Keyword :
HERBARIUM
Dalam mempelajari biologi kita akan menemukan masalah dan akan berusaha
memecahkan permasalahan itu. Misalnya, tidak semua objek penelitian dengan mudah
ditemukan disekitar kita karena objek tersebut langka atau habitat jauh (dipantai atau di gunung)
sehingga kita membutuhkan suatu koleksi awetan. Koleksi tersebut dappat membantu kita dalam
mempelajari biologi.
Contoh koleksi objek biologi adalah insektarium, herbarium, dan taksiderium. Dalam hal
ini kita akan lebih khusus membahas mengenai herbarium. 2Beberapa yang harus diperhatikan
dalam membuat koleksi awetan adalah sebagai berikut :
1. Kelengkapan organ tubuh objek,
2. Cara pengawetan dan penyimpanan objek
3. Kelestarian objek dengan membatasi pengambilan objek.
1Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi
pribadi tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von
Linné (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium.
3Herbarium digunakan ilmuwan untuk memahami dunia tumbuhan. Herbarium pertama
kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling sederhana untuk membuat herbarium
adalah dengan mengeringkan organ tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, alu disimpan.
Namun, jika ingin hasilnya lebih bagus dan awet, maka kita perlu melakukan pengawetan.
Larutan pengawetan untuk membuat herbarium basah dan kering berbeda. Untuk membuat
herbarium kering kita dapat menggunakan bahan pengawet tunggal ataupun pengawet campuran.
Objek tumbuhan yang hendak dibuat herbarium dicelupkan atau direndam beberapa menit dalam
larutan pengawet tersebut lalu dikeringkan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan.
Pengeringan objek tumbuhan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60-70o
C. Pengeringan dengan menggunakan oven untuk organ daun akan kurang baik hasilnya karena
daun akan menjadi lebih mudah rusak.
3Pengawetan terhadap hewan atau tumbuhan dapat dilakukan degan cara basah atau
kering. Cara dan bahan pengawet yang digunakan bervariasi, bergantung pasa isfat objeknya.
Untuk organ tumbuhn yang berdaging, seperti buah, biasanya dilakukan pengawetan dengan
menggunakan awetan basah. Organ tumbuhan, sperti daun, batang, dan akar, dilakukan
pengawetan dengan menggunakan awetan kering.
1
4Kebanyakan spesimen herbarium tersebut terdiri atas tumbuhan tingkat tinggi
(spermatophyta) seperti rotan, anggrek, pohon, rumput dan paku.
3Tabel 1. Larutan pengawet untuk membuat herbarium basah dan kering
Pengawet untuk membuat herbarium
Pengawet untuk membuat herbarium
Basah
kering
1 liter akuades (air suling ) Pengawet tunggal
15 ml formalin 4% Larutan formalin 4%
1ml asam cuka 40% Pengawet campuran
15 ml terusi ( tembaga sulfat ) Formalin 4% dalam alcohol 70 %
2Herbarium adalah pengoleksian tumbuhan kering yang diawetkan. 3Awetan specimen
tumbuhan dikenal sebagai herbarium. Herbarium adalah specimen yang digunakan untuk studi
taksonomi, berupa tumbuhan segar yang masih hidup tapi biasanya berup bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan dengan metode tertentu ( taksonomi Umum : 152-152).
5Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas :
1. Herbarium basah
Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang
berbeda. Disamping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk
sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. Adapun
pengawet yang digunakan adalah formalin.
2. Herbarium Kering
Yang herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan. Sebagian besar specimen
herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam herbarium-herbarium di dunia ini dip roses
melalui pengeringan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada
pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan, pengeringan
tidak dapat berlangsung cepat sehingg bahan yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh
jamur.
2
5Herbarium dapat dibuat dengan tahap-tahap berikut :
1. Pembuatan herbarium kering
Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat dalam pengambilan tanaman
yaitu, tanaman harus lengkap.
Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu diangin-anginkan.
Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman.
Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat. Diatur sedemikian rupa pada
lembaran kertas yang dapat menghisap air seperti kertas koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x
41 cm (11 ½ x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan tersebut dan
mengeringkannya dengan penjemuran.
Cara 2 : mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas koran hingga rata. Dilapisi lagi dengan
beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang
sehingga tanaman terpress dengan kuat. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran
pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman betul-betul kering.
Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika
bunganya mudah gugur maka masukkan bunganya dalam amplop dan selipkan pada herbarium.
Daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang, bisa dilipat.
Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan menggunakan jahitan tali atau
selotip. Usahakan penampakan atas dan bawah dapat diperlihatkan.
Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.
Menempelkan etiket.
2. Pembuatan herbarium basah
Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
Tutup rapat botol dan kemudian beri label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.
3
DAFTAR PUSTAKA
1Bridson, D. and L. Forman. 1989. “The Herbarium Handbook”. Kew- London: the Royal Botanic
Garden of Kew.
2Kadaryanto. Wijaya Jati. et al,. 2006. “Biologi 1 mengungkap rahasia alam kehidupan SMP kelas
VII”. Jakarta : Yudistira.
3Prasodjo, Budi. Naryoko. et al,. 2007. “IPA 1B SMP kelas VII Semester II”. Jakarta : Yudistira.
4Ramadhanil, 2002. “Herbarium sebagai salah satu bentuk konservasi ek-situ, Lokakarya Penyusunan
IBSAB Bioregion Sulawesi”. Makassar.
5Rasdianah, Nur. 2009. ”Bahan Ajar Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG
4
Dalam mempelajari biologi kita akan menemukan masalah dan akan berusaha
memecahkan permasalahan itu. Misalnya, tidak semua objek penelitian dengan mudah
ditemukan disekitar kita karena objek tersebut langka atau habitat jauh (dipantai atau di gunung)
sehingga kita membutuhkan suatu koleksi awetan. Koleksi tersebut dappat membantu kita dalam
mempelajari biologi.
Contoh koleksi objek biologi adalah insektarium, herbarium, dan taksiderium. Dalam hal
ini kita akan lebih khusus membahas mengenai herbarium. 2Beberapa yang harus diperhatikan
dalam membuat koleksi awetan adalah sebagai berikut :
1. Kelengkapan organ tubuh objek,
2. Cara pengawetan dan penyimpanan objek
3. Kelestarian objek dengan membatasi pengambilan objek.
1Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi
pribadi tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von
Linné (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium.
3Herbarium digunakan ilmuwan untuk memahami dunia tumbuhan. Herbarium pertama
kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling sederhana untuk membuat herbarium
adalah dengan mengeringkan organ tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, alu disimpan.
Namun, jika ingin hasilnya lebih bagus dan awet, maka kita perlu melakukan pengawetan.
Larutan pengawetan untuk membuat herbarium basah dan kering berbeda. Untuk membuat
herbarium kering kita dapat menggunakan bahan pengawet tunggal ataupun pengawet campuran.
Objek tumbuhan yang hendak dibuat herbarium dicelupkan atau direndam beberapa menit dalam
larutan pengawet tersebut lalu dikeringkan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan.
Pengeringan objek tumbuhan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60-70o
C. Pengeringan dengan menggunakan oven untuk organ daun akan kurang baik hasilnya karena
daun akan menjadi lebih mudah rusak.
3Pengawetan terhadap hewan atau tumbuhan dapat dilakukan degan cara basah atau
kering. Cara dan bahan pengawet yang digunakan bervariasi, bergantung pasa isfat objeknya.
Untuk organ tumbuhn yang berdaging, seperti buah, biasanya dilakukan pengawetan dengan
menggunakan awetan basah. Organ tumbuhan, sperti daun, batang, dan akar, dilakukan
pengawetan dengan menggunakan awetan kering.
1
4Kebanyakan spesimen herbarium tersebut terdiri atas tumbuhan tingkat tinggi
(spermatophyta) seperti rotan, anggrek, pohon, rumput dan paku.
3Tabel 1. Larutan pengawet untuk membuat herbarium basah dan kering
Pengawet untuk membuat herbarium
Pengawet untuk membuat herbarium
Basah
kering
1 liter akuades (air suling ) Pengawet tunggal
15 ml formalin 4% Larutan formalin 4%
1ml asam cuka 40% Pengawet campuran
15 ml terusi ( tembaga sulfat ) Formalin 4% dalam alcohol 70 %
2Herbarium adalah pengoleksian tumbuhan kering yang diawetkan. 3Awetan specimen
tumbuhan dikenal sebagai herbarium. Herbarium adalah specimen yang digunakan untuk studi
taksonomi, berupa tumbuhan segar yang masih hidup tapi biasanya berup bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan dengan metode tertentu ( taksonomi Umum : 152-152).
5Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas :
1. Herbarium basah
Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang
berbeda. Disamping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk
sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. Adapun
pengawet yang digunakan adalah formalin.
2. Herbarium Kering
Yang herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan. Sebagian besar specimen
herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam herbarium-herbarium di dunia ini dip roses
melalui pengeringan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada
pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan, pengeringan
tidak dapat berlangsung cepat sehingg bahan yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh
jamur.
2
5Herbarium dapat dibuat dengan tahap-tahap berikut :
1. Pembuatan herbarium kering
Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat dalam pengambilan tanaman
yaitu, tanaman harus lengkap.
Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu diangin-anginkan.
Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman.
Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat. Diatur sedemikian rupa pada
lembaran kertas yang dapat menghisap air seperti kertas koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x
41 cm (11 ½ x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan tersebut dan
mengeringkannya dengan penjemuran.
Cara 2 : mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas koran hingga rata. Dilapisi lagi dengan
beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang
sehingga tanaman terpress dengan kuat. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran
pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman betul-betul kering.
Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika
bunganya mudah gugur maka masukkan bunganya dalam amplop dan selipkan pada herbarium.
Daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang, bisa dilipat.
Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan menggunakan jahitan tali atau
selotip. Usahakan penampakan atas dan bawah dapat diperlihatkan.
Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.
Menempelkan etiket.
2. Pembuatan herbarium basah
Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
Tutup rapat botol dan kemudian beri label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.
3
DAFTAR PUSTAKA
1Bridson, D. and L. Forman. 1989. “The Herbarium Handbook”. Kew- London: the Royal Botanic
Garden of Kew.
2Kadaryanto. Wijaya Jati. et al,. 2006. “Biologi 1 mengungkap rahasia alam kehidupan SMP kelas
VII”. Jakarta : Yudistira.
3Prasodjo, Budi. Naryoko. et al,. 2007. “IPA 1B SMP kelas VII Semester II”. Jakarta : Yudistira.
4Ramadhanil, 2002. “Herbarium sebagai salah satu bentuk konservasi ek-situ, Lokakarya Penyusunan
IBSAB Bioregion Sulawesi”. Makassar.
5Rasdianah, Nur. 2009. ”Bahan Ajar Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG
4
No comments:
Post a Comment