat 4 raka’at dengan bacaan surat al-Kautsar sebanyak 17 kali, di raka’at pertama, dibaca surat al-Ikhlas sebanyak 5 kali, di raka’at ke dua, dibaca surat al-Falaq. Di raka’at ketiga surat an-Nas di baca satu kali, juga di raka’at yang keempat. Kemudian di akhiri dengan membaca do’a Asyura. Masyarakat Cirebon percaya, di bulan ini untuk menghindari melakukan perjalanan jauh, perkerjaan yang cukup berbahaya. Dianjurkan di bulan ini banyak membantu orang lain dan memperbanyak sedekah khususnya untuk anak-anak yatim, para janda tua dan kaum jompo, di lain itu pula kita lebih meningkatkan dan mempererat tali silaturahim diantara sesama. Berkaitan dengan ini maka masyarakat Cirebon selama bulan ini melakukan 3 macam kegiatan yang dikenal dengan “Ngapem, Ngirab, dan Rebo Wekasan”. Ngapem berasal dari kata Apem yaitu berupa kue yang terbuat dari tepung beras yang difermentasi. Apem dimakan disertai dengan pemanis (Kinca) yang Page 5 of 7 terbuat dari gula jawa dan santan. Umumnya masyarakat masih melakukan ini dengan membagi-bagikan ke tetangga yang intinya adalah bersyukur (Selametan) di bulan Sapar yang kita terhindar dari malapetaka. Pesan yang diambil dari Apem dan Kinca ini juga melambangkan kita untuk lebih memperhatikan fakir miskin, tetangga dan kerabat dekat untuk lebih mempererat tali silaturahim karena di bulan ini penuh dengan malapetaka. Apem juga melambangkan diri kita, pada saat kita memakannya harus di celupkan di kinca yang melambangkan darah dan juga mengingatkan kita adanya kemungkinan diri kita akan terkena musibah. Ada juga cerita dari beberapa sumber bahwa tradisi ngapem ini berasal dari keraton yang sering membagi- bagikan apem di bulan ini, ada juga diartikan pada masa penjajahan belanda di Cirebon bahwa apem melambangkan belanda yang harus di musnahkan dari cirebon dengan memasukan apem ke dalam kinca. Bulan Safar yang diyakini bulan yang penuh malapetaka yang kemungkinannya bisa terjadi di antara kita. Hal ini konon diyakini sebagai upaya Sunan Kalijaga untuk mencegah kemungkinan datangnya Rebo Wekasan, beliau mandi di Sungai Drajat pada saat berguru pada Sunan Gunung Djati untuk membersihkan diri dari bala di hari Rebo Wekasan. Ini akhirnya diikuti oleh masyarakat pada saat itu dan dijadikan adat oleh masyarakat Cirebon. Hingga kini masyarakat Cirebon di hari Rebo Wekasan mengunjungi petilasan Sunan Kalijaga. Dengan menggunakan perahu mereka menuju kalijaga dan melakukan mandi di tempat yang di yakini dulu Sunan kalijaga mandi. Adat ini disebut dengan "Ngirab" yang artinya bergerak atau menggerakan sesuatu untuk membuang yang kotor. Beberapa masyarakat masih meyakini adat ini dengan dengan serius secara sepiritual, akan tetapi kebanyakan orang hanya untuk rekreasi dan bersenang-senang saja untuk melupakan bulan yang penuh bala ini. Semua kegiatan di bulan Sapar ini belumlah lengkap bila tidak di akhiri dengan Rebo Wekasan yang merupakan hari yang sangat penting. Selepas Isya hingga Shubuh merupakan pergantian hari yg biasanya di pagi hari banyak anak-anak yang berkopiah dengan sarung yang di kalungkan ke badannya akan keliling dari rumah ke rumah untuk mensenandungkan nyanyian "Wur tawur nyi tawur, Page 6 of 7 selamat dawa umur..." yang artinya " Bu, bagikan lah sesuatu ke kami semoga selalu sehat atau aman dan panjang umur..." artinya bebas atau selamatlah anda setelah hari Rebo terakhir ini. Bisanya si empunya rumah akan menanyakan " Sing endi cung?" terus akan di jawab oleh mereka dari pesantren atau dari daerah mana mereka tinggal. Mereka biasanya berkelompok dua atau tiga orang dan kadang berlima. Ada juga sumber sejarah yang mengatakan bahwa anak-anak tawurji ini berasal dari pengikut Syeikh Lemahabang atau Syeh Siti Djenar alias Syeikh Datuk Abdul Djalil alias Syeikh Jabaranta. Berdasarkan sejarah dari para orang terdahulu bahwa Syek Siti Djenar ini dulunya bagian dari para Wali hanya beliau mengajarkan sesuatu yang membuat orang lupa atau mengesampingkan Syariat, sehingga beliau konon diadili oleh dewan Walisongo di Masjid Agung Cirebon dan dieksekusi oleh Sunan Kudus dengan menggunakan keris Kantanaga milik Sunan Gunung Djati. Stelah beliau wafat jasadnya di makamkan di Kemlaten. Setelah wafatnya Syeikh Lemah Abang para pengikutnya (Abangan) sangatlah sedih, maka usul Sunan Kalijaga atas persetujuan Sunan Gunung Djati dengan Rebo Wekasan ini di anjurkan untuk berdo’a, memberi selamat dari setiap rumah ke rumah agar selalu dilindungi oleh yang maha kuasa dan mereka di santuni dengan memberikan uang jajan karna tidak ada lagi yang mengasuh mereka.(www. carubannagari.blogspot.com) Page 7 of 7 BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP I. Kesimpulan Pola kebudayaan masyarakat adalah suatu tatanan dari unsur kebudayaan yang menjadi dasar keutuhan suatu kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Fungsi dari kebudayaan yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, sebagai wadah dari segenap perasaan manusia, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemampuan masyarakat tersebut. II. Penutup Demikianlah makalah yang penyusun dapat sajikan, tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan, mungkin dalam penulisan atau penyampaian. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Profil Sejarah Pemerintahan.http://www.cirebonkota.go.id.11 Des 2012(10:30) Sejarah Cirebon.http://www.gragecirebon.wordpress.com.11 Des 2012(10:40) Saparan di Cirebon.http://www.carubannagari.blogspot.com.11 Des 2012(10:50) 1 of 7TUGAS UAS.docxTUGAS UAS.docxOpenExtractOpen withDetailsCommentsGeneral InfoTypeWordDimensionsSize183 KBLocationdocxModified12:38 PM Oct 5Created12:38 PM Oct 5Opened by me5:01 PM Dec 22DescriptionAdd a descriptionSharingCicak GenitOwnerAnyoneCan ViewDownload PermissionViewers can download Displaying TUGAS UAS.docx.Send feedbackEmbed item...Add starRename...Report abuseShareDownloadPrint Links http://www.gragecirebon.wordpress.com

No comments:

Post a Comment