Pendahuluan
Sorgum manis memiliki potensi dan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, sejalan dengan krisis energi di beberapa negara. Krisis energi disebabkan semakin terbatas jumlah cadangan bahan fosil minyak di perut bumi yang tidak dapat diperbarukan (Yudi-arto, 2006).Upaya yang dapat dilakukan adalah mencari sumber-sumber energi baru yang dapat diperbarukan bertujuan untuk dapat menggantikan atau campuran terhadap energi fosil tersebut. Sorgum manis adalah salah satu alternatif komoditas tanaman yang memenuhi harapan. Secara umum, batang dan bijinya dapat dikonversi menjadi bioetanol. Selain itu, sumber baku sorgum mudah di-peroleh dan diproduksi secara masal (Reddy et al., 2007).
Budidaya dan pengembangan sorgum manis di Indonesia sampai saat ini masih sangat terbatas, padahal, beberapa industri bio-etanol seperti PT. Blue Energi, CV. Agro Darma Sekar Wangi, PT. Kreatif Energi, sudah memproduksi bioetanol yang bahan bakunya sorgum manis. Domestikasi sorgum berasal dari Etiopia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi (FAO, 2010). Sekarang sekitar 80% areal pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen dunia, khususnya sorgum manis, masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico, Sudan dan Argentina (House, 1985). Oleh karena sorgum manis bukan tanaman asli Indonesia, keragaman genetik yang ada masih sangat terbatas. Keterbatasan ragam genetik memacu kita untuk mencari sumber-sumber genetik baru yang dapat ditempuh melalui pemuliaan tanaman.
Badan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN), aplikasi Iptek nuklir banyak dilakukan, salah satu diantaranya adalah untuk kegiatan di bidang pertanian, khususnya untuk pemuliaan mutasi. Penelitian pemuliaan tanaman menggunakan teknik mutasi radiasi telah dihasilkan dan telah melepas beberapa kultivar baru diantaranya
kedelai kultivar Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa dan Mitrani, kacang hijau (kultivar Camar), kapas (kultivar Kharisma). Untuk padi mulai dari tahun 1982 telah dihasilkan 15 kultivar 2008 telah dihasilkan varietas baru yaitu Bestari (BATAN, 2010).
Upaya yang dilakukan untuk perbaikan dan peningkatan keragaman genetik sorgum melalui pemanfaatan radiasi sinar gam-ma Chamber bersumber Cobalt-60 terhadap benih kultivar Durra (ICRISAT) dan galur mutan sorgum Zh-30 (BATAN). Secara umum, pemuliaan mutasi sorgum bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat agronomi produksi dan kualitas sehingga akan diperoleh galur mutan sorgum manis (sweet sorghum) yang memiliki sifat unggul seperti: produksitivitas biomasa batang dan biji tinggi, berbatang lebih manis serta kualitas baik, sesuai arah penggunaannya sebagai bioetanol.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat, ilmuwan dan pengusaha tentang aplikasi Iptek nuklir di bidang pemuliaan mutasi tanaman, khususnya perbaikan kualitas sorgum manis menggunakan radiasi gamma.
untuk lebih lengkapnya dapat download langsung di link dibawah ini :
No comments:
Post a Comment