Friday, 25 September 2015

PENYEBAB ALIH GUNA LAHAN DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PADA LANSEKAP AGROFORESTRI BERBASIS KOPI DI SUMATERA

http://blog.hulaa.com/wp-content/uploads/2015/01/kopi-kawa.jpg 





Keyword :
hutan yang semula luasnya mencapai 60 telah berubah menjadi perkebunan kopi rakyat persawahan di lembah bukit dan perkampungan sehingga hutan yang tersisa hanya 12 dari total luas lahannya perubahan itu diiringi pergolakan masyarakat bahkan ada yang disertai kekerasan selama sepuluh tahun terakhir pemahaman yang seksama tentang perubahan yang terjadi harus bertitik-tolak dari sudut pandang historisnya dan berdasarkan pengamatan secara cermat terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan selama beberapa dekade terakhir dengan menggunakan pendekatan analisis sistem kajian ini menganalisis pengaruh fluktuasi harga kopi di pasar dunia pertumbuhan penduduk dan migrasi serta dampak pembangunan jalan dan infra struktur terhadap alih guna lahan dan fungsi das di sumberjaya kajian ini menyimpulkan bahwa setelah fase degradasi hutan rehabilitasi dapat berjalan selama kondisinya mendukung dalam 15 tahun terakhir semakin banyak budidaya kopi yang semula berbentuk sistem monokultur secara bertahap berubah menjadi budidaya kopi campuran dengan pohon- pohon penaung pengamatan menunjukkan bahwa sejalan dengan berlangsungnya penebangan hutan terjadi pula penanaman kembali pohon-pohonan pada saat krisis ekonomi di asia tenggara berlangsung dan membawa dampak serius terhadap perekonomian indonesia sejak akhir 1997 das yang berorientasi komoditas ekspor ini justru mengalami lonjakan ekonomi walaupun fluktuasi tahunan harga kopi juga merupakan masalah besar makalah ini membahas tentang kecenderungan terakhir dari adanya alih guna lahan faktor-faktor pendorongnya dan bagaimana para petani dan juga instansi pemerintah merespon terhadap perubahan yang sedang berjalan kata kunci berkelanjutan faktor pendorong terjadinya alih guna lahan kopi multistrata fungsi das pendahuluan kajian alih guna lahan yang dilakukan di sumberjaya dan sekitarnya ini mencakup areal seluas kurang lebih 730 km2 yang meliputi daerah aliran sungai das way besai dan dua wilayah kecamatan kecamatan way tenong dan kecamatan sumberjaya kabupaten lampung barat sumatra1 gambar 1 penebangan hutan oleh berbagai pihak merupakan masalah besar lahan yang sudah dibuka pada umumnya digunakan penyebab alih guna lahan dan akibatnya terhadap fungsi daerah aliran sungai das pada lansekap agroforestri berbasis kopi di sumatera bruno verbist andree ekadinata putra dan suseno budidarsono world agroforestry centre - icraf se asia po box 161 bogor 16001 abstract land use is changing rapidly in se-asia from forest to landscape mosaics with various degrees of tree cover the upper way besai watershed - about 40 000 ha upstream the way besai hydro-power dam - covers most of the sub- district of sumberjaya 54 200 ha and exemplifies the rapid land use changes it was transformed in the past three decades from a large forest cover 60 to a mosaic of various smallholder coffee systems with rice paddies in the valleys and about twelve percent of forest cover this happened with a simmering and over the past 10 years sometimes violent conflict any in-depth understanding of the changes has to be based on a historical perspective and an accurate monitoring of land use and land cover changes over at least a few decades a systems analysis approach was used to analyze the importance of fluctuation of world market prices of coffee population growth migration and road construction on land use change and watershed functions it seems that after a phase of degradation rehabilitation can occur if the conditions are right over the past 15 years more and more former monoculture coffee farms gradually transformed into mixed systems with shadow trees a remarkable observation is that while deforestation was still going on a phase of ‘re- treeing’ took off already the economic crisis in southeast asia which affected indonesia to the utmost extent since late 1997 was in fact a period of economic boom for this export-oriented watershed although the year-to-year fluctuations of coffee prices are dramatic this paper explores past trends of land use change their driving factors and how farmers and government departments are responding to continuous changing conditions keywords sustainability driving factors of land use change multistrata coffee systems watershed functions abstrak penggunaan lahan berubah dengan pesat di asia tenggara dari hutan menjadi sistem dengan tutupan berbagai jenis pepohonan daerah hulu way besai salah satu daerah aliran sungai das seluas 40.000 ha di lampung barat sumatra mencakup kecamatan sumberjaya dengan luas areal 54.200 ha adalah salah satu contoh daerah yang mengalami alih guna lahan yang cepat hutan di wilayah ini berubah menjadi mosaik lansekap dengan berbagai tingkat penutupan lahan sumberjaya mengalami perubahan yang relatif cepat selama tiga dasa warsa 1 pada tahun 2000 kecamatan sumberjaya 54 200 ha dimekarkan menjadi kecamatan sumberjaya dan kecamatan way tenong agrivita vol 26 no.1 maret 2004 issn 0126 - 0537 page 2 of 10 30 untuk bertanam kopi praktek penyiangan yang dilakukan secara intensif dalam budidaya kopi di wilayah ini sering dipandang oleh para pengambil kebijakan sebagai praktek bercocok tanam yang tidak lestari dan diduga menjadi penyebab utama penurunan ketersediaan air bagi wilayah hilir dan berkurangnya fungsi das sementara itu konflik dengan kekerasan yang terjadi pada tahun 1991 yang dilakukan oleh dinas kehutanan dengan dukungan aparat keamanan terkait dengan pengusiran penduduk yang menggunakan lahan untuk tanaman kopi pemahaman yang seksama atas alih guna lahan harus bertolak dari perspektif sejarah disertai pengamatan secara cermat terhadap alih guna lahan dan tutupan lahan dalam kurun waktu yang relatif panjang paling tidak selama beberapa dekade kurangnya data kuantitatif tentang gambaran perubahan spasial di masa lalu menyebabkan terjadinya interpretasi yang dangkal terhadap kenyataan yang sebenarnya misalnya pandangan yang menyebutkan bahwa ‘praktek tebas-bakar dalam kegiatan pertanian merupakan penyebab utama terjadinya penggundulan hutan di daerah tropis’ atau ‘konversi hutan menjadi kebun kopi merusak keragaman hayati dan menurunkan kualitas fungsi das’ dan masih banyak contoh serupa memerlukan analisis lebih mendalam untuk mengisi kekurangan yang ada selama ini makalah ini mencoba untuk melakukan pendekatan dengan mengangkat persoalan-persoalan berikut - bagaimana kecenderungan alih guna lahan terjadi di sumberjaya - faktor pendorong apa saja yang menyebabkan terjadinya alih guna lahan tersebut - seberapa luas alih guna lahan terjadi dan siapa pendorongnya dan - bagaimana dampak alih guna lahan tersebut terhadap fungsi das perkembangan budidaya kopi di sumberjaya dalam perspektif sejarah budidaya kopi di lampung mulai tersebar ke sumberjaya sekitar tahun 1800 benoit 1989 pada tahun 1935 penduduk di tanah marga way tenong – yang saat in mencakup wilayah kecamatan way tenong dan sumberjaya – masih sangat jarang waktu itu selain hutan-hutan tua di lereng pegunungan dan hutan sekunder yang luas di wilayah ini terdapat kebun kopi rakyat dengan berbagai tingkat perkembangannya seperti disajikan dalam gambar 2 keragaman cara budidaya kebun kopi memberikan daya tarik tersendiri walaupun lahan di wilayah ini sangat cocok untuk budidaya kopi karena tanahnya subur dan iklimnya sesuai eksploitasi lahan dalam skala besar belum masuk ke wilayah ini karena keterbatasan prasarana gambar 1 posisi dan profil sumberjaya di lampung sumatra serta kawasan hutan di lampung berdasarkan tghk pada tahun 1999 kotak hitam pada gambar bawah menunjukkan areal studi seluas 730 km2 verbist et al penyebab alih guna lahan dan fungsinya terhadap das page 3 of 10 31 verbist et al penyebab alih guna lahan dan fungsinya terhadap das jalan raya waktu itu wilayah ini masih terisolasi huitema 1935 keadaan ini segera berubah setelah kedatangan suku semendo yang biasa melakukan praktek tebas- bakar dalam budidaya kopi hutan di lereng pegunungan ditebas untuk budidaya kopi mereka menunggu 3-5 tahun untuk mendapat masa ngagung2 kopi setelah hasil kopi tidak lagi menguntungkan biasanya sesudah 3-5 tahun berproduksi kebun kopi mereka tinggalkan untuk membuka kebun kopi yang baru sementara itu kebun kopi yang ditinggalkan dibiarkan sampai menjadi hutan sekunder setelah periode 7-20 tahun ditinggal kebun tersebut dibuka kembali untuk bercocok tanam kopi dan daur serupa kembali berulang keragaman budidaya kopi di sumberjaya seperti tertuang dalam gambar 2 dapat dirangkum sebagai berikut kopi rimba atau jungle coffee yang waktu itu banyak terdapat di sekitar danau ranau adalah tanaman kopi yang ditanam dan dibiarkan tumbuh alami tanpa pemangkasan huitema 1935 menulis tanaman kopi yang tidak dipangkas dan karena tanahnya yang subur dapat tumbuh liar dan bisa mencapai umur 10-20 tahun ranting-ranting yang tinggi dan panjang kebanyakan ditemukan patah karena dibengkokkan para pemanen kopi saat mengambil buah kopi budidaya kopi rimba ini hampir punah saat ini beberapa petani di muara buat jambi masih membudidayakan pohon kopi dalam kebun karet mereka laxman joshi pers.comm kopi pionir merupakan tahap awal dalam budidaya kopi setelah hutan atau ladang ditebas dan dibakar teknik ladang berpindah petani menanam kopi tanpa naungan kebun kopi yang masih relatif muda ini tergantung pada keadaan dan pola pengelolaan usaha taninya dan akan berkembang menjadi kebun kopi tanpa naungan atau menjadi kebun kopi naungan dengan berbagai jenis tumbuhan yang kompleks kopi biasanya ditanam bersamaan dengan padi gogo ladang setelah tebas-bakar ultée 1949 padi dan atau tanaman-tanaman sekunder lainnya seperti jagung umbi-umbian dan sayuran dapat ditanam sampai tahun kedua pada tahun ketiga tidak ada lagi tanaman semusim yang bisa tumbuh dan tanaman kopi sudah mulai menghasilkan dalam jumlah yang kecil pada tahun keempat tanaman kopi sudah dapat memberikan hasil yang dapat menunjang kebutuhan rumah tangga pada tahun kelima kopi biasanya memberikan hasil optimal ngagung dan setelah itu hasil kopi mulai menurun setelah beberapa tahun lahan tersebut akan ditinggalkan dibiarkan selama 7- 20 tahun tergantung pada kualitas tanah broersma 1916 hutan sekunder mulai tumbuh kembali biasanya pada tahun ketiga sejak kopi ditanam petani akan membuka ladang baru di tempat lain untuk menanam tanaman pangan dan kopi dengan harapan akan ada jaminan bahwa setiap tahun akan ada hasil kopi yang ngagung kopi monokultur sun-coffee atau unshaded monoc- ulture budidaya kopi tanpa naungan biasanya bercirikan tidak ada usaha penanaman pohon lain sebagai tanaman naungan dan dikelola secara intensif tingkat asupan pupuk dan penyiangan gulma yang tinggi cara budidaya ini memang memberikan produksi yang baik akan tetapi sekaligus juga menguras hara tanah dengan cepat sehingga jika tidak diberikan tambahan asupan hara dari luar berupa pupuk kimia maka masa produksi kopi yang tinggi akan menjadi lebih singkat dan produksi akan rendah kopi dengan naungan simple shade coffee sistem ini kebanyakan menggunakan pohon dadap erythrina sebagai naungan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sinar untuk tanaman kopi biasanya pohon penaung akan dipangkas seperlunya sebagai tanaman penaung dadap memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga dan mengembalikan kesuburan tanah tergantung pada kualitas tanahnya dadap biasanya ditanam 1-4 tahun sebelum kopi akhir-akhir ini kayu hujan atau gamal gliricidia sepium biasa digunakan sebagai pohon penopang tanaman lada dan sengon paraserianthes sp sebagai tanaman penghasil kayu cukup populer dalam budidaya kopi naungan kopi polikultur atau kopi multistrata shade polyculture coffee atau multistrata shade coffee sistem ini merupakan budidaya kopi yang lebih permanen di kebun kopi tua sistem ini berkembang dari sistem budidaya kopi arabica ultée 1949 kopi ditanam di bawah pohon-pohon penaung seperti dadap erythrina lithosperma lamtoro leucaena glauca dan sengon waktu itu masih disebut albizzia falcata serta bercampur dengan beberapa tanaman lain yang memberikan hasil seperti tanaman buah-buahan sayuran kacang-kacangan dan tanaman obat-obatan penyiangan dan pemangkasan cabang dan pucuk dilakukan secara rutin adakalanya dilakukan pemupukan – baik pupuk kandang maupun pupuk kimia sistem ini sering dipraktekkan di kebun-kebun dekat pemukiman sehingga merupakan sumber pasokan beberapa kebutuhan rumah tangga di beberapa daerah sistem ini berorientasi pasar dan produksi non- kopi dapat menggantikan kerugian petani pada saat harga kopi anjlok 2 ngagung istilah lokal yang berarti melimpah dikaitkan dengan hasil kopi istilah ngagung berlaku pada saat kebun kopi mengalami produksi tertinggi sejak ditanam biasanya terjadi pada saat tanaman kopi berumur antara 4-6 tahun 

No comments:

Post a Comment