Saturday 26 September 2015

Tanaman Gulma (Kerugian Akibat Gulma)






Keyword :
BAB IV

GULMA TANAMAN

1.   KERUGIAN AKIBAT GULMA

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk

pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma

terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,

iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor

lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang

disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda

4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian

karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan

pangan dunia.

Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,

terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan

sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu

akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal

pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan

dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi

daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian

menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan

dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan

penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan

kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.

Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari

beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %;

jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang

tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada

padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.

Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain

disebabkan oleh :

1.    Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan

berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur

hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.

2.    Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih

oleh biji-biji gulma.

3.    Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang

beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak

pertumbuhannya.

4.    Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-

duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang

diusahakan.

5.    Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya

Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang

hama ganjur pada padi.

6.    Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung

sarinya menyebabkan alergi.

7.    Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah

tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan

selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.

8.    Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling

mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia

crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga

mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali

lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening

gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu

penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen

dalam air dan menurunkan produktivitas air.

Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar

daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang

berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma

sama besarnya dengan kerugian akibat hama.

RANGKUMAN

Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan

persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian,

menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani,

sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan

manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan

produktivitas air.

2.   KOMPETISI

A.   Kompetisi Gulma terhadap Tanaman

Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan

tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma

dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur

hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk

proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi

baik kualitas dan kuantitas.

a.    Persaingan memperebutkan hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung

pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh

di permukaannya. Jumlah bahan organik  yang dapat dihasilkan

oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda;

oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil

bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti

walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,

tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau

dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan

walaupun tanah dipupuk.

Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah

unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah

yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma

menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada

bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua

kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;

kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan

magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih

banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola

manusia.

b.   Persaingan memperebutkan air

Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga

membutuhkan banyak air  untuk hidupnya. Jika ketersediaan air

dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi

parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar

diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang

dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan

organik, gulma membutuhkan  330 – 1900 liter air. Kebutuhan

yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman.

Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5

kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi

serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.

c.    Persaingan memperebutkan cahaya

Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan

berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa

adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan)

berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya

matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya

adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu

lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain

yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh

tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan

terhambat.

Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien

menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing

berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu

penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan

Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang

berjalur C3.

Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok

didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen

(1972) menelorkan rumus :

                        TCV = CVN + CVW + CVL

di mana TCV = total competition value, CVN = competition value

for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =

competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan

oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari

nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai

persaingan untuk cahaya.

Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman

pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan

tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap

tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan

antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara

dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan

atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya,

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.

a.    Kerapatan gulma

Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma

dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok

semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan

antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman

pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996)

memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan

100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman

masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.

b.   Macam gulma

Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang

berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok

berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai

contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan

tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama

atau berbeda.

c.    Saat kemunculan gulma

Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi

semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat,

dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat

kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok

merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan

Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan

gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam

masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22;

195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).

d.   Lama keberadaan gulma

Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,

semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok

semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan

antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil

tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan

lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah

tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar

353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22

g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).

e.   Kecepatan tumbuh gulma

Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,

pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya

semakin menurun.

f.     Habitus gulma

Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas

dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing

yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan

menurunkan hasil tanaman pokok

g.    Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)

Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga

persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih

terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

h.   Allelopati

Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan

mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root

exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian

vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat

mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga

pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya

semakin menurun.

Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga

mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki

asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang

mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa

crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan

dengan gulma lainnya.

2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik

Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-

sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk

pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama

membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan

lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka

akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain

dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat

tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih

dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun

tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya.

Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang

merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu

dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau

kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu

dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competition

atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap

pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi

dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem

perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan gulma

tersebut.

3. Periode Kritis

Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu

dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma.

Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut

dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan

menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana

tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai

periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum

dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma

selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode

kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus

dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.

Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat

peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode

tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka

hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan

gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 %

pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur

pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman

akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan

persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap

kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma

terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan.

Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan

dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap

pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang

berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit

pengaruhnya.

Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat

penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau

pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai

beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi

berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak

harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga

dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja

menjadi meningkat.

RANGKUMAN

Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan

memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW

+ CVL. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok

akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman

pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman

pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh

kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan

tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur

fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.

Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang

mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya.

Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab

terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.

Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di

mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma,

sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan

jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada  umumnya

periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus

hidupnya atau pada saat ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman.

Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan

yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat

periode kritis.

3.   ALLELOPATI

Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi

biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke

lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan

tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan

pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,

kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat,

perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.

Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan

senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari

pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat

dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat

kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari

golongan fenol.

Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang

diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata

cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus),

Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.

Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa

beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :

           TCV = CVN + CVW + CVL + AV

dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of

nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of

light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan

oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan

penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air +

nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.

Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang

ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan,

dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada

beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada

regenarasi hutan.

Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara

lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma,

lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur

fotosintesis gulma (C3 atau C4).

1.   Sumber Senyawa Alelopati

Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati

dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,

akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati

dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai

cara termasuk melalui :

a.    Penguapan

Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.

Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati

melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.

Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid.

Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam

bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah

yang akan diserap akar.

b.   Eksudat akar

Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar

tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-

asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

c.    Pencucian

Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian

tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan

atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum

sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang

dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.

d.   Pembusukan organ tumbuhan

Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-

senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-

sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan

permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa

kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa

dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang

ditanam pada musim berikutnya.

Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa

alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di

bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat

melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah

maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan

teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa

alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ 

yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama

dapat melepaskan senyawa alelopati.

2.   Gulma Yang Berpotensi Alelopati

Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam

hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang

dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil

pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.

Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi

mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Jenis gulma  yang mempunyai aktivitas alelopati

Jenis gulma Jenis tanaman pertanian yang

Abutilon theoprasti beberapa jenis

Agropyron repens berbagai jenis

Agrostemma githago gandum

Allium vineale oat

Amaranthus spinosus kopi

Ambrosia artemisifolia berbagai jenis

A. trifida kacang pea, gandum

Artemisia vulgaris mentimun

Asclepias syriaca sorgum

Avena fatua berbagai jenis

Celosia argentea bajra

Chenopodium album mentimun, oat, jagung

Cynodon  dactylon kopi

Cyperus esculentus jagung

C. rotundus sorgum, kedelai

Euporbia esula kacang pea, gandum

Holcus mollis barli

Imperata cylindrica berbagai jenis

Poa spp. tomat

Polygonum persicaria kentang

Rumex crisparus jagung, sorgum

Setaria faberii jagung

Stellaria media barli

(Sumber : Putnam, 1995)

peka

Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa

beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk

Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus

rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,

khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-

bagian yang organnya telah mati.

3.   Pengaruh Alelopati

Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara

lain :

  Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan

menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.

  Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.

  Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan

mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.

  Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat

respirasi akar.

  Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis

protein.

  Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas

membran pada sel tumbuhan.

  Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

4.   Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan

Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa

alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang

paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah

bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat,

alfalfa, dan barli sangat terhambat.

Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini

telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat

di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan

merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang

merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa

tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat

pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa

semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang,

semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah

padi gogo.

Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya

pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan

jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan

metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai

konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990)

memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250

ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi

kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.

RANGKUMAN

Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan

mengeluarkan senyawa beracun. Tidak semua gulma mengeluarkan

senyawa beracun. Apabila gulmanya mengeluarkan senyawa beracun

maka rumusan nilai persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW

+ CVL + AV. Di mana TCV = total competition value, CVN =

competition value of nutrient, CVW = competition value of water,

CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.

Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh

gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat

kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma,

kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).

Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati

dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang,

akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati

dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai

cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan

pembusukan organ tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi

alelopati baik yang masih hidup atau yang sudah mati sama-sama

dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada dia

atas tanah maupun yang di bawah tanah.

Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa 

alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma

githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia

artemisifolia, A. trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca,

Avena fatua, Celosia argentea, Chenopodium album, Cynodon

dactylon, Cyperus esculentus, C. rotundus, Euphorbia esula, Holcus

mollis, Imperata cylindrica, Poa spp. , Polygonum persicaria, Rumex

crispus, Setaria faberii, Stellaria media.

Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara,

pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,

respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran

sel dan menghambat aktivitas enzim.

Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron

repens menghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli.

Alang-alang  dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah

mati menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman

budidaya.

4. KLASIFIKASI GULMA

Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan

(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan

pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau

sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi

beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain

dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa

tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin

dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang

merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada

klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari

beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih

maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut

hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja

yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.

Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan.

Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat

mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-

golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan

perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti

berikut ini :

1.    Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :

a.    Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma

yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu

tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai

memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan

umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut

sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya

mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami

kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan

yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang

banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih

bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis

gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa

colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis

littoralis dan lain sebagainya.

b.   Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang

menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak

lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk

pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun

kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada

periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang

termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium

vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia

biennis.

c.    Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup

lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-

tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak

diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan

kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah

mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan

tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan

bersemi kembali.

Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan

menjadi dua :

1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya

berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian

tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh

menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan

Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka

masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu

baru.

2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak

dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang

menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di

dalam tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini

contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron

repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang

berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus

rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan

populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma

adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya

alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar

sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk

penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan

membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-

potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan

baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak

dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air

tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi

(sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun

secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan

tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga

diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah

yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.

2.    Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :

a.    Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada

habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata

cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. ,

dan lain sebagainya.

b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat

air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu

gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di

hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan

Acrosticum aureum.

2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang

tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:

a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds),

contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia

stratiotes.

b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds),

dibedakan  ke dalam :

  Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds),

contoh Ultricularia gibba.

  Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored

weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica,

Ceratophyllum demersum.

c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian

mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. ,

Nymphoides indica.

d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh

Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora

corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia

hexandra, Cyperus elatus.

3.    Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :

a.     Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli,

Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava,

Marsilea crenata.

b.    Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus

rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.

c.     Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata

cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.

4.    Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :

a.    Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun

sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau

kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata

cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa

crusgalli, Panicum repens.

b.   Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun

menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau

kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus

spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.

c.    Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora.

Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.

5.    Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :

a.    Golongan rumput (grasses)

  Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.

  Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.

  Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret,

umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah

daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun

rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah

daun dan helaian daun.

  Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat

bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas

satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil

biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak

sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.

  Buah disebut caryopsis atau grain.

  Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon

dactylon, Panicum repens.

b.   Golongan teki (sedges)

  Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.

  Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan

biasanya tidak berongga.

  Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun

(ligula).

  Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam

bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun

pelindung.

  Buahnya tidak membuka.

  Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus

juncoides.

c.    Golongan berdaun lebar (broad leaves)

  Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan

Pteridophyta.

  Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.

  Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia

crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.

6.    Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam : 

No comments:

Post a Comment