Saturday 26 September 2015

BIOAKTIVATOR PEROMBAK BAHAN ORGANIK (Biodekomposer)


BIOAKTIVATOR PEROMBAK  BAHAN ORGANIK (Biodekomposer)




Download File
Download Doc


BIOAKTIVATOR PEROMBAK  BAHAN

ORGANIK (Biodekomposer)

Produk sisa bahan organik pertanian (jerami), industri (biosolid), perkotaan (kertas, sayuran), dan halaman

perumahan (daun, potongan rumput) menyebabkan imobilisasi hara, alelopati, dan sumber penyakit.

Proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu relatif lama (3-4 bulan) terutama

yang mengandung lignin.

Sebagian besar materi limbah organik gimnospermae dan angiospermae merupakan lignoselulosa. Hampir

setengah materi lignoselulose merupakan senyawa selulose dan 15% sampai 36% adalah senyawa lignin.

Lignin merupakan polimer struktural fenilpropan pada tanaman vascular yang membuat kekakuan tanaman

dan mengikat serat dinding sel bersama-sama, berfungsi menurunkan permeasi air melintasi dinding

jaringan xilem dan membuat kayu resisten terhadap serangan mikoba. Lignin berikatan dengan

hemiselulosa dan selulosa membentuk segel fisik di antara keduanya, yang merupakan barier yang

mencegah penetrasi larutan dan enzim (Howard et al. 2003). Lignin merupakan penghalang akses enzim

selulolitik pada degradasi bahan berlignoselulose sehingga menghambat proses dekomposisi, sehingga

sering menyebabkan penumpukan bahan organik.  Sisa tanaman yang mengandung lignin lebih banyak

akan mengalami proses dekomposisi lebih lambat dibanding tanaman yang mengandung lignin lebih

sedikit. Strategi untuk mempercepat proses biodekomposisi bahan organik dilakukan dengan

memanfaatkan mikroba perombak lignin (lignolitik) dan selulosa (selulolitik) yang umumnya dari kelompok

fungi  dan diketahui menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling signifikan.

Fungi lignolitik umumnya merupakan basidiomiset dan dikelompokkan menjadi jamur busuk coklat dan

jamur busuk putih. Fungi busuk putih paling efesien dan ekstensif melakukan delignifikasi.  Fungi

basidiomiset busuk putih menghasilkan tiga klas enzim  yang merupakan enzim ekstraselular, yaitu lignin

peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP), dan lakase (Eriksson et al. 1989). Ketiga enzim tersebut

dapat mengoksidasi senyawa fenolik sehingga membentuk radikal fenoksi, sementara senyawa non-fenol

dioksidasi melalui radikal kation.  Lakase (benzenediol:oxygen oxsidoreductase; EC 1.10.3.2) dapat

mengoksidasi senyawa non-fenol dengan potensial ionisasi rendah sementara senyawa non-fenol dengan

potensial ionisasi tinggi dioksidasi oleh LiP dan MnP.  Beberapa fungi pelapuk kayu menghasilkan ketiga

enzim yang memodifikasi lignin, sementara yang lain hanya menghasilkan satu atau dua enzim tersebut

(de Joung et al. 1994).  Produksi dan aktivitas lignolitik dari fungi lignolitik dipengaruhi faktor-faktor seperti

substrat, pH, kondisi aerasi, induser, dan teknik kultivasi (Eriksson et al. 1989).

Lambatnya proses perombakan bahan organik berlignoselulose pada lahan pertanian, khususnya pada

lahan sawah, apalagi jika dihadapkan dengan masa tanam yang mendesak untuk menghasilkan produksi

tinggi, sehingga pemanfaatannya sering dianggap kurang ekonomis dan tidak efisien.  Jerami mengandung

senyawa  polimer selulosa (ca 40%), hemiselulosa (ca 35%), lignin (ca 15%).  Untuk mengatasi hal

tersebut di atas perlu segera dilakukan suatu upaya alternatif dalam meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan pemupukan yang ramah lingkungan, untuk keberlanjutan produktivitas tanah.

Upaya mempercepat proses pengomposan, meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memperbaiki

struktur tanah, dan ketersediaan hara dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan bioaktivator

perombak bahan organik (biodekomposer) dan pupuk mikroba (biofertilizer) yang sesuai dengan kondisi

tanah.  Pemanfaatan biodekomposer, selain mempercepat proses pengomposan dan mengurangi volume

bahan buangan, juga dapat menekan perkecambahan spora, larva insek, dan biji gulma sehingga

pertumbuhan hama dan patogen, serta gulma di non-aktifkan atau bahkan dihentikan, dan volume bahan

buangan, serta masalah lingkungan.

Di dalam tanah lignin dari tanaman mati didegradasi oleh mikroba menjadi humus, air dan karbon dioksida.

Humus pada permukaan tanah penting untuk struktur tanah, meningkatkan aerasi dan moisture-holding

capacity. Humus berfungsi sebagai penukar ion dasar dan mampu menyimpan serta melepaskan nutrien di

sekitar tanaman (Eriksson dan Ander, 1989). Walaupun manfaat baik dari penggunaan bahan organik

untuk meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah telah dipahami betul oleh para ahli dan

praktisi pertanian, tetapi sampai sekarang masih sulit petani memanfaatkan kembali sisa tanaman untuk

menyuburkan lahannya.  Hal ini disebabkan karena secara alami perombakan limbah pertanian

memerlukan waktu yang lama, sedangkan apabila memakai kompos yang telah jadi selain diperlukan

biaya yang mahal juga diperlukan tenaga karena kompos harus diberikan dalam jumlah yang besar (bulky).


No comments:

Post a Comment