keyword :
pendahuluan fenomena kebutuhan terhadap lahan cenderung terus meningkat
yang merupakan resultan dari perkembangan ekonomi dan pertumbuhan
penduduk pada gilirannya hal tersebut akan melahirkan gejala persaingan
penggunaan lahan yang sesungguhnya merupakan manifestasi dari berlakunya
hukum permintaan demand dan penawaran supply hal tersebut dapat
dipahami mengingat lahan merupakan sumberdaya alam yang amat penting
hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan permasalahan lahan seiring dengan terjadinya
pertumbuhan wilayah --termasuk di dalamnya pertumbuhan kota-- kebutuhan
demand akan sumberdaya lahan cenderung meningkat sementara itu dilihat
dari ketersediaannya dalam arti luasan lahan dalam batas administratif
bersifat terbatas in-elastic oleh karena itu dengan terjadinya
perubahan struktur ekonomi yang ditandai oleh perkembangan sektor
industri meningkatnya aktivitas dan ragam spesialisasi di luar bidang
pertanian serta pertambahan jumlah penduduk yang antara lain disebabkan
oleh adanya urbanisasi diduga akan mengakibatkan tekanan-tekanan
terhadap lahan pertanian dan memicu terjadinya pergeseran pola seminar
hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat penggunaan lahan
terlebih- lebih di wilayah perkotaan dan sekitarnya kondisi tersebut
pada gilirannya mengakibatkan peranan sektor pertanian yang semula
mendominasi perekonomian wilayah telah bergeser ke sektor industri
sehingga permintaan lahan meningkat anwar 1994 hal tersebut pada
gilirannya akan berimplikasi pada struktur tata ruang wilayah mengingat
struktur tata ruang merupakan manifestasi dari alokasi pemanfaatan
sumberdaya yang akan berimplikasi pada keragaan perekonomian wilayah dan
kesejahteraan masyarakat penggunaan lahan yang oleh sandy 1995 dimaknai
sebagai dampak dari segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang
dipengaruhi oleh keadaan alam fisik lingkungan serta kegiatan
sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu wilayah sementara itu barlowe
1978 mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pola
penggunaan lahan adalah faktor- faktor fisik-biologis faktor
pertimbangan ekonomi dan faktor institusi kelembagaan penggunaan lahan
juga ditentukan oleh keadaan topografi relief dan ketinggian
aksesibilitas kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk
lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya
berpenduduk padat sandy 1995 adapun faktor- faktor yang mempengaruhi
arah perkembangan dan laju penggunaan lahan pertanian di page 2 of 14
perkotaan dan wilayah sekitarnya antara lain indeks aksesibilitas faktor
sosial faktor lingkungan fisik dan kebijakan infrastruktur owen 1978
sementara itu bern 1977 mengemukakan bahwa perubahan penggunaan lahan
adalah akibat dari jumlah dan komposisi penduduk secara berkala ataupun
permanen pengaruh yang lain ialah terhadap ekonomi lahan seperti harga
sewa dan pasar lahan berdasarkan penjelasan diatas oleh karenanya dapat
dipahami jika penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah cenderung
bersifat dinamis sebab perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah
merupakan pencerminan upaya tindakan dan interaksi manusia dalam
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam beserta kondisi lingkungan
yang menyertainya fenomena tersebut pada gilirannya akan berakibat pada
perubahan mutu lingkungan hidup dan peningkatan nilai lahan peningkatan
nilai lahan tersebut apabila dikaitkan dengan wilayah urban perkotaan
akan lebih banyak berhubungan dengan letak kestrategisannya faktor
lokasi sedangkan untuk wilayah perdesaan rural peningkatan nilai lahan
tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor kesuburan kualitas lahan
lebih jauh oleh saefulhakim 1994 penggunaan lahan juga merupakan
refleksi struktur perekonomian dan preferensi masyarakat karena struktur
perekonomian dan preferensi masyarakat ini bersifat dinamis yang
orientasinya selalu berubah setiap saat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan dinamika pembangunan maka struktur penggunaan lahanpun
bersifat dinamis dan dengan demikian perubahan pola penggunaan lahan
tidak dapat terhindarkan bahkan dalam kerangka yang lebih luas fenomena
pemanfaatan lahan maupun alih guna lahan akan memberikan implikasi yang
cukup luas terhadap keragaan perekonomian wilayah alokasi sumberdaya dan
tenaga kerja serta struktur tata ruang wilayah persaingan penggunaan
lahan dalam mekanisme pasar persaingan sempurna ditentukan oleh land
rent nilai ekonomi lahan yang ditawarkan penggunaan lahan yang
menawarkan land rent tinggi cenderung akan memenangkan persaingan
tersebut penilaian melalui land rent cenderung hanya melihat nilai
seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat lahan
dari sudut kualitas dan lokasi lahan dari pusat pasar kedua komponen
tersebut dalam kenyataannya mudah dihitung dan dilihat secara realistis
dibandingkan dengan komponen lain yang mempengaruhi nilai lahan seperti
sosial politik lingkungan estetika yang merupakan komponen yang tidak
terukur dengan sifat yang tidak terukur inilah menyebabkan lahan yang
memiliki nilai sosial politik lingkungan dan estetika tinggi kalah –atau
bahkan dikalahkan—dalam persaingan penggunaan lahan fenomena ini page 3
of 14 secara empiris sering terjadi terutama di wilayah perkotaan kota
bandar lampung sebagai ibukota propinsi lampung mengalami laju
perkembangan wilayah yang relatif pesat dan karenanya merupakan wilayah
yang strategis hal tersebut antara lain dikarenakan kedudukannya sebagai
pusat kegiatan wilayah pkw dalam rencana tata ruang wilayah nasional
selain itu bandar lampung juga merupakan wilayah kota transit bagi
pemakai jasa perhubungan antar pulau yaitu pulau jawa dan sumatera
bahkan wilayah ini juga merupakan pusat pelayanan jasa distribusi serta
―hinterland‖ bagi wilayah sekitarnya seperti sumatera bagian selatan
banten maupun dki dengan demikian intensitas arus pergerakan orang
tenaga kerja barang dan jasa di wilayah ini cukup tinggi fenomena
tersebut pada gilirannya telah menjadikan wilayah ini telah berkembang
dengan pesat yang antara lain ditandai oleh perkembangan jumlah penduduk
dan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi serta
pengembangan aksesibilitas yang semakin meningkat dengan demikian
menjadi mudah dipahami jika penggunaan lahan cenderung bersifat dinamis
bukan saja karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dalam
pemanfaatan dan penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah akan
tetapi terjadinya perubahan penggunaan lahan tersebut membawa implikasi
yang signifikan terhadap keragaan perekonomian alokasi sumberdaya dan
tenaga kerja maupun struktur tata ruang pada wilayah yang bersangkutan
dalam kerangka pemikiran seperti itulah studi dan penelitian ini
dilakukan ii metode penelitian studi yang dilakukan dalam penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif lihat is ingarimbun effendi 1981 yang
didukung dengan analisis kuantitatif fokus utamanya adalah dinamika
penggunaan lahan di wilayah perkotaan data penelitian dihimpun melalui
metode dokumentasi terhadap data sekunder dokumen secara time series
pada 2 dua titik tahun yang berbeda t0 dan t1 yang bersumber dari
berbagai publikasi resmi yang dikeluarkan oleh dinas instansi pemerintah
yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian ini.model analisis
yang akan digunakan untuk mengkaji dinamika perubahan penggunaan lahan
digunakan model analisis kuantitatif location quotient lq dan
shift-share analysis ssa lihat blakelly 1994 dalam penelitian ini
metode lq digunakan untuk membandingkan luasan penggunaan lahan untuk
aktivitas tertentu dengan luasan penggunaan secara keseluruhan agregat
.sedangkan page 4 of 14 ssa merupakan salah satu cara atau tehnik yang
dapat memberikan gambaran tentang sebab terjadinya perubahan penggunaan
lahan yang terjadi pada suatu wilayah iii hasil dan pembahasan 1
perubahan penggunaan lahan penggunaan lahan sesungguhnya merupakan upaya
manusia dalam interaksinya dengan sumberdaya fisik lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya dari data yang berhasil dikumpulkan dalam
penelitian ini selama satu dekade di wilayah kota bandar lampung telah
terjadi perubahan struktur penggunaan lahan data yang dihimpun bersumber
dari biro pusat statistik dan badan pertanahan nasional propinsi
lampung perubahan struktur penggunaan lahan bukanlah semata-mata
fenomena fisik berkurangnya luasan lahan tertentu dan meningkatnya
penggunaan lahan untuk penggunaan lainnya melainkan mempunyai kaitan
erat dengan perubahan orientasi ekonomi sosial budaya dan politik
masyarakat nasution dan winoto 1995 perubahan orientasi tersebut
berkait dengan terjadinya proses transformasi struktur perekonomian yang
dicirikan semakin menurunnya pangsa relatif sektor primer pertanian dan
pertambangan dan semakin meningkatnya pangsa relatif sektor sekunder
dan tersier industri dan jasa dengan demikian pembangunan ekonomi
diarahkan untuk mengurangi ketergantungan perekonomian suatu wilayah
terhadap sektor primer yang mempunyai nilai tambah value added yang
lebih rendah dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier tabel 1
penggunaan lahan di kota bandar lampung pada tahun 1999 dan 2010 dalam
hektar no penggunaan lahan tahun 1999 tahun 2010 perub 1 perkampungan
4392.44 6325.19 44 2 pertanian 11727.21 10448.44 -10.9 3 hutan 784.1
532.62 -32.07 4 rawa 9.75 5.5 -43.58 5 perusahaan 406.3 312.76 -23.02 6
industri 253.3 488.93 93.02 7 jasa-jasa 367.85 438.2 19.12 8 lainnya
1231.58 1150.64 -6.57 9 tanah kosong tidak digunakan 46.02 19.72 -57.14
total 100 100 sumber data penelitian 2012 page 5 of 14 dari data tabel
diatas dapat diketahui bahwa selama lebih dari satu dekade di bandar
lampung telah terjadi perubahan struktur penggunaan lahan lahan yang
cenderung mengalami pengurangan penciutan terbesar adalah penggunaan
untuk rawa-rawa hutan dan perusahaan serta lahan kosong yang tidak
digunakan. sedangkan penggunaan lainnya cenderung mengalami perluasan
pertambahan terutama untuk penggunaan bagi perkampungan permukiman
industri dan jasa-jasa fenomena terjadinya perubahan penggunaan lahan di
suatu wilayah dapat ditelusuri dari teori land use teori land use
menjelaskan bahwasanya kualitas lahan yang tinggi secara alamiah akan
menjadi titik awal pertumbuhan aktivitas manusia tahap selanjutnya
dengan adanya perubahan struktur permintaan dan didorong oleh fenomena
spatial external economies of agglomeration maka pemusatan aktivitas
perekonomian akan terjadi pada daerah yang kualitas lahannya tinggi
saefulhakim 1994 selain daripada itu kondisi obyekt if wilayah kota
bandar lampung yang didukung oleh keterbukaan wilayah yang ditandai oleh
tingginya aksesibilitas kondisi tersebut akan berimplikasi pada
kemudahan penduduk tenaga kerja untuk bermobilisasi dalam ruang guna
melakukan aktivitas perekonomian kegiatan perekonomian sendiri berkaitan
erat dengan lahan lahan dalam kerangka ini berlaku sebagai barang
produksi maupun konsumsi dengan berkembangnya kegiatan perekonomian di
dalam ruang space sudah barang tentu pemilihan lokasi yang strategis
baik untuk dikonsumsi maupun berproduksi merupakan hal yang penting
kondisi demikian ini pada gilirannya akan menimbulkan semakin
kompleksnya persaingan konflik penggunaan lahan di wilayah yang
bersangkutan faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penggunaan
lahan diantaranya jenis bahan induk yang menentukan tingkat kesuburan
lahan yang selanjutnya menentukan pola penggunaan lahan dan konsentrasi
penduduk faktor lereng dan ketinggian tempat juga mempunyai peran yang
penting selain itu yang erat hubungannya dengan bahan induk dan lereng
adalah adalah kedalaman tanah solum disamping itu penggunaan lahan juga
akan dipengaruhi oleh aksesibilitas jumlah dan penyebaran penduduk
tingkat pendidikan tenaga kerja dan derajad perekonomian masyarakat
sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa teori land use nampaknya
cukup mampu untuk menjelaskan terjadinya fenomena perubahan penggunaan
lahan di lokasi penelitian sungguhpun demikian faktor kelembagaan yang
dicirikan oleh kebijakan pertanahan yang berlaku serta sosial politik
diduga juga ikut mempengaruhi perubahan penggunaan lahan salah satunya
adalah rencana tata ruang wilayah baik yang bersifat makro maupun
parsial seperti rencana struktur tata ruang atau rencana tata ruang
wilayah rencana detail tata ruang maupun rencana tehnis tata ruang
kelembagaan tata ruang ini pada gilirannya telah mampu memberikan
insentif maupun disinsentif bagi terjadinya perubahan penggunaan lahan
sebagai insentif dapat dikemukakan bahwa dengan disusunnya rencana tata
ruang wilayah dapat mengorganisasikan aktivitas kehidupan masyarakat
melalui pemanfaatan lahan dengan mempertimbangkan penyebaran fasilitas
serta utilitas dalam suatu wilayah secara fungsional hal tersebut dapat
dilihat di beberapa pusat pertumbuhan atau kota- kota yang tersebar di
seluruh wilayah propinsi sedangkan penataan ruang juga menimbulkan
dis-insentif bagi perubahan penggunaan lahan hal tersebut dapat diamati
dengan munculnya ‘spekulan tanah‘ dan diketemukannya fenomena rent
seeking pada beberapa oknum aparat page 7 of 14 sumber bps data diolah
tabel diatas memperlihatkan bahwa selama hampir satu dekade perekonomian
kota bandar lampung telah tumbuh rata-rata 7 pertahun sedangkan laju
pertumbuhan masing- masing sektor menunjukkan bahwa sektor keuangan
persewaan dan jasa perysahaan memiliki laju pertumbuhan paling tinggi
dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar 36.34
pertahun sedangkan laju pertumbuhan paling kecil terdapat pada sektor
listrik dan air bersih yang besarnya 0.49 pertahuan selama hampir satu
dekade secara kompetitif sektor perekonomian penyumbang pertumbuhan
wilayah juga dapat diketahui pada tabel berikut ini tabel 3 nilai lq dan
shift-share sektor perekonomian di kota bandar lampung tahun 2000 dan
2008 sumber data penelitian 2012 tabel diatas menunjukkan bahwa untuk
nilai lq yang mencerminkan keunggulan komparatif selama hampir satu
dekade tidak ada perubahan yang signifikan artinya bahwa sektor
perekonomian di kota bandar lampung di luar sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian semuanya memiliki keunggulan komparatif baik
pada tahun 2000 maupun 2008 sedangkan untuk nilai differential shift
yang mencerminkan keuanggulan kompetitif terlihat bahwa perekonomian di
kota ini dalam jangka panjang memiliki keunggulan di sektor pertanian
industri pengolahan non-migas dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan
secara relatif dibandingkan dengan daerah lain dalam skala regional
atau propinsi atas dasar hal tersebut menjadi mudah dipahami jika
pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas pembangunan dan
perekonomian akan mengakibatkan permintaan terhadap lahan semakin
meningkat luasan lahan yang relatif tetap di satu pihak dan permintaan
lahan yang terus meningkat di pihak lain menyebabkan alih guna lahan di
suatu wilayah tidak terelakkan oleh karenanya makin tinggi tingkat
pertumbuhan wilayah menuntut alokasi penggunaan lahan yang semakin
berhasil guna dan berdaya guna tingginya tingkat pertumbuhan wilayah
yang dapat dicirikan dari makin lengkap dan beragamnya ketersediaan
sarana prasarana pelayanan dan atau jumlah penduduk menyebabkan makin
pentingnya fungsi lahan kondisi tersebut mengakibatkan lahan-lahan yang
kurang produktif bersifat ekstensif dialihkan menjadi lahan-lahan yang
lebih produktif intensif seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi
di suatu wilayah maka perubahan penggunaan lahan merupakan proses yang
mempunyai laju pola dan dampak laju perubahan penggunaan lahan sebagai
besaran skala akan dipengaruhi oleh perubahan kecepatan dan dimensi
waktu dimensi waktu disini diartikan sebagai perkembangan atau
pertumbuhan wilayah artinya wilayah akan berkembang seiring dengan waktu
dengan asumsi bahwa komponen perkembangan wilayah berkembang sejalan
dengan perkembangan wilayah dengan perkembangan wilayah --terutama di
pusat-pusat pelayanan-- diduga akan menjadi faktor potensial yang
mempengaruhi kecepatan perubahan penggunaan lahan selama kurun waktu
tertentu.pengembangan yang tidak memperhatikan karakteristik wilayah
secara seksama baik di page 8 of 14 kawasan budidaya maupun non-budidaya
cenderung akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan yang akan
mempengaruhi pada sustainability keberlanjutan pembangunan wilayah itu
sendiri khususnya yang berkaitan dengan ekosistem lingkungan hal
tersebut antara lain tercermin dari adanya fenomena pencemaran dan
pendangkalan das konversi lahan sawah abrasi air laut maupun
terganggunya hidro-orologis kondisi demikian antara lain dapat
ditelusuri dari adanya aktivitas perekonomian baru yang tidak atau
kurang berkaitan dengan kegiatan yang sudah ada sebelumnya dengan
demikian akan menimbulkan kesan kegiatan perekonomian yang terjadi
berjalan sendiri-sendiri bahkan tidak jarang kegiatan yang lebih
menjanjikan secara sepintas akan menekan kegiatan yang lebih inferior
kondisi tersebut apabila tidak dicermati secara lebih dini diduga akan
menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang
proses perubahan penggunaan lahan selain ditentukan oleh perkembangan
atau pertumbuhan wilayah juga sangat ditentukan oleh nilai land-rent
terutama di pusat-pusat pelayanan pertumbuhan proses konversi cenderung
akan mengarah pada land rent yang lebih tinggi terlebih lagi dalam era
globalisasi dewasa ini kekuatan pasar cenderung semakin menguat seiring
dengan semakin menguatnya mekanisme pasar maka intensitas pemanfaatan
tanah semakin tinggi kondisi tersebut melahirkan konflik dan persaingan
pemanfaatan tanah juga cenderung semakin meningkat dalam konteks pasar
persaingan terhadap kebutuhan akan lahan untuk berbagai jenis penggunaan
ditentukan oleh besarnya sewa ekonomi lahan land rent pada umumnya
kegiatan yang memberikan land rent yang tertinggi biasanya akan
memenangkan kompetisi yang berlangsung tersebut pada hakekatnya suatu
bidang lahan sekurang-kurangnya mempunyai 4 empat jenis rent yaitu 1
ricardian rent yang menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan 2
locational rent yang menyangkut fungsi aksesibilitas lahan 3 ecological
rent yang menyangkut fungsi ekologis lahan dan 4 sosiological rent yang
menyangkut fungsi sosial lahan apabila pasar lahan dapat berjalan
sempurna maka harga lahan harus dapat mencerminkan jenis rent yang
melekat dalam lahan tersebut akan tetapi pada kenyataannya tidak ditemui
pasar lahan yang sempurna dimana pasar lahan yang paling sempurnapun
biasanya hanya mencakup ricardian rent dan locational rent sedangkan
jenis rent lainnya seperti lingkungan dan sosial-budaya umumnya tidak
terjangkau oleh mekanisme pasar lahan tersebut dengan demikian nilai
pasar lahan selalu lebih rendah dari nilai lahan yang sebenarnya shadow
price bagi masyarakat bahkan yang terjadi adalah setiap anggota
masyarakat dengan kekuasaan yang dimiliki terutama kapital berusaha
memiliki lahan dan memanfaatkannya bagi sebesar-besarnya untuk memenuhi
kebutuhannya yang terkadang lebih luas dan lebih besar apabila ditinjau
dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan apa yang hendak
dikemukakan disini adalah bahwa discount rate individu lebih besar
daripada discount rate masyarakat sehingga pada gilirannya dapat
mengancam keberlanjutan sustainability di dalam pengelolaan dan
pemanfaatan lahan bagi kesejahteraan masyarakat maupun lingkungan hidup
di masa-masa yang akan datang pada gilirannya kondisi tersebut akan
membuat pola perubahan penggunaan lahan pada masing-masing wilayah kota
akan berbeda tergantung pada arah dan laju pengembangan wilayahnya
semakin banyak penggunaan lahan yang mampu menawarkan land rent tinggi
maka pola konversinyapun akan semakin kompleks hal ini sering dijumpai
pada pusat-pusat pertumbuhan yang relatif baru berkembang di kawasan
perkotaan hal ini mengingat pusat pertumbuhan biasanya dicerminkan
sebagai pusat pelayanan perdagangan industri dan jasa terus ditumbuhi
oleh berbagai kegiatan yang page 9 of 14 semakin kompleks dan semakin
memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan atas dasar itu apabila
tidak dilakukan regulasi yang tepat dapatlah dikemukakan bahwa mekanisme
pasar gagal di dalam mengalokasikan lahan secara optimal ditinjau dari
titik pandang masyarakat secara keseluruhan kegagalan mekanisme pasar
tersebut sangat merugikan pembangunan yang sedang dilaksanakan di negara
berkembang termasuk indonesia terutama jika ditinjau dari perspektif
jangka panjang karena opportunitas penggunaan sumberdaya lahan relatif
sangat besar nasoetion rustiadi 1990 terutama perubahan tanah yang
bersifat irreversible fenomena menarik yang didapatkan bahwa kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah kota cenderung mengikuti mekanisme pasar
yang membiarkan lahan sawah terkonversi ke non-sawah dan ini banyak
terjadi di wilayah pinggiran kota urban fringe hal tersebut menunjukkan
bahwa di wilayah kota bandar lampung fenomena konversi lahan pertanian
yang terjadi relevan dengan hasil studi saefulhakim 1994 dimana pada
daerah-daerah yang produktivitas tanahnya cukup tinggi untuk tanaman
pangan areal perumahan berkembang sangat pesat tanah-tanah yang kurang
produktif kurang digemari bagi pengembangan perumahan kenyataan ini
menunjukkan adanya korelasi nyata antara suitabilitas tanah untuk
tanaman pangan dengan suitabilitas tanah untuk lokasi perumahan namun
karena posisi tawar penggunaan perumahan yang jauh lebih tinggi dari
penggunaan tanaman pangan penggunaan perumahan dapat dengan mudah
memenangkan arena kompetisi penggunaan tanah lebih jauh dikemukakan
bahwa aksesibilitas suatu daerah kabupaten pusat pertumbuhan terhadap
ibukota propinsi pusat pertumbuhan yang lebih besar berkorelasi nyata
positif dengan perkembangan perumahan di daerah kabupaten tersebut
selain itu dapat dijelaskan bahwa kuatnya pola perkembangan perumahan
yang cenderung linear mengikuti jalur prasarana perhubungan dengan
kedekatannya dengan jalur prasarana perhubungan biaya pergerakan antar
ruang bisa ditekan tingginya peran aksesibilitas lokasi terhadap pusat
pemerintahan dalam mendorong perkembangan perumahan dan built-up area
dapat dipandang sebagai indikasi kuatnya kolaborasi negara dan swasta
dalam menentukan dinamika tata ruang ekonomi wilayah 3 perubahan
penggunaan lahan dan tata ruang wilayah lahan sebagai unsur pembentuk
ruang dan merupakan salah satu resources yang cukup penting dalam
kegiatan pembangunan sesungguhnya merupakan kebutuhan pokok yang secara
langsung maupun tidak langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan
merupakan wadah bagi aktivitas kegiatan manusia oleh karena itu dalam
perkembangannya lahan memiliki sifat yang beragam dimensi baik itu
dimensi fisik ekonomi sosial-budaya politik maupun pertahanan keamanan
sehingga dengan demikian lahan memiliki peranan yang strategis bagi
pembangunan dan karena itu pula maka pengelolaannya harus dapat menjamin
terselenggaranya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan sustainability pesat dan beragamnya aktivitas kegiatan
perekonomian serta pertambahan jumlah penduduk sebagaimana telah
dianalisis pada bagian sebelumnya pada gilirannya akan membawa
konsekuensi dan pengaruh kepada beragamnya masalah yang dihadapi dan
berkaitan dengan penggunaan lahan kondisi yang demikian ini menuntut
adanya kesiapan pranata hukum pertanahan yang senantiasa luwes dan dapat
menampung serta memberikan solusi dan masalah- masalah yang terus kan
berkembang di masyarakat sesuai dengan dinamika perkembangan zaman oleh
karena itu dalam rangka mengatur dan menyelenggarakan peruntukan
persediaan page 11 of 14 oleh karenanya dapat dikemukakan bahwa
penyediaan fasilitas pelayanan dalam aspek tata ruang kualitas dan
jumlahnya berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
selalu membutuhkan ketersediaan ruang sehingga dapat diidentifikasi
bahwa peningkatan kesejahteranan masyarakat ini ditentukan oleh derajad
penyediaan fasilitas pelayanan yang tersedia ketersediaan fasilitas
pelayanan pada gilirannya juga akan mendorong aktivitas ekonomi yang
makin maju sebagaimana dikemukakan oleh hanafiah 1985 bahwa sistem
pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan
wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam
masyarakat yaitu menurut suatu hirarkhi yang akan menciptakan suatu
struktur dan organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia yang pada
gilirannya akan berdampak pada pengembangan potensi perekonomian yang
dimiliki oleh daerah yang bersangkutan yang kesemuanya itu membutuhkan
lahan ruang sehingga menjadi mudah dipahami jika struktur tata ruang
ada di suatu wilayah sesungguhnya merupakan manifestasi dari alokasi
pemanfaatan sumberdaya yang akan berimplikasi pada keragaan perekonomian
wilayah dan kesejahteraan masyarakat sebab pengembangan yang tidak
memperhatikan karakteristik wilayah secara seksama baik di kawasan
budidaya maupun non-budidaya cenderung akan menimbulkan dampak yang
tidak diharapkan yang akan mempengaruhi pada sustainability
keberlanjutan pembangunan wilayah itu sendiri khususnya yang berkaitan
dengan ekosistem lingkungan hal tersebut antara lain tercermin dari
adanya fenomena perusakan hutan pencemaran dan pendangkalan das konversi
sawah beririgasi teknis abrasi air laut maupun terganggunya
hidro-orologis kondisi demikian antara lain dapat ditelusuri dari adanya
aktivitas perekonomian baru yang tidak atau kurang berkaitan dengan
kegiatan yang sudah ada sebelumnya dengan demikian akan menimbulkan
kesan kegiatan perekonomian yang terjadi berjalan sendiri-sendiri bahkan
tidak jarang kegiatan yang lebih menjanjikan secara sepintas akan
menekan kegiatan yang lebih inferior kondisi tersebut apabila tidak
dicermati secara lebih dini diduga akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang dengan demikian
strategi pembangunan yang selama ini berlangsung nampaknya masih
bersifat terlalu bias terhadap perkotaan dan pengembangan industri serta
kurang memperhatikan keterkaitannya secara konstruktif dengan
pengembangan perdesaan dan pertanian bisa berakibat pada apa yang
disebut dengan fenomena ‘disintegrasi wilayah‘ sunsun et al 1995 dari
aspek ekonomi strategi sedemikian memamng lebih dapat menjamin
pertumbuhan yang pesat akan tetapi karena kesejalanannya dengan
perbaikan tingkat pemerataan kurang terkait lebih- lebih sebagian
terbesar penduduk kita masih bergerak di sektor pertanian pengguna tanah
untuk mempertahankan stabilitas dan sustainabilitas dari pertumbuhan
ekonomi tersebut akan menuntut upaya yang sangat keras dari segi fisik
lingkungan fenomena disintegrasi wilayah ini bisa berdampak pada
peningkatan permasalahan-permasalahan lingkungan seperti terganggunya
sistem hidroorologis yang sangat vital peranannya dalam hampir semua
sektor kehidupan kondisi yang demikian dapat terjadi antara lain
disebabkan kurang efektifnya mekanisme kerja tim koordinasi penataan
ruang daerah tkprd dalam memonitor implementasi penataan ruang yang
telah disusun selain daripada itu tidak dipungkiri persoalan yang
menyangkut penggunaan dan pemanfaatan lahan dari berbagai instansi yang
ada relatif lemah tingkat koordinasinya belum lagi ditambah oleh adanya
kooptasi secara liar yang dilakukan oleh pelaku ekonomi terhadap kawasan
non-budidaya hal ini sudah barang tentu menimbulkan page 12 of 14
inefisiensi aktivitas perekonomian wilayah sedangkan di wilayah
perkotaan banyak diduga dijumpai lahan absentia gontai yang sering
dikonotasikan sebagai lahan tidur kondisi ini menjadikan pemanfaatan
lahan menjadi tidak optimal karena pemiliknya diduga lebih banyak untuk
menangkap rent dengan menganggap lahan layaknya komoditi ekonomi yang
dapat diperjualbelikan tanpa memperhatikan karakteristik yang melekat di
dalamnya fenomena tersebut antara lain telah menimbulkan lahan di
wilayah perkotaan seakan-akan mempunyai nilai kelangkaan scarcity yang
sangat tinggi sebagaimana yang dikemukakan oleh anwar 1994 kelangkaan
lahan di suatu wilayah juga berkait dengan kendala-kendala institusional
artinya sumberdaya lahan dapat saja tersedia akan tetapi sistem
kelembagaan yang menyangkut hak-hak property right atas lahan yang
berlaku dapat menjadi kendala dalam pemanfaatannya selain daripada itu
munculnya lahan gontai ini juga merupakan disinsentif dari kebijakan
tata ruang wilayah artinya dari adanya kebijakan tersebut telah
melahirkan fenomena rent seeking bukan saja dilakukan oleh aparat
birokrasi akan tetapi perilaku tersebut juga dilakukan oleh pelaku
ekonomi lainnya baik produsen pengusaha maupun konsumen individu yang
memanfaatkan power serta akses informasi dan modal yang dimiliki dengan
berperan sebagai spekulan tanah iv simpulan 1 kesimpulan berdasarkan
uraian dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut 1 perubahan penggunaan lahan di kota bandar lampung terjadi
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah kota yang
mencerminkan laju pola dan dampak yang beragam pada masing-masing bagian
wilayah kota 2 faktor pertumbuhan ekonomi pertambahan penduduk dan
preferensi masyarakat yang merupakan refleksi dari variabel modal
informasi dan aksesibilitas merupakan faktor pemicu terjadinya perubahan
penggunaan lahan yang tercermin pada perubahan pola pemanfaatan ruang
wilayah kota 3 selama hampir satu dekade pertumbuhan ekonomi kota bandar
lampung ditopang oleh sektor perekonomian di luar sektor pertanian dan
sektor pertambangan penggalian sedangkan dalam jangka panjang
competitiveness pertumbuhan ekonomi kota didukung oleh sektor pertanian
industri pengolahan non-migas dan sektor keuangan persewaan jasa
perusahaan 2 saran dan implikasi kebijakan diperlukan berbagai insentif
dan dis- insentif kebijakan dalam pengendalian perubahan penggunaan
lahan mengingat adanya opportunity cost yang dimiliki sumberdaya lahan
baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi selain itu dalam upaya
mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dibutuhkan perluasan
akses masyarakat dalam penentuan alokasi pemanfaatan lahan dan
penyediaan ruang publik yang semakin luas dan berkualitas sebagai bentuk
layanan yang diberikan oleh pemerintah kota kepada warga masyarakat
pada saat yang bersamaan pemerintah kota secara sungguh-sungguh
melakukan upaya konsolidasi lahan dan pembentukan bank tanah land
banking dalam upaya mengantisipasi perkembangan ekonomi dalam era
globalisasi dan pasar bebas page 13 of 14 daftar pustaka anwar affendi
1994a proses pembentukan sistem kota-kota dan analisis ekonomi kawasan
perkotaan pengantar mata kuliah analisis sistem urban dan regional
ps-pwd program pascasarjana ipb bogor anwar affendi 1994b ekonomi
sumberdaya lahan bahan kuliah ekonomi sumberdaya alam ps-pwd program
pascasarjana ipb bogor blakely edward j 1994 planning local economic
development theory and practice second edition sage publication
california barlowe r 1987 land resources economics prentice hall inc
englewood clift new jersey bern td 1977 the assessement of land use
impact p.109-116 dalam mac evoy and dietz hand book for environment
change john walley and son new york bps 2002 kota bandar lampung dalam
angka 2001 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps bps 2009
kota bandar lampung dalam angka 2008 kerjasama bappeda kota bandar
lampung dengan bps bps 2002 propinsi lampung dalam angka 2001 kerjasama
bappeda kota bandar lampung dengan bps bps 2009 propinsi lampung dalam
angka 2008 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps hanafiah t
1985 kutub dan pusat pertumbuhan dalam pembangunan wilayah pusat
pengembangan wilayah pedesaan-lembaga pengabdian pada masyarakat ipb
bogor saefulhakim sunsun 1994 a land availability mapping model for
sustainable land use management ph.d disertation kyoto university japan
saefulhakim sunsun 1996 efektivitas kelembagaan pengendalian alih guna
tanah laboratorium perencanaan pengembangan sumberdaya lahan
No comments:
Post a Comment