Monday 12 October 2015

Perubahan Penggunaan Lahan





 keyword :
 pendahuluan fenomena kebutuhan terhadap lahan cenderung terus meningkat yang merupakan resultan dari perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk pada gilirannya hal tersebut akan melahirkan gejala persaingan penggunaan lahan yang sesungguhnya merupakan manifestasi dari berlakunya hukum permintaan demand dan penawaran supply hal tersebut dapat dipahami mengingat lahan merupakan sumberdaya alam yang amat penting hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan seiring dengan terjadinya pertumbuhan wilayah --termasuk di dalamnya pertumbuhan kota-- kebutuhan demand akan sumberdaya lahan cenderung meningkat sementara itu dilihat dari ketersediaannya dalam arti luasan lahan dalam batas administratif bersifat terbatas in-elastic oleh karena itu dengan terjadinya perubahan struktur ekonomi yang ditandai oleh perkembangan sektor industri meningkatnya aktivitas dan ragam spesialisasi di luar bidang pertanian serta pertambahan jumlah penduduk yang antara lain disebabkan oleh adanya urbanisasi diduga akan mengakibatkan tekanan-tekanan terhadap lahan pertanian dan memicu terjadinya pergeseran pola seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat penggunaan lahan terlebih- lebih di wilayah perkotaan dan sekitarnya kondisi tersebut pada gilirannya mengakibatkan peranan sektor pertanian yang semula mendominasi perekonomian wilayah telah bergeser ke sektor industri sehingga permintaan lahan meningkat anwar 1994 hal tersebut pada gilirannya akan berimplikasi pada struktur tata ruang wilayah mengingat struktur tata ruang merupakan manifestasi dari alokasi pemanfaatan sumberdaya yang akan berimplikasi pada keragaan perekonomian wilayah dan kesejahteraan masyarakat penggunaan lahan yang oleh sandy 1995 dimaknai sebagai dampak dari segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh keadaan alam fisik lingkungan serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu wilayah sementara itu barlowe 1978 mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor- faktor fisik-biologis faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi kelembagaan penggunaan lahan juga ditentukan oleh keadaan topografi relief dan ketinggian aksesibilitas kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat sandy 1995 adapun faktor- faktor yang mempengaruhi arah perkembangan dan laju penggunaan lahan pertanian di page 2 of 14 perkotaan dan wilayah sekitarnya antara lain indeks aksesibilitas faktor sosial faktor lingkungan fisik dan kebijakan infrastruktur owen 1978 sementara itu bern 1977 mengemukakan bahwa perubahan penggunaan lahan adalah akibat dari jumlah dan komposisi penduduk secara berkala ataupun permanen pengaruh yang lain ialah terhadap ekonomi lahan seperti harga sewa dan pasar lahan berdasarkan penjelasan diatas oleh karenanya dapat dipahami jika penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah cenderung bersifat dinamis sebab perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya tindakan dan interaksi manusia dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam beserta kondisi lingkungan yang menyertainya fenomena tersebut pada gilirannya akan berakibat pada perubahan mutu lingkungan hidup dan peningkatan nilai lahan peningkatan nilai lahan tersebut apabila dikaitkan dengan wilayah urban perkotaan akan lebih banyak berhubungan dengan letak kestrategisannya faktor lokasi sedangkan untuk wilayah perdesaan rural peningkatan nilai lahan tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor kesuburan kualitas lahan lebih jauh oleh saefulhakim 1994 penggunaan lahan juga merupakan refleksi struktur perekonomian dan preferensi masyarakat karena struktur perekonomian dan preferensi masyarakat ini bersifat dinamis yang orientasinya selalu berubah setiap saat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan dinamika pembangunan maka struktur penggunaan lahanpun bersifat dinamis dan dengan demikian perubahan pola penggunaan lahan tidak dapat terhindarkan bahkan dalam kerangka yang lebih luas fenomena pemanfaatan lahan maupun alih guna lahan akan memberikan implikasi yang cukup luas terhadap keragaan perekonomian wilayah alokasi sumberdaya dan tenaga kerja serta struktur tata ruang wilayah persaingan penggunaan lahan dalam mekanisme pasar persaingan sempurna ditentukan oleh land rent nilai ekonomi lahan yang ditawarkan penggunaan lahan yang menawarkan land rent tinggi cenderung akan memenangkan persaingan tersebut penilaian melalui land rent cenderung hanya melihat nilai seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat lahan dari sudut kualitas dan lokasi lahan dari pusat pasar kedua komponen tersebut dalam kenyataannya mudah dihitung dan dilihat secara realistis dibandingkan dengan komponen lain yang mempengaruhi nilai lahan seperti sosial politik lingkungan estetika yang merupakan komponen yang tidak terukur dengan sifat yang tidak terukur inilah menyebabkan lahan yang memiliki nilai sosial politik lingkungan dan estetika tinggi kalah –atau bahkan dikalahkan—dalam persaingan penggunaan lahan fenomena ini page 3 of 14 secara empiris sering terjadi terutama di wilayah perkotaan kota bandar lampung sebagai ibukota propinsi lampung mengalami laju perkembangan wilayah yang relatif pesat dan karenanya merupakan wilayah yang strategis hal tersebut antara lain dikarenakan kedudukannya sebagai pusat kegiatan wilayah pkw dalam rencana tata ruang wilayah nasional selain itu bandar lampung juga merupakan wilayah kota transit bagi pemakai jasa perhubungan antar pulau yaitu pulau jawa dan sumatera bahkan wilayah ini juga merupakan pusat pelayanan jasa distribusi serta ―hinterland‖ bagi wilayah sekitarnya seperti sumatera bagian selatan banten maupun dki dengan demikian intensitas arus pergerakan orang tenaga kerja barang dan jasa di wilayah ini cukup tinggi fenomena tersebut pada gilirannya telah menjadikan wilayah ini telah berkembang dengan pesat yang antara lain ditandai oleh perkembangan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi serta pengembangan aksesibilitas yang semakin meningkat dengan demikian menjadi mudah dipahami jika penggunaan lahan cenderung bersifat dinamis bukan saja karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan dan penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah akan tetapi terjadinya perubahan penggunaan lahan tersebut membawa implikasi yang signifikan terhadap keragaan perekonomian alokasi sumberdaya dan tenaga kerja maupun struktur tata ruang pada wilayah yang bersangkutan dalam kerangka pemikiran seperti itulah studi dan penelitian ini dilakukan ii metode penelitian studi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif lihat is ingarimbun effendi 1981 yang didukung dengan analisis kuantitatif fokus utamanya adalah dinamika penggunaan lahan di wilayah perkotaan data penelitian dihimpun melalui metode dokumentasi terhadap data sekunder dokumen secara time series pada 2 dua titik tahun yang berbeda t0 dan t1 yang bersumber dari berbagai publikasi resmi yang dikeluarkan oleh dinas instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian ini.model analisis yang akan digunakan untuk mengkaji dinamika perubahan penggunaan lahan digunakan model analisis kuantitatif location quotient lq dan shift-share analysis ssa lihat blakelly 1994 dalam penelitian ini metode lq digunakan untuk membandingkan luasan penggunaan lahan untuk aktivitas tertentu dengan luasan penggunaan secara keseluruhan agregat .sedangkan page 4 of 14 ssa merupakan salah satu cara atau tehnik yang dapat memberikan gambaran tentang sebab terjadinya perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada suatu wilayah iii hasil dan pembahasan 1 perubahan penggunaan lahan penggunaan lahan sesungguhnya merupakan upaya manusia dalam interaksinya dengan sumberdaya fisik lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini selama satu dekade di wilayah kota bandar lampung telah terjadi perubahan struktur penggunaan lahan data yang dihimpun bersumber dari biro pusat statistik dan badan pertanahan nasional propinsi lampung perubahan struktur penggunaan lahan bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan tertentu dan meningkatnya penggunaan lahan untuk penggunaan lainnya melainkan mempunyai kaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi sosial budaya dan politik masyarakat nasution dan winoto 1995 perubahan orientasi tersebut berkait dengan terjadinya proses transformasi struktur perekonomian yang dicirikan semakin menurunnya pangsa relatif sektor primer pertanian dan pertambangan dan semakin meningkatnya pangsa relatif sektor sekunder dan tersier industri dan jasa dengan demikian pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengurangi ketergantungan perekonomian suatu wilayah terhadap sektor primer yang mempunyai nilai tambah value added yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier tabel 1 penggunaan lahan di kota bandar lampung pada tahun 1999 dan 2010 dalam hektar no penggunaan lahan tahun 1999 tahun 2010 perub 1 perkampungan 4392.44 6325.19 44 2 pertanian 11727.21 10448.44 -10.9 3 hutan 784.1 532.62 -32.07 4 rawa 9.75 5.5 -43.58 5 perusahaan 406.3 312.76 -23.02 6 industri 253.3 488.93 93.02 7 jasa-jasa 367.85 438.2 19.12 8 lainnya 1231.58 1150.64 -6.57 9 tanah kosong tidak digunakan 46.02 19.72 -57.14 total 100 100 sumber data penelitian 2012 page 5 of 14 dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa selama lebih dari satu dekade di bandar lampung telah terjadi perubahan struktur penggunaan lahan lahan yang cenderung mengalami pengurangan penciutan terbesar adalah penggunaan untuk rawa-rawa hutan dan perusahaan serta lahan kosong yang tidak digunakan. sedangkan penggunaan lainnya cenderung mengalami perluasan pertambahan terutama untuk penggunaan bagi perkampungan permukiman industri dan jasa-jasa fenomena terjadinya perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah dapat ditelusuri dari teori land use teori land use menjelaskan bahwasanya kualitas lahan yang tinggi secara alamiah akan menjadi titik awal pertumbuhan aktivitas manusia tahap selanjutnya dengan adanya perubahan struktur permintaan dan didorong oleh fenomena spatial external economies of agglomeration maka pemusatan aktivitas perekonomian akan terjadi pada daerah yang kualitas lahannya tinggi saefulhakim 1994 selain daripada itu kondisi obyekt if wilayah kota bandar lampung yang didukung oleh keterbukaan wilayah yang ditandai oleh tingginya aksesibilitas kondisi tersebut akan berimplikasi pada kemudahan penduduk tenaga kerja untuk bermobilisasi dalam ruang guna melakukan aktivitas perekonomian kegiatan perekonomian sendiri berkaitan erat dengan lahan lahan dalam kerangka ini berlaku sebagai barang produksi maupun konsumsi dengan berkembangnya kegiatan perekonomian di dalam ruang space sudah barang tentu pemilihan lokasi yang strategis baik untuk dikonsumsi maupun berproduksi merupakan hal yang penting kondisi demikian ini pada gilirannya akan menimbulkan semakin kompleksnya persaingan konflik penggunaan lahan di wilayah yang bersangkutan faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penggunaan lahan diantaranya jenis bahan induk yang menentukan tingkat kesuburan lahan yang selanjutnya menentukan pola penggunaan lahan dan konsentrasi penduduk faktor lereng dan ketinggian tempat juga mempunyai peran yang penting selain itu yang erat hubungannya dengan bahan induk dan lereng adalah adalah kedalaman tanah solum disamping itu penggunaan lahan juga akan dipengaruhi oleh aksesibilitas jumlah dan penyebaran penduduk tingkat pendidikan tenaga kerja dan derajad perekonomian masyarakat sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa teori land use nampaknya cukup mampu untuk menjelaskan terjadinya fenomena perubahan penggunaan lahan di lokasi penelitian sungguhpun demikian faktor kelembagaan yang dicirikan oleh kebijakan pertanahan yang berlaku serta sosial politik diduga juga ikut mempengaruhi perubahan penggunaan lahan salah satunya adalah rencana tata ruang wilayah baik yang bersifat makro maupun parsial seperti rencana struktur tata ruang atau rencana tata ruang wilayah rencana detail tata ruang maupun rencana tehnis tata ruang kelembagaan tata ruang ini pada gilirannya telah mampu memberikan insentif maupun disinsentif bagi terjadinya perubahan penggunaan lahan sebagai insentif dapat dikemukakan bahwa dengan disusunnya rencana tata ruang wilayah dapat mengorganisasikan aktivitas kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan lahan dengan mempertimbangkan penyebaran fasilitas serta utilitas dalam suatu wilayah secara fungsional hal tersebut dapat dilihat di beberapa pusat pertumbuhan atau kota- kota yang tersebar di seluruh wilayah propinsi sedangkan penataan ruang juga menimbulkan dis-insentif bagi perubahan penggunaan lahan hal tersebut dapat diamati dengan munculnya ‘spekulan tanah‘ dan diketemukannya fenomena rent seeking pada beberapa oknum aparat page 7 of 14 sumber bps data diolah tabel diatas memperlihatkan bahwa selama hampir satu dekade perekonomian kota bandar lampung telah tumbuh rata-rata 7 pertahun sedangkan laju pertumbuhan masing- masing sektor menunjukkan bahwa sektor keuangan persewaan dan jasa perysahaan memiliki laju pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar 36.34 pertahun sedangkan laju pertumbuhan paling kecil terdapat pada sektor listrik dan air bersih yang besarnya 0.49 pertahuan selama hampir satu dekade secara kompetitif sektor perekonomian penyumbang pertumbuhan wilayah juga dapat diketahui pada tabel berikut ini tabel 3 nilai lq dan shift-share sektor perekonomian di kota bandar lampung tahun 2000 dan 2008 sumber data penelitian 2012 tabel diatas menunjukkan bahwa untuk nilai lq yang mencerminkan keunggulan komparatif selama hampir satu dekade tidak ada perubahan yang signifikan artinya bahwa sektor perekonomian di kota bandar lampung di luar sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian semuanya memiliki keunggulan komparatif baik pada tahun 2000 maupun 2008 sedangkan untuk nilai differential shift yang mencerminkan keuanggulan kompetitif terlihat bahwa perekonomian di kota ini dalam jangka panjang memiliki keunggulan di sektor pertanian industri pengolahan non-migas dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan secara relatif dibandingkan dengan daerah lain dalam skala regional atau propinsi atas dasar hal tersebut menjadi mudah dipahami jika pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas pembangunan dan perekonomian akan mengakibatkan permintaan terhadap lahan semakin meningkat luasan lahan yang relatif tetap di satu pihak dan permintaan lahan yang terus meningkat di pihak lain menyebabkan alih guna lahan di suatu wilayah tidak terelakkan oleh karenanya makin tinggi tingkat pertumbuhan wilayah menuntut alokasi penggunaan lahan yang semakin berhasil guna dan berdaya guna tingginya tingkat pertumbuhan wilayah yang dapat dicirikan dari makin lengkap dan beragamnya ketersediaan sarana prasarana pelayanan dan atau jumlah penduduk menyebabkan makin pentingnya fungsi lahan kondisi tersebut mengakibatkan lahan-lahan yang kurang produktif bersifat ekstensif dialihkan menjadi lahan-lahan yang lebih produktif intensif seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah maka perubahan penggunaan lahan merupakan proses yang mempunyai laju pola dan dampak laju perubahan penggunaan lahan sebagai besaran skala akan dipengaruhi oleh perubahan kecepatan dan dimensi waktu dimensi waktu disini diartikan sebagai perkembangan atau pertumbuhan wilayah artinya wilayah akan berkembang seiring dengan waktu dengan asumsi bahwa komponen perkembangan wilayah berkembang sejalan dengan perkembangan wilayah dengan perkembangan wilayah --terutama di pusat-pusat pelayanan-- diduga akan menjadi faktor potensial yang mempengaruhi kecepatan perubahan penggunaan lahan selama kurun waktu tertentu.pengembangan yang tidak memperhatikan karakteristik wilayah secara seksama baik di page 8 of 14 kawasan budidaya maupun non-budidaya cenderung akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan yang akan mempengaruhi pada sustainability keberlanjutan pembangunan wilayah itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan ekosistem lingkungan hal tersebut antara lain tercermin dari adanya fenomena pencemaran dan pendangkalan das konversi lahan sawah abrasi air laut maupun terganggunya hidro-orologis kondisi demikian antara lain dapat ditelusuri dari adanya aktivitas perekonomian baru yang tidak atau kurang berkaitan dengan kegiatan yang sudah ada sebelumnya dengan demikian akan menimbulkan kesan kegiatan perekonomian yang terjadi berjalan sendiri-sendiri bahkan tidak jarang kegiatan yang lebih menjanjikan secara sepintas akan menekan kegiatan yang lebih inferior kondisi tersebut apabila tidak dicermati secara lebih dini diduga akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang proses perubahan penggunaan lahan selain ditentukan oleh perkembangan atau pertumbuhan wilayah juga sangat ditentukan oleh nilai land-rent terutama di pusat-pusat pelayanan pertumbuhan proses konversi cenderung akan mengarah pada land rent yang lebih tinggi terlebih lagi dalam era globalisasi dewasa ini kekuatan pasar cenderung semakin menguat seiring dengan semakin menguatnya mekanisme pasar maka intensitas pemanfaatan tanah semakin tinggi kondisi tersebut melahirkan konflik dan persaingan pemanfaatan tanah juga cenderung semakin meningkat dalam konteks pasar persaingan terhadap kebutuhan akan lahan untuk berbagai jenis penggunaan ditentukan oleh besarnya sewa ekonomi lahan land rent pada umumnya kegiatan yang memberikan land rent yang tertinggi biasanya akan memenangkan kompetisi yang berlangsung tersebut pada hakekatnya suatu bidang lahan sekurang-kurangnya mempunyai 4 empat jenis rent yaitu 1 ricardian rent yang menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan 2 locational rent yang menyangkut fungsi aksesibilitas lahan 3 ecological rent yang menyangkut fungsi ekologis lahan dan 4 sosiological rent yang menyangkut fungsi sosial lahan apabila pasar lahan dapat berjalan sempurna maka harga lahan harus dapat mencerminkan jenis rent yang melekat dalam lahan tersebut akan tetapi pada kenyataannya tidak ditemui pasar lahan yang sempurna dimana pasar lahan yang paling sempurnapun biasanya hanya mencakup ricardian rent dan locational rent sedangkan jenis rent lainnya seperti lingkungan dan sosial-budaya umumnya tidak terjangkau oleh mekanisme pasar lahan tersebut dengan demikian nilai pasar lahan selalu lebih rendah dari nilai lahan yang sebenarnya shadow price bagi masyarakat bahkan yang terjadi adalah setiap anggota masyarakat dengan kekuasaan yang dimiliki terutama kapital berusaha memiliki lahan dan memanfaatkannya bagi sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhannya yang terkadang lebih luas dan lebih besar apabila ditinjau dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan apa yang hendak dikemukakan disini adalah bahwa discount rate individu lebih besar daripada discount rate masyarakat sehingga pada gilirannya dapat mengancam keberlanjutan sustainability di dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan bagi kesejahteraan masyarakat maupun lingkungan hidup di masa-masa yang akan datang pada gilirannya kondisi tersebut akan membuat pola perubahan penggunaan lahan pada masing-masing wilayah kota akan berbeda tergantung pada arah dan laju pengembangan wilayahnya semakin banyak penggunaan lahan yang mampu menawarkan land rent tinggi maka pola konversinyapun akan semakin kompleks hal ini sering dijumpai pada pusat-pusat pertumbuhan yang relatif baru berkembang di kawasan perkotaan hal ini mengingat pusat pertumbuhan biasanya dicerminkan sebagai pusat pelayanan perdagangan industri dan jasa terus ditumbuhi oleh berbagai kegiatan yang page 9 of 14 semakin kompleks dan semakin memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan atas dasar itu apabila tidak dilakukan regulasi yang tepat dapatlah dikemukakan bahwa mekanisme pasar gagal di dalam mengalokasikan lahan secara optimal ditinjau dari titik pandang masyarakat secara keseluruhan kegagalan mekanisme pasar tersebut sangat merugikan pembangunan yang sedang dilaksanakan di negara berkembang termasuk indonesia terutama jika ditinjau dari perspektif jangka panjang karena opportunitas penggunaan sumberdaya lahan relatif sangat besar nasoetion rustiadi 1990 terutama perubahan tanah yang bersifat irreversible fenomena menarik yang didapatkan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kota cenderung mengikuti mekanisme pasar yang membiarkan lahan sawah terkonversi ke non-sawah dan ini banyak terjadi di wilayah pinggiran kota urban fringe hal tersebut menunjukkan bahwa di wilayah kota bandar lampung fenomena konversi lahan pertanian yang terjadi relevan dengan hasil studi saefulhakim 1994 dimana pada daerah-daerah yang produktivitas tanahnya cukup tinggi untuk tanaman pangan areal perumahan berkembang sangat pesat tanah-tanah yang kurang produktif kurang digemari bagi pengembangan perumahan kenyataan ini menunjukkan adanya korelasi nyata antara suitabilitas tanah untuk tanaman pangan dengan suitabilitas tanah untuk lokasi perumahan namun karena posisi tawar penggunaan perumahan yang jauh lebih tinggi dari penggunaan tanaman pangan penggunaan perumahan dapat dengan mudah memenangkan arena kompetisi penggunaan tanah lebih jauh dikemukakan bahwa aksesibilitas suatu daerah kabupaten pusat pertumbuhan terhadap ibukota propinsi pusat pertumbuhan yang lebih besar berkorelasi nyata positif dengan perkembangan perumahan di daerah kabupaten tersebut selain itu dapat dijelaskan bahwa kuatnya pola perkembangan perumahan yang cenderung linear mengikuti jalur prasarana perhubungan dengan kedekatannya dengan jalur prasarana perhubungan biaya pergerakan antar ruang bisa ditekan tingginya peran aksesibilitas lokasi terhadap pusat pemerintahan dalam mendorong perkembangan perumahan dan built-up area dapat dipandang sebagai indikasi kuatnya kolaborasi negara dan swasta dalam menentukan dinamika tata ruang ekonomi wilayah 3 perubahan penggunaan lahan dan tata ruang wilayah lahan sebagai unsur pembentuk ruang dan merupakan salah satu resources yang cukup penting dalam kegiatan pembangunan sesungguhnya merupakan kebutuhan pokok yang secara langsung maupun tidak langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan merupakan wadah bagi aktivitas kegiatan manusia oleh karena itu dalam perkembangannya lahan memiliki sifat yang beragam dimensi baik itu dimensi fisik ekonomi sosial-budaya politik maupun pertahanan keamanan sehingga dengan demikian lahan memiliki peranan yang strategis bagi pembangunan dan karena itu pula maka pengelolaannya harus dapat menjamin terselenggaranya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sustainability pesat dan beragamnya aktivitas kegiatan perekonomian serta pertambahan jumlah penduduk sebagaimana telah dianalisis pada bagian sebelumnya pada gilirannya akan membawa konsekuensi dan pengaruh kepada beragamnya masalah yang dihadapi dan berkaitan dengan penggunaan lahan kondisi yang demikian ini menuntut adanya kesiapan pranata hukum pertanahan yang senantiasa luwes dan dapat menampung serta memberikan solusi dan masalah- masalah yang terus kan berkembang di masyarakat sesuai dengan dinamika perkembangan zaman oleh karena itu dalam rangka mengatur dan menyelenggarakan peruntukan persediaan page 11 of 14 oleh karenanya dapat dikemukakan bahwa penyediaan fasilitas pelayanan dalam aspek tata ruang kualitas dan jumlahnya berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan selalu membutuhkan ketersediaan ruang sehingga dapat diidentifikasi bahwa peningkatan kesejahteranan masyarakat ini ditentukan oleh derajad penyediaan fasilitas pelayanan yang tersedia ketersediaan fasilitas pelayanan pada gilirannya juga akan mendorong aktivitas ekonomi yang makin maju sebagaimana dikemukakan oleh hanafiah 1985 bahwa sistem pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat yaitu menurut suatu hirarkhi yang akan menciptakan suatu struktur dan organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia yang pada gilirannya akan berdampak pada pengembangan potensi perekonomian yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan yang kesemuanya itu membutuhkan lahan ruang sehingga menjadi mudah dipahami jika struktur tata ruang ada di suatu wilayah sesungguhnya merupakan manifestasi dari alokasi pemanfaatan sumberdaya yang akan berimplikasi pada keragaan perekonomian wilayah dan kesejahteraan masyarakat sebab pengembangan yang tidak memperhatikan karakteristik wilayah secara seksama baik di kawasan budidaya maupun non-budidaya cenderung akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan yang akan mempengaruhi pada sustainability keberlanjutan pembangunan wilayah itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan ekosistem lingkungan hal tersebut antara lain tercermin dari adanya fenomena perusakan hutan pencemaran dan pendangkalan das konversi sawah beririgasi teknis abrasi air laut maupun terganggunya hidro-orologis kondisi demikian antara lain dapat ditelusuri dari adanya aktivitas perekonomian baru yang tidak atau kurang berkaitan dengan kegiatan yang sudah ada sebelumnya dengan demikian akan menimbulkan kesan kegiatan perekonomian yang terjadi berjalan sendiri-sendiri bahkan tidak jarang kegiatan yang lebih menjanjikan secara sepintas akan menekan kegiatan yang lebih inferior kondisi tersebut apabila tidak dicermati secara lebih dini diduga akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang dengan demikian strategi pembangunan yang selama ini berlangsung nampaknya masih bersifat terlalu bias terhadap perkotaan dan pengembangan industri serta kurang memperhatikan keterkaitannya secara konstruktif dengan pengembangan perdesaan dan pertanian bisa berakibat pada apa yang disebut dengan fenomena ‘disintegrasi wilayah‘ sunsun et al 1995 dari aspek ekonomi strategi sedemikian memamng lebih dapat menjamin pertumbuhan yang pesat akan tetapi karena kesejalanannya dengan perbaikan tingkat pemerataan kurang terkait lebih- lebih sebagian terbesar penduduk kita masih bergerak di sektor pertanian pengguna tanah untuk mempertahankan stabilitas dan sustainabilitas dari pertumbuhan ekonomi tersebut akan menuntut upaya yang sangat keras dari segi fisik lingkungan fenomena disintegrasi wilayah ini bisa berdampak pada peningkatan permasalahan-permasalahan lingkungan seperti terganggunya sistem hidroorologis yang sangat vital peranannya dalam hampir semua sektor kehidupan kondisi yang demikian dapat terjadi antara lain disebabkan kurang efektifnya mekanisme kerja tim koordinasi penataan ruang daerah tkprd dalam memonitor implementasi penataan ruang yang telah disusun selain daripada itu tidak dipungkiri persoalan yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatan lahan dari berbagai instansi yang ada relatif lemah tingkat koordinasinya belum lagi ditambah oleh adanya kooptasi secara liar yang dilakukan oleh pelaku ekonomi terhadap kawasan non-budidaya hal ini sudah barang tentu menimbulkan page 12 of 14 inefisiensi aktivitas perekonomian wilayah sedangkan di wilayah perkotaan banyak diduga dijumpai lahan absentia gontai yang sering dikonotasikan sebagai lahan tidur kondisi ini menjadikan pemanfaatan lahan menjadi tidak optimal karena pemiliknya diduga lebih banyak untuk menangkap rent dengan menganggap lahan layaknya komoditi ekonomi yang dapat diperjualbelikan tanpa memperhatikan karakteristik yang melekat di dalamnya fenomena tersebut antara lain telah menimbulkan lahan di wilayah perkotaan seakan-akan mempunyai nilai kelangkaan scarcity yang sangat tinggi sebagaimana yang dikemukakan oleh anwar 1994 kelangkaan lahan di suatu wilayah juga berkait dengan kendala-kendala institusional artinya sumberdaya lahan dapat saja tersedia akan tetapi sistem kelembagaan yang menyangkut hak-hak property right atas lahan yang berlaku dapat menjadi kendala dalam pemanfaatannya selain daripada itu munculnya lahan gontai ini juga merupakan disinsentif dari kebijakan tata ruang wilayah artinya dari adanya kebijakan tersebut telah melahirkan fenomena rent seeking bukan saja dilakukan oleh aparat birokrasi akan tetapi perilaku tersebut juga dilakukan oleh pelaku ekonomi lainnya baik produsen pengusaha maupun konsumen individu yang memanfaatkan power serta akses informasi dan modal yang dimiliki dengan berperan sebagai spekulan tanah iv simpulan 1 kesimpulan berdasarkan uraian dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut 1 perubahan penggunaan lahan di kota bandar lampung terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah kota yang mencerminkan laju pola dan dampak yang beragam pada masing-masing bagian wilayah kota 2 faktor pertumbuhan ekonomi pertambahan penduduk dan preferensi masyarakat yang merupakan refleksi dari variabel modal informasi dan aksesibilitas merupakan faktor pemicu terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tercermin pada perubahan pola pemanfaatan ruang wilayah kota 3 selama hampir satu dekade pertumbuhan ekonomi kota bandar lampung ditopang oleh sektor perekonomian di luar sektor pertanian dan sektor pertambangan penggalian sedangkan dalam jangka panjang competitiveness pertumbuhan ekonomi kota didukung oleh sektor pertanian industri pengolahan non-migas dan sektor keuangan persewaan jasa perusahaan 2 saran dan implikasi kebijakan diperlukan berbagai insentif dan dis- insentif kebijakan dalam pengendalian perubahan penggunaan lahan mengingat adanya opportunity cost yang dimiliki sumberdaya lahan baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi selain itu dalam upaya mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dibutuhkan perluasan akses masyarakat dalam penentuan alokasi pemanfaatan lahan dan penyediaan ruang publik yang semakin luas dan berkualitas sebagai bentuk layanan yang diberikan oleh pemerintah kota kepada warga masyarakat pada saat yang bersamaan pemerintah kota secara sungguh-sungguh melakukan upaya konsolidasi lahan dan pembentukan bank tanah land banking dalam upaya mengantisipasi perkembangan ekonomi dalam era globalisasi dan pasar bebas page 13 of 14 daftar pustaka anwar affendi 1994a proses pembentukan sistem kota-kota dan analisis ekonomi kawasan perkotaan pengantar mata kuliah analisis sistem urban dan regional ps-pwd program pascasarjana ipb bogor anwar affendi 1994b ekonomi sumberdaya lahan bahan kuliah ekonomi sumberdaya alam ps-pwd program pascasarjana ipb bogor blakely edward j 1994 planning local economic development theory and practice second edition sage publication california barlowe r 1987 land resources economics prentice hall inc englewood clift new jersey bern td 1977 the assessement of land use impact p.109-116 dalam mac evoy and dietz hand book for environment change john walley and son new york bps 2002 kota bandar lampung dalam angka 2001 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps bps 2009 kota bandar lampung dalam angka 2008 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps bps 2002 propinsi lampung dalam angka 2001 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps bps 2009 propinsi lampung dalam angka 2008 kerjasama bappeda kota bandar lampung dengan bps hanafiah t 1985 kutub dan pusat pertumbuhan dalam pembangunan wilayah pusat pengembangan wilayah pedesaan-lembaga pengabdian pada masyarakat ipb bogor saefulhakim sunsun 1994 a land availability mapping model for sustainable land use management ph.d disertation kyoto university japan saefulhakim sunsun 1996 efektivitas kelembagaan pengendalian alih guna tanah laboratorium perencanaan pengembangan sumberdaya lahan

No comments:

Post a Comment